67 Besar risiko harga pada Tabel 15, komoditas kubis tersebut terlihat bahwa nilai
VaR  semakin  besar  seiring  dengan  lamanya  waktu  berinvestasi.  Risiko  harga kubis sebesar 16,12 dari total investasi yang dikeluarkan pedagang dalam jangka
waktu  satu  hari  menunjukkan  bahwa  kenaikan  penerimaan  sebesar  satu  rupiah akan  meningkatkan  risiko  harga  kubis  sebesar  16,12  persen.  Semakin  besarnya
risiko harga kubis diakibatkan oleh tinggi-rendahnya jumlah pasokan yang masuk ke pasar. Ketika panen raya di daerah sentra, jumlah komoditas kubis yang masuk
ke pasar akan semakin besar sehingga menyebabkan harga kubis rendah. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh karakteristik sayuran kubis yang mudah rusak dan tidak
tahan  lama  sehingga  menyebabkan  penyusutan  yang  cukup  tinggi.    Kondisi  ini menyebabkan  semakin  tingginya  tingkat  risiko  yang  ditanggung  oleh  pedagang
kubis dilihat dari karakteristik komoditas yang tidak tahan lama dan mudah busuk. Ketika harga kubis tinggi dipengaruhi oleh jumlah pasokan yang masuk ke pasar
rendah  sehingga  menyebabkan  harga  tinggi.  Hal  ini  disebabkan  oleh  keadaan daerah  sentra  yang  gagal  panen  karena  serangan  hama  dan  penyakit  tanaman
sehingga  mengurangi  jumlah  panen  kubis.  Sedangkan  untuk  harga  sebelumnya tidak begitu mempengaruhi harga periode sekarang karena lebih dipengaruhi oleh
besar-kecilnya jumlah pasokan yang masuk ke pasar.
6.1.3 Analisis Risiko Harga Tomat
Dari  data  harga  tomat  akan  dilakukan  peramalan  model  yang  tepat  untuk menghitung  besarnya  harga  komoditas  tersebut  dengan  menggunakan  analisis
ARCH-GARCH. Analisis ini menggunakan harga P
t
sebagai variabel dependen variabel  terikat  dan  dua  variabel  yang  mempengaruhi  harga  tomat  yaitu  harga
sehari  sebelumnya  P
t-1
dan  jumlah  pasokan  Q
t
sebagai  variabel  independen. Sebelum menggunakan analisis ARCH-GARCH maka perlu dilakukan pengujian
ada  atau  tidaknya  heteroskedastisitas  dengan  melihat  uji  normalitas,  yang disajikan pada Gambar 19.
68
100 200
300 400
500
-0.6 -0.4
-0.2 -0.0
0.2 0.4
0.6 0.8
Series: Residuals Sample 2 1872
Observations 1871 Mean
-4.06e-16 Median
0.000822 Maximum
0.887191 Minimum
-0.561430 Std. Dev.
0.103231 Skewness
0.570362 Kurtosis
10.23628 Jarque-Bera
4183.631 Probability
0.000000
Gambar 19. Uji Normalitas Komoditas Tomat
Kurtosis yang  lebih  dari  tiga  menunjukkan  gejala  awal  adanya
heteroskedastisitas.  Berdasarkan  Gambar  19,  menunjukkan  nilai  kurtosis  lebih besar  dari  tiga  yaitu  untuk  komoditas  tomat  sebesar  10,23628.  Berdasarkan nilai
kurtosis  menunjukkan  nilai  yang  lebih  besar  dari  tiga  sehingga  data  tersebut mengandung  heteroskedastisitas.  Skewness  pada komoditas tomat  bernilai  positif
sebesar  0,570362  yang  menunjukkan  ujung  dari  kecondongan  menjulur  ke  arah nilai  positif  ekor  kurva  sebelah  kanan  lebih  panjang  sehingga  data  tersebut
masih  mengandung  heteroskedastisitas.  Dari  nilai  statistik  Jarque-Bera  tersebut menunjukkan  nilai  probability  sebesar  0,00000  lebih  kecil  dari  taraf  nyata  lima
persen yang berarti bahwa galat terbakukan tidak menyebar normal. a.  Analisis risiko harga tomat
OLS  Ordinary  Least  Square  dilakukan  sebelum  menganalisis  ARCH- GARCH,  yang  disajikan  dalam  Lampiran  14.  Pendugaan  parameter  model
menggunakan  metode  kemungkinan  maksimum  atau  quasi  maximum  likelihood. Terdapat 12 model yang diajukan dalam penelitian sebagai hasil teknik pengujian
berbagai  model  dengan  kombinasi  ARCH-GARCH.  Pada  penelitian  yang dilakukan, menggunakan model standar menurut Verbeek 2000 adalah GARCH
1,1.  Ringkasan  model  tersebut  dapat  dilihat  pada  Lampiran  15,16  dan  pilihan model terbaik dapat dilihat pada Tabel 16.
69 Tabel  16.  Hasil  Pendugaan  Parameter  Fungsi  Harga  Tomat  dengan  Model
GARCH
Variabel GARCH 1,1
Coefficient Std, Error  Z-Statistic  Probability
C Konstanta 0,215384
0,039412 5,464990
0,0000 P
t-1
Harga Tomat Periode Sebelumnya
0,975501 0,004177
233,5145 0,0000
Q
t
Jumlah Pasokan Tomat -0,003973
0,003559 -1,116362
0,2643 Variance Equation
C Konstanta 0,000506
8,08E-05 6,256933
0,0000
1
Volatilitas Periode Sebelumnya
0,079162 0,007443
10,63639 0,0000
1
Varian Periode Sebelumnya 0,876343
0,011399 76,87890
0,0000 AIC
-1,782461 SC
-1,764714 R-squared
94,62
Berdasarkan  hasil  output  pada  Tabel  16,  menunjukkan  bahwa  konstanta  dan harga  periode  sebelumnya  signifikan  pada  taraf  nyata  satu  persen.  Sedangkan
pasokan  untuk  komoditas  tomat  signifikan  pada  taraf  nyata  30  persen.  Nilai  R- square
sebesar  94,62  persen  pada  persamaan  model  komoditas  tomat menunjukkan bahwa variabel independen harga periode sebelumnya dan jumlah
pasokan tomat dapat menjelaskan harga komoditas tomat dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Hasil pendugaan harga tomat menunjukkan nilai parameter pada harga periode sebelumnya  memiliki  korelasi  positif  sebesar  0,975501  dengan  harga  periode
sekarang  yang  berarti  bahwa  harga  sebelumnya  meningkat  maka  harga  pada periode  berikutnya juga akan  meningkat  begitu  pula  sebaliknya.  Pada  komoditas
tomat, pasokan memiliki koefisien negatif sebesar 0,003973 dengan harga periode sekarang  artinya  ketika  permintaan  konsumen  terhadap  tomat  meningkat  dan
keadaan  jumlah  yang  ditawarkan  pasokan  tidak  mencukupi  maka  akan mengakibatkan  peningkatan  harga  tomat.  Harga  tertinggi  tomat  mencapai  Rp.
9.500  per  kilogram  pada  bulan  April  2010  dengan  jumlah  pasokan  yang  masuk pasar  sebesar  2.030  ton.  Peningkatan  harga  tomat  disebabkan  karena  kondisi
daerah  sentra  yang  mengalami  gagal  panen  curah  hujan  yang  tinggi,  serangan hama penyakit tanaman, keadaan transportasi yang menyebabkan keterlambatan
masuknya  barang  sehingga  pasokan  yang  masuk  ke  pasar  rendah.  Untuk  harga
70 terendah mencapai Rp. 900 per kilogram yang terjadi pada bulan September 2007
dengan  jumlah  pasokan  yang  masuk  ke  pasar  sebesar  3.167  ton.  Harga  terendah pada  tomat  disebabkan  oleh  daerah  sentra  panen  secara  bersamaan  panen  raya
sehingga menyebabkan peningkatan jumlah pasokan yang masuk ke pasar. Hasil  output  menunjukkan  bahwa  model  terbaik  untuk  komoditas  tomat  dari
semua  estimasi  kombinasi  yang  dilakukan  adalah  GARCH  1,1  yang  berarti bahwa  pola  pergerakan harga  tomat  dipengaruhi oleh  volatilitas  dan dipengaruhi
oleh  varian  harga  pada  satu  hari  sebelumnya.  Hasil  analisis  model  persamaan varian  harga  tomat  menunjukkan  bahwa  volatilitas  dan  varian  harga  periode
sebelumnya bertanda positif dan dan signifikan pada taraf nyata satu persen. Hal ini  menunjukkan  bahwa  varian  dan  volatilitas  harga  tomat  periode  sebelumnya
merupakan  salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi  risiko  harga  jual  periode berikutnya. Dimana peningkatan risiko harga jual tomat periode sebelumnya maka
akan meningkatkan risiko harga jual tomat pada periode berikutnya. Untuk  mengetahui  kecukupan  model,  maka  dilakukan  pemeriksaan terhadap
galat  terbakukan  dengan  mengamati  nilai  statistik  uji  Jarque-Bera  untuk memeriksa  asumsi  kenormalan.  Hasil  pengolahan  model  dugaan  sementara
persamaan  harga  tomat  disajikan  pada  lampiran  17  yang  menunjukkan  Jarque- Bera pada model dugaan sementara risiko harga tomat diperoleh nilai probability
sebesar  0,0000  yang  berarti  galat  terbakukan  tidak  menyebar  normal.  Selain  itu, hasil  uji  ARCH  menunjukkan  nilai  LM  komoditas  tomat  memiliki  nilai
probability lebih besar dari taraf nyata lima persen sehingga sudah tidak ada efek
ARCH yang disajikan pada Lampiran 18. b.  Tingkat risiko harga tomat
Model  persamaan  ARCH-GARCH  berdasarkan  model  terbaik  untuk komoditas tomat adalah sebagai berikut:
h
t
= 0,000506+ 0,079162
2 t-1
+ 0,876343 h
t-1
Model  di  atas  menunjukkan  bahwa  tingkat  risiko  harga  komoditas  tomat dipengaruhi  oleh  besarnya  error  term  harga  sehari  sebelumnya  dan  simpangan
baku  harga  dari  rataannya  untuk  satu  hari  sebelumnya.  Dilihat  dari  persamaan nilai  varian  pada  Gambar  20  menunjukkan  bahwa  tingkat  volatilitas  tertinggi
untuk komoditas tomat sebesar 0,92 pada periode 596 dan posisi terendah sebesar
71 pada periode 1312-1315. Risiko harga tomat tersebut dipengaruhi oleh kelebihan
pasokan  yang  masuk  ke  pasar  sehingga  menyebabkan  harga  turun  drastis  dan karakteristik  komoditas  tomat  yang  mudah  busuk  dan  tidak tahan  lama  sehingga
harus laku terjual pada hari itu juga. Plot varian harga tomat Periode Januari 2006 – Februari 2011, dapat dilihat pada Gambar 20.
.00 .02
.04 .06
.08 .10
250 500
750 1000
1250 1500
1750
Gambar 20. Plot Varian Harga Tomat Periode Januari 2006 – Februari 2011 Sumber: Pasar Induk Kramat Jati, 2011
Dari  model  persamaan  tersebut  maka  dapat  dilakukan  perhitungan  besarnya risiko yang dihadapi oleh pedagang dengan adanya fluktuasi harga tomat melalui
perhitungan  VaR.  Tingkat  penerimaan  yang  diambil  untuk  perhitungan  VaR diperoleh  dari  modal  yang  dikeluarkan  pedagang  untuk  membeli  sayuran  tomat
dalam  satu  hari.  Perhitungan  VaR  dilakukan  dengan  menggunakan  skenario periode  penjualan  yakni  selama  1  hari,  7  hari,  dan  14  hari.  Berdasarkan
perhitungan VaR dengan besar rata-rata modal yang dikeluarkan pedagang tomat dalam  satu  hari  adalah  untuk  tomat  sebesar  Rp.  2.500.000,00.  Besarnya  risiko
harga yang akan ditanggung pedagang tomat disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Besar Risiko Harga Tomat dari Modal yang Dikeluarkan Pedagang
Hari Tomat
Nilai Rp 1
386.575 15,46
7 1.022.491
40,90 14
1.446.564 57,86
Besar  risiko  harga  pada  Tabel  17,  komoditas  tomat  tersebut  terlihat  bahwa nilai VaR semakin besar seiring dengan lamanya waktu berinvestasi. Risiko harga
tomat sebesar 15,46 persen dari total investasi yang dikeluarkan pedagang dalam jangka  waktu  satu  hari  yang  menunjukkan  bahwa  kenaikan  penerimaan  sebesar
V ar
ia n
Periode
72 satu  rupiah  akan  meningkatkan  risiko  harga  tomat  sebesar  15,46  persen.  Dilihat
dari  besar  risiko  harga  yang  diperoleh  pedagang  tomat  disebabkan  oleh karakteristik tomat yang tidak tahan lama dan mudah busuk sehingga penyusutan
semakin  tinggi.  Hal ini disebabkan  karena jumlah  pasokan  yang  masuk  ke pasar tinggi  maka  semakin  besar  pula  risiko  yang  akan  ditanggung  sehingga  kondisi
tersebut mempengaruhi kualitas dan harga yang terdapat di pasar. Di mana harga akan  semakin  rendah  ketika  pasokan  yang  masuk  ke  pasar  tinggi  dan
mempengaruhi jumlah keuntungan yang akan diperoleh pedagang.
6.2 Alternatif Strategi yang dapat Diterapkan dalam Mengatasi Risiko Harga Sayuran Terutama Kentang, Kubis, dan Tomat di Indonesia
6.2.1 Strategi yang dapat Diterapkan oleh Petani