23 penjualan langsung ke konsumen, misalnya melalui forum pameran, dan lain-lain
Sihombing, 2005. Skema saluran tataniaga kentang di Sumatera Utara, disajikan pada Gambar 3.
Gambar
3.  Skema Saluran Tataniaga Kentang di Sumatera Utara
Sumber: Sihombing, 2005
2.2.2  Pemasaran Kubis di Indonesia
Berdasarkan  penelitian  Agustian  et  al.  2005  mengenai  tujuan  dan pertimbangan  pemasaran  kubis  dari  petani  hingga  konsumen  Gambar  4.  Pada
jalur  pemasaran  komoditas  kubis  di  lokasi  penelitian  Kabupaten  Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten Karo, petani melakukan pemasaran kubis cukup
berVariasi yaitu melalui pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul tingkat kecamatan,  dan  pedagang  besar atau  Bandar.  Rantai Pemasaran  Kubis  di  Lokasi
Penelitian Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Karo, disajikan dalam Gambar 4.
Sub-Sistem Produksi
Sub-Sistem Pemasaran
Sub-Sistem Pra Produksi
Dalam Negeri
Sub-Sistem Pengolahan Kentang Segar
Kripik Dalam
Negeri Luar
Negeri Pedagang desa
Eksporti Pengecer
Merk Dagang
Pdg Pdg Besar
Eksportir Grosir
Grosir Pengecer
Pengecer Konsumen
Sumatra Utara
Konsumen Jakarta
Jawa Konsumen
Luar Negeri
24 Gambar  4.      Rantai  Pemasaran  Kubis  di  Lokasi  Penelitian  Kabupaten  Garut,
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Karo
Sumber: Agustian et al., 2005
Pedagang pengumpul desa di ketiga lokasi penelitian mempunyai kaki tangan yang  dikenal  dengan  sebutan  “penyiar”  di  Kabupaten  Garut  dan  “agen”  di
Kabupaten  Karo,  yang  bertugas  memberikan  informasi  mengenai  petani  yang akan  panen  dan  berapa  jumlah  produk  yang  dihasilkan.  Berdasarkan  Gambar  9
dapat  dilihat  bahwa  alur  pemasaran  komoditas  kubis  dari  petani  ke  konsumen akhir  cukup  panjang.  Hal  ini  tentunya  akan  sangat  terpengaruh  oleh  adanya
perbedaan  selisih  harga  yang  ada  untuk  mendorong  penjualan  tersebut  yang dilakukan  oleh  pedagang  pengumpul  desapenyiaragen.  Pedagang  pengumpul
tingkat kecamatan atau kabupaten selanjutnya dapat menjual ke pedagang di pasar tradisional  yaitu  pasar  induk  Pasar  Induk  Caringin,  Gedebage,  Kramat  Jati,
Cibitung,  Tanah  Tinggi,  Bogor,  sedangkan  untuk  pedagang  besar  jangkauan pemasarannya dapat langsung ke pasar induk, atau ke supplier.
Sementara  itu,  pola  pemasaran  kubis  dari  petani  ke  pedagang  di  Provinsi Sumatera Utara Agustian et al., 2005 adalah sebagai berikut :
a.  Petani umumnya menjual langsung kepada pedagang di lahan untuk menaksir produksi  dan  dilakukan  tawar  menawar  harga  yang  disebut  dengan  pola
lelang. Penjualan berlangsung beberapa hari sebelum panen dilakukan. b.  Petani  terikat  untuk  menjual  langsung  ke  pedagang  yang  telah  memberi
pinjaman  modal.  Pola ini  umum  terjadi  pada  pedagang  yang  memasok  kubis ke Batam, untuk seterusnya di ekspor ke Malaysia dan Singapura.
Pedagang besarbandar
Pedagang pengumpul kecamatankabupaten
Pedagang pengumpul desa
Petani Pdg Antar
pulau Supplier
PI. Caringin PI. Bitung
PI. Tanah Tinggi
PI. Kramat Jati
Pdg Luar Jawa Luar Negeri
Supermarket
Pdg eceran dr luar daerah
Konsumen
25 c.  Petani  menjual  ke  pasar  terdekat,  pada  pola  ini  petani  memanen  dan
mengangkut sendiri kubisnya ke pasar terdekat. Petani yang memilih pola ini biasanya petani yang produksinya sedikit, maksimal satu ton.
2.2.3  Pemasaran Tomat di Indonesia