46
4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian  ini  menggunakan  data  primer  dan  data  sekunder  yang  diolah  dan dianalisis melalui beberapa metode analisis yang digunakan. Metode analisis yang
digunakan  dalam  penelitian  ini  meliputi  analisis  kuantitatif  dan  kualitatif. Analisis  kuantitatif  yang  dilakukan  dalam  penelitian  ini  adalah  analisis  risiko
dengan menggunakan model ARCH-GARCH yang digunakan untuk meramalkan volatilitas  periode  selanjutnya  dan  perhitungan  VaR  yang  digunakan  untuk
menjawab  tujuan  penelitian  yang  pertama,  yaitu  menganalisis  besarnya  tingkat risiko  harga  kentang,  kubis  dan  tomat.  Data  yang  digunakan  adalah  data  harga
harian  rupiah  per  kilogram,  pasokan  harian  satuan  dalam  ton  kentang,  kubis dan tomat serta permintaan satuan dalam ton khusus untuk komoditas kentang.
Analisis data diolah dengan bantuan program Microsoft Excel dan Eviews 6. Analisis  kualitatif  dilakukan  dengan  pendekatan  deskriptif  yang  digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua, yaitu menganalisis alternatif solusi yang  dilakukan  petani  selaku  produsen  untuk  mengurangi  risiko  harga  dari
komoditas  kentang,  kubis  dan  tomat.  Analisis  ini  menggunakan  data  kualitatif yang diperoleh melalui hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pihak-pihak
yang  berkepentingan  seperti  petani  kentang,  kubis  dan  tomat,  pedagang  grosir kentang,  kubis  dan  tomat  dan  karyawan  Kantor  di  Pasar  Induk  Kramat  Jati,
Jakarta serta Kementrian Pertanian.
4.4 Analisis Data Harga Sayuran
Pengukuran  risiko  harga  kentang,  kubis,  dan  tomat  dalam  penelitian  ini dilakukan  dengan  menggunakan  model  ARCH-GARCH.  Model  ARCH
Autoregressive  Conditional  Heteroscedasticity  dikembangkan  untuk  menjawab persoalan  adanya  volatilitas  atau  fluktuasi  pada  data  ekonomi  dan  bisnis,
khususnya  dalam  bidang  keuangan.  Volatilitas  ini  tercermin  dalam  varians residual yang tidak memenuhi asumsi homoskedastisitas varians residual konstan
sepanjang waktu. Bollerslev pada tahun 1986 kemudian mengembangkan model ini  menjadi  GARCH,  yaitu  singkatan  dari  Generalized  Autoregressive
Conditional  Heteroscedasticity .  GARCH  mengasumsikan  data  yang  dimodelkan
memiliki  standar  deviasi  yang  selalu  berubah  terhadap  waktu.  GARCH  yang
47 cukup baik untuk memodelkan data yang berubah standar deviasinya, tetapi tidak
untuk data yang benar-benar acak. Kondisi  volatilitas  data  mengindikasikan  bahwa  perilaku  data  time  series
memiliki  varian  residual  yang  tidak  konstan  dari  waktu  ke  waktu  atau mengandung  gejala  heteroskedastisitas  karena  terdapat  varians  error  yang
besarnya  tergantung  dengan  pada  volatilitas  error  masa  lalu.  Akan  tetapi  ada kalanya  varian  error  tidak  tergantung  pada  variablel  bebasnya  saja  melainkan
varian  tersebut  berubah-ubah  seiring  dengan  perubahan  waktu.  Karena  itu,  perlu dibuat suatu model pendekatan untuk memasukkan masalah volatilitas data dalam
model penelitian. Dalam  mengaplikasikan  model  ARCH-GARCH,  dilakukan  tahap-tahap
sebagai berikut : 1. Identifikasi efek ARCH
Dalam permodelan  ARCH-GARCH  didahului dengan  identifikasi  apakah suatu  data  atau  model  persaman  rataan  yang  diamati  mengandung
heteroskedastisitas  atau  tidak.  Ini  dilakukan  antara  lain  dengan  mengamati beberapa  ringkasan  statistik  dari  persamaan  rataan  tersebut.  Sebagai  contoh
bila  data  atau  model  persamaan  rataan  memiliki  nilai  kurtosis  lebih  dari  tiga menunjukkan  gejala  awal  adanya  heteroskedastisitas.  Davidson  dan
MacKinnon,  2004  dalam  Firdaus,  2006.  Skewness  merupakan  ukuran kemiringan, pengukuran tingkat ketidaksimetrisan kecondongan sebaran data
di  sekitar  rata-ratanya.  Distribusi  normal  merupakan  distribusi  yang  simetris dan  nilai  skewness  adalah  nol.  Skewness  yang  bernilai  positif  menunjukkan
ujung  dari  kecondongan  menjulur  ke  arah  nilai  positif  ekor  kurva  sebelah kanan  lebih  panjang.  Untuk  skewness  yang  bernilai  negatif  menunjukkan
ujung dari kecondongan menjulur ke arah nilai negatif ekor kurva sebelah kiri lebih  panjang.  Jika  data  skewness  tersebut  tidak  sama  dengan  nol  maka
mengandung heteroskedastisitas Widarjono, 2005. 2. Estimasi model
Pada  tahapan  ini  dilakukan  simulasi  beberapa  model  ragam  dengan menggunakan  model  rataan  yang  telah  didapatkan.  Kemudian  dilanjutkan
dengan pendugaan parameter model. Pendugaan parameter dimaksudkan untuk
48 mencari  koefisien  model  yang  paling  sesuai  dengan  data.  Penentuan  dugaan
parameter ARCH-GARCH
dilakukan dengan
menggunakan metode
kemungkinan  maksimum  secara  iteratif.  Dengan  menggunakan  Software Eviews
6, estimasi nilai-nilai parameter dapat dilakukan. Selanjutnya dilakukan pemilihan  model  terbaik.  Kriteria  model  terbaik  adalah  memiliki  ukuran
kebaikan  model  yang  besar  dan  koefisien  yang  nyata.  Terdapat  dua  bentuk pendekatan yang dapat digunakan sebagai ukuran kebaikan model yaitu :
a.  Akaike Information Criterion AIC   = Ln MSE + 2KN b.  Schwarz Criterion SC
= Ln MSE + [Klog N]N dimana,
MSE   = Mean Square Error K
= Banyaknya parameter N
= Banyaknya data pengamatan SC dan AIC merupakan dua standar informasi yang menyediakan ukuran
informasi yang dapat menemukan keseimbangan antara ukuran kebaikan model dan  spesifikasi  model  yang  terlalu  hemat.  Nilai  ini  dapat  membantu  untuk
mendapatkan seleksi model yang terbaik. Model yang baik dipilih berdasarkan nilai  AIC  dan  SC  yang  terkecil  dengan  melihat  juga  signifikansi  koefisien
model. 3. Evaluasi model
Pemeriksaan kecukupan model dilakukan untuk menguji asumsi, sehingga model yang diperoleh cukup memadai. Jika model tidak memadai, maka harus
kembali  ke  tahap  identifikasi  untuk  mendapatkan  model  yang  lebih  baik. Evaluasi  model  dilakukan  dengan  memperhatikan  beberapa  indikator,  yaitu
pengujian efek ARCH-GARCH dari residual dan memeriksa kenormalan galat baku model dengan uji Jarque-Bera.
4.  Peramalan Setelah  memperoleh  model  yang  memadai,  model  tersebut  digunakan
untuk  memperkirakan  nilai  volatilitas  masa  yang  akan  datang.  Peramalan dilakukan dengan memasukkan parameter ke dalam persamaan yang diperoleh.
Hasil peramalan digunakan untuk pembahasan lebih lanjut seperti perhitungan VaR pada analisis risiko. Tingkat risiko memiliki hubungan yang  erat dengan
metode GARCH yang sering digunakan jika terjadi ketidakhomogenan ragam
49 atau  varians  dari  data  return  dan  menduga  nilai  volatilitas  yang  akan  datang.
Hal  tersebut  merupakan  kelebihan  metode  GARCH  dibandingkan  dengan penduga  ragam  atau  varians  biasa  yang  tidak  mampu  melakukan  pendugaan
ragam varians jika terjadi ketidakhomogenan data tidak terpenuhi. Terkait  dengan  adanya  risiko  harga  pada  sayuran  dapat  diketahui  dengan
adanya  fluktuasi  harga.  Kondisi  ini  disebabkan  oleh  beberapa  faktor  yang mempengaruhi harga sayuran komoditas kentang, kubis, dan tomat diantaranya
harga  sebelumnya  P
t-1
dan  penawaran  Q
t
.  Penawaran  yang  digunakan adalah jumlah pasokan yang masuk ke pasar dari beberapa daerah sentra yang
menghasilkan  komoditas  kentang,  kubis,  dan  tomat.  Khusus  untuk  komoditas kentang dengan menambah permintaan D
t
dimana pada umumnya sisa dalam waktu  satu  hari  sebesar  20  persen  dan  selebihnya  adalah  permintaan  akan
komoditas kentang pada hari itu yang dapat dituliskan sebagai berikut: P
t
= f P
t-1
, Q
t
, D
t
Sehingga  diperoleh  persamaan  model  harga  sayuran  komoditas  kentang, kubis, dan tomat sebagai berikut:
Ln P
t
= b + b
1
Ln P
t-1
+ b
2
Ln Q
t
+ b
3
Ln D
t
+
t
Peramalan  ragam  untuk  periode  yang  akan  datang  diramalkan  dengan menggunakan rumus GARCH 1,1 sebagai berikut:
h
t
= C +
2 t-1
+   h
t-1
dimana: P
t
: Harga sayuran periode ke t Rupiahkilogram P
t-1
: Harga sayuran periode sebelumnya Rupiahkilogram Q
t
: Jumlah penawaran sayuran ton D
t
: Jumlah permintaan sayuran ton b
0,
b
1,
b
2,
b
3
,  , : Besaran parameter dugaan
ht : Ragam pada periode ke t
2 t-1
: Volatilitas periode sebelumnya h
t-1
: Varian periode sebelumnya C
: Konstanta
t
: Error Setelah  diperoleh  model  yang  sesuai  maka  dilakukan  perhitungan  Var
adalah sebagai berikut Jorion, 2001:
50 VaR =
t+1
x  b  x Z  x W dimana:
VaR =  Besarnya risiko yang diterima pedagang
b =  Periode penjualan sayuran
Z =  Titik kritik dalam tabel Z dengan alfa 5
W =  Besarnya modal yang dikeluarkan pedagang
t+1
=  Volatilitas yang akan datang dimana
t
=  h
t
Untuk  melakukan  perhitungan  VaR,  besarnya  penerimaan  diperoleh  dari modal  investasi  yang  digunakan  pedagang  kentang,  kubis,  dan  tomat.
Berdasarkan  modal  yang  dikeluarkan  pedagang  kentang,  kubis  dan  tomat dalam satu hari adalah untuk kentang sebesar Rp. 9.000.000,00, kubis sebesar
Rp. 2.400.000,00 dan tomat sebesar Rp. 2.500.000,00. Periode penjualan untuk mengetahui besarnya risiko yang ditanggung pedagang adalah satu, tujuh, dan
14 hari. Perhitungan VaR komoditas kentang, kubis, dan tomat disajikan pada Tabel 8, 9, 10.
Tabel 8. Perhitungan VaR Komoditas Kentang Indikator
Komoditas Kentang Periode ke 1
7 14
W
t+1
Z
VaR
Tabel 9. Perhitungan VaR Komoditas Kubis Indikator
Komoditas Kubis Periode ke 1
7 14
W
t+1
Z
VaR
Tabel 10. Perhitungan VaR Komoditas Tomat Indikator
Komoditas Tomat Periode ke 1
7 14
W
t+1
Z
VaR
51
V GAMBARAN UMUM PASAR INDUK KRAMAT JATI
5.1 Manajemen Pasar Induk Kramat Jati