BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam dengan banyak manfaat yang terkandung didalamnya. Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang
memproduksi hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu. Namun keberadaan hutan di Indonesia saat ini lebih banyak dimanfaatkan untuk produksi kayu.
Sedangkan potensi hutan yang memiliki nilai tinggi tidak hanya kayu, melainkan hasil hutan bukan kayu HHBK dan jasa hasil hutan. HHBK menurut FSC
Forest Stewardship Council adalah keseluruhan sumberdaya atau produk biologis selain kayu yang berasal dari hutan untuk diperjual belikan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan atau masyaraat lokal Games et al. 2002 diacu dalam Syamsu 2009.
HHBK dapat menjadi komoditas yang dapat diperhitungkan dan bernilai tinggi jika dapat dikelola dengan baik. HHBK memiliki kontribusi penting bagi
pembangunan berkelanjutan dan kelestarian hutan untuk generasi yang akan datang. Pengelolaan HHBK merupakan salah satu alternatif untuk konservasi
sumberdaya hutan karena tetap mempertahankan kayu dan ekosistem hutan. Di Indonesia pengelolaan HHBK masih belum dikelola secara optimal karena kayu
masih menjadi prioritas utama hasil hutan. Permintaan serta kebutuhan akan getah pinus di Indonesia semakin
meningkat setiap tahun. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatan produktivitas getah pinus di Indonesia. Selain memiliki tujuan utama
sebagai hutan pendidikan, Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW telah melakukan penyadapan terhadap HHBK. HHBK yang saat ini mulai disadap
adalah getah yang berasal dari jenis Pinus merkusii kerena memiliki banyak manfaat dalam bidang industri, antara lain: bahan baku lem, kosmetik, dan pernis.
Selain itu terdapat pula jenis damar Agathis lorantifolia yang juga memiliki banyak manfaat sebagai bahan penambah kilap pernis, cat, perekat bahan pelapis
tekstil dan lain-lain. Produksi getah pinus yang ada di HPGW semakin meningkat setiap
tahunnya. Peningkatan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai perlakuan penyadapan,
antara lain adanya peningkatan pemberian motivasi kerja, adanya kontrak kerja antara penyadap dengan pengelola HPGW, tarif upah sadap, dan adanya hasil
penelitian yang dilakukan di HPGW. Peningkatan produktivitas penyadap ini dapat dikaji dengan mengklasifikasikan pengaruh perlakuan terhadap
produktivitas getah pinus selama jangka waktu tertentu. Peningkatan produksi getah pinus berdasarkan berbagai perlakuan ini sangat menarik untuk dipelajari,
oleh kerena itu perlu dilakukan penelitian Pengaruh Perlakuan Inovasi Penyadapan Geteh Pinus terhadap Produktivitas Penyadap
.
1.2 Tujuan Penelitian