Tujuan Gambaran Umum Usaha Kecil Menengah UKM

2 uasaha kecil terutama masalah pembiayaan. Pada penelitian ini akan dianalisis kelayakan investasi pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip. Metode yang digunakan dalam menganalisis kelayakan investasi mengacu pada kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, Net BC, dan IRR. Selanjutnya akan dikaji skema pembiayaan terbaik dalam pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip dari produk pembiayaan yang disediakan oleh Bank kmersial di sekitar Kecamatan Dramaga. Sabirin 2001 menjelaskan bahwa untuk memberdayakan masyarakat golongan ekonomi lemah atau sektor usaha kecil adalah dengan menyediakan sumber pembiayaan usaha yang terjangkau. Salah satu strategi pembiayaan bagi golongan ini adalah usaha kredit mikro. Kredit mikro merupakan bantuan pinjaman modal yang dikeluarkan oleh investor baik pemerintah maupun non pemerintah, yang diberikan kepada pelaku usaha kecil dengan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Pembiayaan melalui kredit mikro ini telah banyak disediakan oleh lembaga keuangan formal yaitu bank baik bank dengan sistem konvensional maupun bank dengan sistem syariah. Pemilihan skema terbaik pada sistem syariah dan sistem konvensional dapat dilakukan dengan membandingkan suatu ukuran yang sama yaitu tingkat suku bunga interest rate dari besarnya angsuran yang dibayarkan pada setiap akhir periode dalam suatu periode waktu tertentu antar tia produk pembiayaan yang disediakan oleh Bank Komersial di sekitar Kecamatan Dramaga.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan investasi pengembangan usaha dan mengidentifikasi model pembiayaan pengembangan UKM Agroindustri pada studi kasus pengembangan usaha pengolahan ubi jalar kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang Darmaga.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan dengan studi kasus pengembangan usaha pengolahan tepung ubi jalar di daerah Cikarawang Darmaga dengan mitra kelompok Tani Hurip. 2. Variabel utama yang menjadi pokok penelitian adalah pembiayaan kredit mikro sebagai sumber pembiayaan pengembangan UKM pengolahan tepung ubi jalar. 3. Analisis kelayakan pengembangan usaha meliputi asumsi perhitungan finansial, biaya investasi, proyeksi laba dan rugi, proyeksi arus kas. 4. Identifikasi model pembiayan terbaik dilakukan dengan membandingkan suatu ukuran yang sama yaitu tingkat suku bunga interest rate dari besarnya angsuran yang dibayarkan pada setiap akhir periode dalam suatu periode waktu tertentu yaitu lima tahun antara sistem konvensional dengan syariah. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Usaha Kecil Menengah UKM

Usaha Kecil Menengah UKM sebagaimana dijelaskan dalam ketentuan UU No 91995 adalah unit usaha yang tidak merupakan cabang usaha besar dan memiliki penjualan di bawah Rp. 1 milyar setahun dan aset di luar tanah dan bangunan dibawah Rp. 200 juta. Sedangkan definisi usaha menengah baru kemudian dikeluarkan melalui suatu Instruksi Presiden No 111999, yang menggolongkan usaha menengah hanya atas dasar kriteria aset di luar tanah dan bangunan antara Rp. 200 juta,- hingga Rp. 10 milyar. Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu kekuatan pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerak sektor UKM potensial dalam menciptakan pertumbuhan lapangan pekerjaan. UKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar, dapat menciptakan lapangan pekerjaan relative lebih cepat jika dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Selain itu UKM juga cukup terdiversifikasi dan memberikan kontribusi penting dalam pembangunan ekonomi yang kompetitif terutama. Keberadaan usaha kecil di Indonesia mewakili hampir seluruh unit usaha di berbagai sektor ekonomi. Sampai saat ini usaha kecil mewakili sekitar 99,85 dari jumlah keseluruhan unit usaha yang ada, sedangkan usaha menengah sebesar 0,14 saja, sehingga usaha besar hanya merupakan 0,01. Dengan demikian, secara tidak langsung dapat dilihat bahwa penggerak perekonomian di Indonesia adalah sektor ekonomi rakyat yang mayoritas merupakan usaha dalam sektor pertanian, perdagangan, dan jasa. Masyarakat kelas bawah melalui usaha kecil dan menengah UKM dan lembaga keuangan mikro lainnya amat jarang disentuh oleh ilmu ekonomi formal, padahal selain jumlahnya yang besar, mereka juga menopang perekonomian Indonesia. Menurut Swasono 2001 kenyataan empiris di Indonesia telah membuktikan krisis moneter tahun 1997 telah melumpuhkan sektor manufaktur industri-industri besar yang banyak menggunakan bahan-bahan impor. Ketika mata uang dollar melonjak nilainya karena krisis ekonomi, maka bahan dan komponen impor menjadi mahal nyaris tidak terbeli oleh sektor industri besar, sementara itu produk-produk UKM pada umumnya menggunakan bahan baku dan sumberdaya lokal masih dapat bertahan. Menurut BPS 2006, Berdasarkan skala usaha, sebagian besar perusahaanusaha merupakan Usaha Mikro UM dan Usaha Kecil UK, dengan persentase masing-masing 83,43 persen dan 15,84 persen. Sedangkan jumlah perusahaanusaha yang merupakan Usaha Menengah dan Besar UMB hanya 166,4 ribu atau tidak lebih dari satu persen terhadap seluruh perusahaan usaha. Untuk jumlah penyerapan tenaga kerja, menurut BPS 2006,dari total jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 50 juta orang. Sekitar 38,7 juta orang 77 persen bekerja pada perusahaanusaha dengan lokasi permanen, sementara sisanya bekerja pada perusahaanusaha di lokasi tidak permanen. Menurut skala usaha, 62,68 persen bekerja pada usaha mikro, 21,91 persen pada usaha kecil, 5,39 persen pada usaha menengah, dan 10,02 persen pada usaha besar. 4 Dalam pengembangan UKM, sering ditemui beberapa hambatan. Berdasarkan sensus ekonomi yang dilakukan BPS pada tahun 2006, permasalahan yang sering dijumpai pada UKM dijelaskan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Jenis Kendala dalam UKM Jenis Kendala Jumlah Persentase Modal 3.899.264 35,7 Pemasaran 3.795.953 34,8 Bahan baku 1.173.911 10,8 BBMEnergi 444.340 4,1 Transportasi 303.327 2,8 Keterampilan 133.329 1,2 Upah Buruh 95.128 0,8 Lainnya 1.073.802 9,8 Sumber : BPS 2006 Dari Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwsa kendala yang menjadi permasalahan utama UKM adalah masalah modal dan masalah pemasaran yaitu sebesar 35.7 dan 34,8. Dalam sensus ekonomi yang dilakukan BPS pada tahun 2006, terkait permasalahan modal ternyata sebagian UMK menggerakkan usahanya dengan modal milik sendiri 84,4, hanya 15,6 persen UMK yang melakukan pinjaman dari pihak lain Adapun UMK yang meminjam modal dari pihak lain, kebanyakan meminjam pada teman, rentenir, pemberi modal di luar kerabat, dan lainnya yang sifatnya perorangan.

2.2 Konsep Kredit Konvensional