BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Hutan merupakan salah satu sumber kekayaan negara dan bangsa, baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Hingga saat ini masih
banyak masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan serta sumber hidupnya masih tergantung pada hutan. Oleh karena itu pemanfaatan sumber daya
hutan secara bijaksana dan lestari harus dilaksanakan oleh para pengelola hutan. Manfaat yang bisa diperoleh dari hutan tidak hanya berasal dari hasil hutan kayu
HHK melainkan hasil hutan bukan kayu HHBK, karbon dan ekowisata. Definisi HHBK adalah hasil hutan baik hayati maupun nabati beserta produk
turunannya dan budidayanya kecuali kayu.
2. 1 Ciri-Ciri Pinus
Pinus memiliki banyak spesies, salah satu yang banyak dimanfaatkan adalah Pinus merkusii. Pinus merkusii merupakan salah satu jenis tumbuhan
dari Family Pinaceae yang memiliki ciri-ciri berbatang silindris, lurus dalam tegakan rapat, cabang membentuk putaran yang teratur,tinggi bebas cabang
mencapai 10-25 meter, tidak berbanir dan berdaun jarum. Bunga berbentuk strobili jantan dan betina. Pinus merkusii merupakan jenis pionir yang mampu
bertahan hidup dan pertumbuhannya sangat cepat fast growing spesies serta mampu tumbuh pada kondisi yang sangat sulit Prosea 1998.
Direktorat Jendral Kehutanan 1973 menyatakan bahwa Pinus merkusii dengan nama daerah tusam banyak ditemukan tumbuh di belahan bumi bagian
selatan. Pohon bertajuk lebat, berbentuk kerucut dan mempunyai perakaran yang kuat dan dalam. Jenis ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dengan lapisan
tanah yang tebaldalam, pH tanah asam dan menghendaki tekstur tanah ringan sampai sedang. Umur 10 tahun pohon ini sudah dapat disadap getahnya.
2. 2 Penyadapan Getah Pinus
Penyadapan pohon pinus dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan melukai sampai kayu atau hanya sampai kambiumnya Sumantri 1991 diacu
dalam Radita 2011. Terdapat beberapa metode dalam penyadapan pinus,
diantaranya yaitu metode Quarre, metode riil dan metode bor. Namun penyadapan pinus secara umum dilakukan dengan cara koakan quarre.
Terdapat beberapa getah pohon pinus merupakan bahan yang mempunyai susunan yang kompleks, dihasilkan oleh kelenjar tertentu yang berbentuk saluran
getah, dikelilingi oleh saluran perenkim, membentuk saluran resin longitudinal dan radial. Produksi saluran resin dirangsang dengan pelukaan atau kejadian
pelukaan lain Haygreen Bowyer 1982 diacu dalam Dharmawan 2007. Menurut Kasmudjo 2011, ada beberapa cara atau teknik dalam
penyadapan getah pinus, yaitu: 1. Metode Koakan
Metode koakan ini dilakukan dengan cara mengerok kulit batang lebih dulu kemudian kayunya dilukai sedalam 1-2 cm dan lebarnya kira-kira 10 cm.
pelukaan dengan cara ini berbentuk huruf U terbalik dengan jarak mula-mula dari permukaan tanah kira-kira 15-20 cm dengan tinggi maksimal koakan mencapai
200 cm. Saat ini mulai dikembangkan koakan dengan lebar koakan mencapai 4-6 cm dan tinggi koakan sampai 240 cm. pembaharuan luka sadapan diilakukan pada
hari ke-4 dengan tebaljarak sadapan sebesar 5 mm. 2. Metode V
Penyadapan dengan metode V tidak jauh berbeda dengan metode koakan, yang membedakannya adalah bentuk pelukaannya berbentuk huruf V. Metode ini
umumnya akan menghasilkan getah lebih sedikit dibandingkan cara U terbalik di permulaan pelukaan. Metode bentuk ini dapat dimodifikasi ke dalam beberapa
bentuk seperti bentuk V ganda atau seri arah ke atas yang biasa dikenal dengan bentuk Rill. Sadapan awal umumnya dilakukan 10 cm diatas permukaan tanah
dengan kemiringan minimal 30°, lebar luka sadapan sebesar 5 mm dan jarak sadapan 5 mm serta ada saluran ditengah V. frekwensi penyadapan dilakukan 6
hari sekali engan tinggi maksimal sadapan mencapai 65 cm.tahunnya. 3. Metode Bor
Metode ini dilakukan dengan cara pengeboran, yaitu membuat luka pada pohontegakan yang akan disadap dengan cara dibor dengan kedalaman bor
mencapai 3-12 cm diameter mata bor ± 3 cm. Arah penyebaran sebaiknya miring keatas 5-10° dari bidang datar dengan pembaharuan luka bor bisa ke arah
dalam atau di atas luka lama. Saat ini mulai dikembangkan system bor tertutup yaitu pada luka sadapan dimasukkan pipaselang dan getah yang keluar melalui
pipaselang ditampung dalam plastik atau botol. Frekwensi sadapan dilakukan 5-7 hari sekali.
4. Metode Goresan atau Guratan Metode penyadapan ini biasanya dilakukan pada agathis kopal dan karet,
sedangkan pada pinus jarang digunakan. Dengan beberapa metode diatas, penyadapan dengan metode koakan dapat
menghasilkan getah paling banyak dibandingkan metode yang lain.
2. 3 Kualitas Getah Pinus