3 Tarif Upah Pengaruh Perlakuan Inovasi Penyadapan Getah Pinus terhadap Produktivitas Penyadap (Kasus : Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat).

dimana hal-hal yang tidak tercantum didalamnya akan dicantumkan didalam perjanjian lain yang telah disepakati. Kontrak kerja yang ada di HPGW termasuk dalam Perjanjian kerja waktu tertentu PKWT. Hal ini dikerenakan kontrak kerja yang ada di HPGW bersifat periode ataupun dapat ditentukan waktunya. Adanya kontrak kerja ini tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap produktivitas sadapan getah pinus di HPGW. Hal ini dikarenakan para penyadap menganggap bahwa kontrak kerja hanya merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi penyadap di HPGW. Berdasarkan jawaban responden dan Badan Pengelola HPGW tampak bahwa kontrak kerja hanya memberikan pengaruh terhadap kenaikan hasil sadapan getah pinus sebesar 15 kgbulan saja Gambar 2. Kenaikan akibat pengaruh parameter ini tidak mengalami peningkatan kembali terhadap hasil sadapan getah pinus karena pengaruh yang sangat minim. Gambar 2. Grafik pengaruh kontrak kerja terhadap kenaikan hasil sadapan getah pinus kg

5.2. 3 Tarif Upah

Gaji atau Upah merupakan salah satu unsur yang penting untuk meningkatkan motivasi kerja seorang karyawan karena gajiupah merupakan alat untuk memenuhi berbagai kebutuhan pegawai Hariandja 2007. Pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan pada tiga fungsi upah yaitu : terjaminnya kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang dan menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja Sumarsono 2003. Upah yang diterima karyawan di HPGW mencerminkan fungsi imbalan atas hasil kerja seseorang dan pemberian insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja. Pemberian upah kepada para penyadap berdasarkan atas hasil sadapan yang diperoleh para penyadap. Sistem pengupahan ini dihitung dengan satuan rupiah per kilogram getah hasil sadapan. Pemberian upah tidak bergantung pada satuan waktu. Penyadap yang telah menyetorkan hasil sadapan akan mendapatkan kupon yang selanjutnya dapat ditukarkan sebagai upah, tergantung pada hasil sadapan yang telah disetorkan. Umumnya penyadap dapat menyetorkan hasil sadapan dan menyetorkannya dua atau tiga kali dalam satu minggu, namun terdapat pula beberapa penyadap yang menyetorkannya setiap hari. Hal ini juga tergantung pada lokasi sadapan. Penyadap yang memiliki jarak sadapan yang cenderung dekat dengan pusat HPGW akan menyetorkan getah lebih sering dibandingkan dengan penyadap yang lokasinya lebih jauh. Pemberian insentif juga dilakukan oleh Badan pengelola HPGW dengan tujuan agar para penyadap dapat meningkatkan produktivitas sadapan. Insentif diberikan oleh Badan pengelola HPGW kepada penyadap setiap akhir bulan. Tarif upah yang ada di HPGW meningkat dari waktu ke waktu. Penyadapan pinus dimulai pada tahun 2007, dimana tarif upah awal yang digunakan pada tahun 2007-2008 sebesar Rp.750kg. Terdapat kenaikan tarif upah dimulai pada bulan Maret tahun 2009 dan berlaku sampai akhir tahun 2010 sebesar Rp 1.000kg. Upah sadapan kembali mengalami kenaikan pada tanggal 11 Januari tahun 2011, dimana tarif lama sebesar Rp. 1.000kg naik menjadi Rp.1.200kg. Setiap produksi sadapan melebihi target produksi diatas 100 kgminggu yang semula Rp.1.200kg menjadi Rp.1400kg . Produksi bulanan melebihi target produksi diatas 350 kgbulan yang semula Rp.1.400 kg menjadi Rp.1.600kg. Kenaikan upah ini tercantum dalam Surat Keputusan Direksi No.02DirHPGWI2011 tentang Parubahan Tarif Sadapan pada tanggal 11 Januari Tahun 2011. Terdapat pula pemberian insentif berupa mie instan untuk tiga penyadap dengan hasil sadapan terbanyak. Kenaikan tarif upah ini berlaku hanya selama 3 bulan. Pada tanggal 25 Maret 2011 terdapat kenaikan tarif upah kembali berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.03DirHPGWIII2011. Surat keputusan tersebut berisi bahwa tarif getah pinus diubah yang sebelumnya sebesar Rp.1.200kg pada tarif dasar, Rp.1400kg pada produksi bulanan diatas 100kgminggu dan Rp.1.600kg pada produksi bulanan diatas 350 kgbulan menjadi Rp.1.600,-kg. Dengan adanya surat keputusan ini maka harga upah sadap yang sebelumnya tidak digunakan lagi. Pemberian insentif lainnya berupa berupa mie instan untuk tiga penyadap dengan jumlah sadapan tertinggi tetap berlaku. Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal 26 maret tahun 2011 dan dapat berubah sewaktu-waktu sampai adanya Surat Keputusan selanjutnya. Awal diberlakukannya tarif upah tidak berpengaruh terlalu signifikan terhadap peningkatan hasil sadapan sebesar 12,875 kgbulan. Kenaikan berpengaruh signifikan terhadap kenaikan tarif pada bulan Maret tahun 2011 sebesar 66,875 kgbulan Gambar 3. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi atau kesejahteraan menjadi motif bagi masyarakat untuk berproduksi lebih banyak. Apabila masyarakat mampu meningkatkan produksi sadapan getah maka tingkat kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Dengan demikian peningkatan hasil sadapan berbanding lurus terhadap peningkatan pendapatan penyadap atau kesejahteraan masyarakat. Gambar 3. Grafik pengaruh tarif upah terhadap kenaikan hasil sadapan getah pinus kg.

5.2. 4 Hasil Penelitian atau Ilmu Pengetahuan