4 Dalam pengembangan UKM, sering ditemui beberapa hambatan. Berdasarkan sensus ekonomi
yang dilakukan BPS pada tahun 2006, permasalahan yang sering dijumpai pada UKM dijelaskan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Jenis Kendala dalam UKM Jenis Kendala
Jumlah Persentase
Modal 3.899.264
35,7 Pemasaran
3.795.953 34,8
Bahan baku 1.173.911
10,8 BBMEnergi
444.340 4,1
Transportasi 303.327
2,8 Keterampilan
133.329 1,2
Upah Buruh 95.128
0,8 Lainnya
1.073.802 9,8
Sumber : BPS 2006 Dari Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwsa kendala yang menjadi permasalahan utama UKM adalah
masalah modal dan masalah pemasaran yaitu sebesar 35.7 dan 34,8. Dalam sensus ekonomi yang dilakukan BPS pada tahun 2006, terkait permasalahan modal ternyata sebagian UMK menggerakkan
usahanya dengan modal milik sendiri 84,4, hanya 15,6 persen UMK yang melakukan pinjaman dari pihak lain Adapun UMK yang meminjam modal dari pihak lain, kebanyakan meminjam pada teman,
rentenir, pemberi modal di luar kerabat, dan lainnya yang sifatnya perorangan.
2.2 Konsep Kredit Konvensional
Berdasarkan Supramono 2009, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam debitur untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntunan. Kredit biasanya disediakan oleh perbankan
dengan sistem konvensional dengan skema perhitungan kredit tertentu. Skema kredit dibagi berdasarkan penghitungan pengembalian atas suku bunga dan metode penghitungan yang diterapkan. Secara umum
penghitungan skema kredit dibagi kedalam dua jenis yaitu kema penghitungan dengan bunga flat dan skema penghitungan dengan suku bunga efektif. Selain itu terdapat satu bentuk skema yang merupakan
hasil modifikasi skema efektif yaitu penghitungan skema dengan bunga anuitas. Suyatno 2007 menjelaskan bahwa bentuk pemberian kredit berdasarkan penggunaannya dibagi
dalam dua jenis yaitu kredit eksploitasi dan kredit modal kerja. Pengertian kredit eksploitasi adalah kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk membiayai modal kerja
sehingga dapat beralan dengan lancar. Kredit eksploitasi lazim disebut dengan kredit modal kerja karena bantuan modal kerja digunakan untuk menutupi biaya-biaya eksploitasi perusahaan secara luas. Kredit ini
berupa pembelian bahan baku, bahan penolong, dan biaya lain seperti upah tenaga kerja, biaya pengepakanpengemasan, dan distribusi. Tujuan dari kredit ini adalah meningkatkan produksi baik
peningkatan kualitatif maupun kuantitatif, sedangkan kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman
modal. Pengertian dari penanaman modal atau investasi adalah pembelian barang-barang modal serta jasa
5 yang diperlukan dalam rangka rehabilitasi atau modernisasi maupun ekspansi proyek yang sudah ada
maupun pendirian proyek baru, pembangunan pabrik, pembelian mesin-mesin yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan produktivitas usaha.
Usaha kredit mikro adalah suatu istilah lain dari micro credit. Kredit mikro digunakan sebagai pengembangan pinjaman dalam jumlah kecil kepada pengusaha yang terlalu lemah kualifikasinya untuk
dapat mengakses pada pinjaman dari bank tradisional. Pinjaman diberikan untuk melayani modal kerja sehari-hari, sebagai modal awal untuk memulai usaha, atau sebagai modal investasi untuk membeli asset
tidak bergerak. Pada umumnya, kredit mikro melayani area geografi tertentu atau masyarakat tertentu. Dana awalnya diberikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan dari kelompok tertentu seperti wanita,
pendatang baru, anakanak, dan orang cacat. Kebanyakan usaha kredit mikro menawarkan beberapa bentuk dari bantuan teknis, seperti pelatihan usaha kecil, pertukaran pengalaman di antara anggota, dan peluang
networking. Sementara itu definisi kredit mikro yang dicetuskan dalam pertemuan The World Summit on
Microcredit di Washington, pada tanggal 2-4 Februari 1997 adalah program atau kegiatan memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil kepada masyarakat miskin untuk kegiatan usaha meningkatkan
pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus diri sendiri dan keluarganya Srinivas, 1999. Secara umum kredit mikro memilki beberapa kriteria utama seperti yang dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 2. Kriteria dasar program kredit mikro Kriteria
Besaran Ukuran
-Pinjaman Kecil tau sangat kecil Kelompok Sasaran
-Pengusaha kecil sektor informal
-Keluarga berpendapatan rendah Penggunaan
-Meningkatkan pendapatan -Pengembaian usaha
-Kegiatan sosial kesehatan, pendidikian
Waktu dan Persyaratan -Fleksibel
-Disesuaikan dengan kondisi masyarakat
Sumber : Sirnivas 1999
6 Untuk membangun sebuah kegiatan yang berkesinambungan sustainable diperlukan usaha dan
sumberdaya yang maksimal. Demikian halnya juga dalam membangun dan mengembangkan usaha kecil dengan pembiayaan program kredit mikro. Berdasarkan Sirnivas 1999 terdapat langkah-langkah yang
perlu dilakukan untuk membangun program kredit-mikro yang berkesinambungan yaitu : a.
Memilih model atau program kredit-mikro b.
Membangun konsensus c.
Menunjuk staf untuk pengembangan ekonomi d.
Mengikuti dan menyelaraskan dengan kebijakan-kebijakan nasional e.
Memilih dan menilai institusi keuangan sebagai mitra f.
Membuat kesepakatan dengan mitra g.
Memelihara kesepakatan kemitraan Beberapa model kredit mikro di Indonesia disediakan oleh lembaga baik pemerintah maupun non
pemerintah. Beberapa jenis kredit mikro yang diberikan pemerintah antara lain Kredit Usaha Kecil KUK, Kredit Usaha Keluarga Sejahtera KUKESRA, Badan Usaha Unit Desa BUUD, Badan Kredit
Kecamatan BKK, Kredit Usaha Tani KUT, dan Program Jaring Pengaman Sosial Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi JPS-PDMDKE. Adapun model kredit mikro non
pemerintah yang berkembang di masyarakat antara lain adalah arisan, bank plecit, rentenir, dan koperasi simpan pinjam. Selain itu terdapat juga beberapa organisasi non pemerintah yang mulai menyelnggarakan
penyediaankredit mikro seperti YPWI, Bina Swadaya, Kesuma Multiguna, Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil ASPPUK, International Relief Development IRD, Mercy Corps International
MCI, Baitul Maal Tanwil BMT, dan sebagainya Wardoyo Prabowo, 2001. Jumingan 2005 menyatakan bahwa pemberian kredit mengandung suatu tingkat resiko degree of
risk tertetu. Untuk menghindari dan memperkecil resiko kredit tersebut, maka permohonona kredit harus dinilai oleh bank atas dasar syarat-syarat bank teknis yang biasa dikenal dengan 5C yaitu :
a. Character
Bank mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak dan kejujuran pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya. Untuk mengetahui karakter nasabah bank dapat
melakukan beberapa langkah yaitu mengenal nasabah dari dekat, mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas clon debitur dalam perbankan, mengumpulkan keterangan dan meminta
pendapat dari kerabat dekatnya. b.
Capacity Bank melakukan penilaian kemampuan nasabah dalam manajemen maupun keahlian di bidang
usaha yang dijalani. Hl-hal yang harus dipehatkan dalam melakukan penilaian yaitu anga penjualana produksi, penjualan dan pembelian, perhitungan proyeksi laba rugi, serta data-data
financial di waktu-waktu yang lalu yang tercermin dalam laporan keuangan. c.
Capital Bank menganalisa posisi financial perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio
finansialnya. Analisa yang dilakukan bank berupa analisa rasio untuk mengetahui likuiditas, solvabilitasi, dan rentabilitasu dari perusahaan calon peminjam kredit, sert analisa neraca keuangan
minimal dari dua tahun terakhir.
7 d.
Collateral Bank dalam menilai kepemilikan jaminan, mengukur stabilitas nilai jaminan dan mempehatikan
kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu relative singkat tanpa terlalu mengurangi nilainya. e.
Conditions Faktor-faktor bisnis yang ada di lingkungan sekitar lokasi proyek mempunyai pengaruh kuat
terhadap ciri atu corak yang dibangun, baik proyek baru maupun perluasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan bank yaitu keadaan ekonomi, kondisi usaha calon pinjaman, serta kebijaksanaan
pemerintah.
2.3 Konsep Time Value of Money