antara lain adanya peningkatan pemberian motivasi kerja, adanya kontrak kerja antara penyadap dengan pengelola HPGW, tarif upah sadap, dan adanya hasil
penelitian yang dilakukan di HPGW. Peningkatan produktivitas penyadap ini dapat dikaji dengan mengklasifikasikan pengaruh perlakuan terhadap
produktivitas getah pinus selama jangka waktu tertentu. Peningkatan produksi getah pinus berdasarkan berbagai perlakuan ini sangat menarik untuk dipelajari,
oleh kerena itu perlu dilakukan penelitian Pengaruh Perlakuan Inovasi Penyadapan Geteh Pinus terhadap Produktivitas Penyadap
.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Mengidentifikasi perlakuan terhadap penyadapan getah pinus di HPGW.
2. Menganalisis perbandingan produktivitas getah pinus berdasarkan
perubahan perlakuan penyadapan. 3.
Menganalisis perbandingan persepsi penyadap terhadap kenaikan produktivitas getah pinus berdasarkan perubahan perlakuan penyadapan
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan, sebagai berikut :
1. Memberikan informasi kepada Badan Pengelola HPGW mengenai
produktivitas sadapan getah pinus terhadap perubahan perlakuan penyadapan.
2. Memberikan pengalaman penelitian untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam melaksanakan penelitian.
1.4 Perumusan Masalah
Getah pinus merupakan salah satu HHBK yang penting dalam pemenuhan kebutuhan industri di Indonesia. Permintaan getah pinus untuk bahan baku
industry yang semakin meningkat, maka perlu dilakukannya upaya peningkatan produktivitas getah pinus. Jumlah produksi getah pinus yang ada di HPGW
semakin meningkat setiap tahunnya, maka perlu dikaji perlakuan penyadapan yang dapat meningkatkan produktivitas penyadap. Peningkatan produktivitas
penyadap ini dapat dikaji dengan menganalisis variasi produksi berdasarkan berbagai perlakuan penyadapan yang diterapkan oleh Badan Pengelola HPGW.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Hutan merupakan salah satu sumber kekayaan negara dan bangsa, baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan. Hingga saat ini masih
banyak masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan serta sumber hidupnya masih tergantung pada hutan. Oleh karena itu pemanfaatan sumber daya
hutan secara bijaksana dan lestari harus dilaksanakan oleh para pengelola hutan. Manfaat yang bisa diperoleh dari hutan tidak hanya berasal dari hasil hutan kayu
HHK melainkan hasil hutan bukan kayu HHBK, karbon dan ekowisata. Definisi HHBK adalah hasil hutan baik hayati maupun nabati beserta produk
turunannya dan budidayanya kecuali kayu.
2. 1 Ciri-Ciri Pinus
Pinus memiliki banyak spesies, salah satu yang banyak dimanfaatkan adalah Pinus merkusii. Pinus merkusii merupakan salah satu jenis tumbuhan
dari Family Pinaceae yang memiliki ciri-ciri berbatang silindris, lurus dalam tegakan rapat, cabang membentuk putaran yang teratur,tinggi bebas cabang
mencapai 10-25 meter, tidak berbanir dan berdaun jarum. Bunga berbentuk strobili jantan dan betina. Pinus merkusii merupakan jenis pionir yang mampu
bertahan hidup dan pertumbuhannya sangat cepat fast growing spesies serta mampu tumbuh pada kondisi yang sangat sulit Prosea 1998.
Direktorat Jendral Kehutanan 1973 menyatakan bahwa Pinus merkusii dengan nama daerah tusam banyak ditemukan tumbuh di belahan bumi bagian
selatan. Pohon bertajuk lebat, berbentuk kerucut dan mempunyai perakaran yang kuat dan dalam. Jenis ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dengan lapisan
tanah yang tebaldalam, pH tanah asam dan menghendaki tekstur tanah ringan sampai sedang. Umur 10 tahun pohon ini sudah dapat disadap getahnya.
2. 2 Penyadapan Getah Pinus
Penyadapan pohon pinus dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan melukai sampai kayu atau hanya sampai kambiumnya Sumantri 1991 diacu
dalam Radita 2011. Terdapat beberapa metode dalam penyadapan pinus,
diantaranya yaitu metode Quarre, metode riil dan metode bor. Namun penyadapan pinus secara umum dilakukan dengan cara koakan quarre.
Terdapat beberapa getah pohon pinus merupakan bahan yang mempunyai susunan yang kompleks, dihasilkan oleh kelenjar tertentu yang berbentuk saluran
getah, dikelilingi oleh saluran perenkim, membentuk saluran resin longitudinal dan radial. Produksi saluran resin dirangsang dengan pelukaan atau kejadian
pelukaan lain Haygreen Bowyer 1982 diacu dalam Dharmawan 2007. Menurut Kasmudjo 2011, ada beberapa cara atau teknik dalam
penyadapan getah pinus, yaitu: 1. Metode Koakan
Metode koakan ini dilakukan dengan cara mengerok kulit batang lebih dulu kemudian kayunya dilukai sedalam 1-2 cm dan lebarnya kira-kira 10 cm.
pelukaan dengan cara ini berbentuk huruf U terbalik dengan jarak mula-mula dari permukaan tanah kira-kira 15-20 cm dengan tinggi maksimal koakan mencapai
200 cm. Saat ini mulai dikembangkan koakan dengan lebar koakan mencapai 4-6 cm dan tinggi koakan sampai 240 cm. pembaharuan luka sadapan diilakukan pada
hari ke-4 dengan tebaljarak sadapan sebesar 5 mm. 2. Metode V
Penyadapan dengan metode V tidak jauh berbeda dengan metode koakan, yang membedakannya adalah bentuk pelukaannya berbentuk huruf V. Metode ini
umumnya akan menghasilkan getah lebih sedikit dibandingkan cara U terbalik di permulaan pelukaan. Metode bentuk ini dapat dimodifikasi ke dalam beberapa
bentuk seperti bentuk V ganda atau seri arah ke atas yang biasa dikenal dengan bentuk Rill. Sadapan awal umumnya dilakukan 10 cm diatas permukaan tanah
dengan kemiringan minimal 30°, lebar luka sadapan sebesar 5 mm dan jarak sadapan 5 mm serta ada saluran ditengah V. frekwensi penyadapan dilakukan 6
hari sekali engan tinggi maksimal sadapan mencapai 65 cm.tahunnya. 3. Metode Bor
Metode ini dilakukan dengan cara pengeboran, yaitu membuat luka pada pohontegakan yang akan disadap dengan cara dibor dengan kedalaman bor
mencapai 3-12 cm diameter mata bor ± 3 cm. Arah penyebaran sebaiknya miring keatas 5-10° dari bidang datar dengan pembaharuan luka bor bisa ke arah
dalam atau di atas luka lama. Saat ini mulai dikembangkan system bor tertutup yaitu pada luka sadapan dimasukkan pipaselang dan getah yang keluar melalui
pipaselang ditampung dalam plastik atau botol. Frekwensi sadapan dilakukan 5-7 hari sekali.
4. Metode Goresan atau Guratan Metode penyadapan ini biasanya dilakukan pada agathis kopal dan karet,
sedangkan pada pinus jarang digunakan. Dengan beberapa metode diatas, penyadapan dengan metode koakan dapat
menghasilkan getah paling banyak dibandingkan metode yang lain.
2. 3 Kualitas Getah Pinus
Kualitas getah pinus hasil sadapan dibedakan atas 2 kelas yaitu mutu A dan B. Kualitas mutu A adalah getah yang berwarna putih bening, tidak ada
campuran tanahlumpur dan kotoran lain kandungan kotoran kurang dari 2 serta kadar air yang kurang dari 3. Sedangkan untuk mutu B yaitu getah yang
berwarna keruh sampai coklat, terdapat campuran tanahlumpur dengan kandungan kotoran 2-5 serta kadar air labih besar dari 3 Kasmudjo 2011.
2. 4 Faktor yang Mempengaruhi Getah Pinus
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi getah pinus berupa faktor internal, eksternal dan perlakuan. Faktor internal diantaranya meliputi jenis
pohon, jumlah persen kayu gubal yang banyak dipohon, kesehatan pohon, persen tajuk dan system perakaran. Faktor eksternal meliputi jarak tanam, iklim dan
tempat tumbuh jenis dan kondisi tanah serta bonita. Sedangkan faktor perlakuan seperti bentuk dan arah sadapan, arah pembaharuan, dan pemberian
stimulansia Kasmudjo 2011.
2. 5 Pemanfaatan Getah Pinus
Getah diambil dari pohon pinus yang telah masuk sadap melalui penyadapan. Pohon pinus dianggap sudah masak apabila telah berumur 11 tahun
atau bila memiliki diameter pohon sebesar 18 cm. Produksi getah pinus dipengaruhi oleh kondisi biofisik dari pohon yang disadap serta kondisi
lingkungan sekitarnya. Pengaruh suhu dan kelembaban udara ini sangat
menentukan keluarnya getah sadapan dari masing-masing pohon. Direktorat Jendral Kehutanan 1973.
Pengolahan getah pinus prinsipnya bertujuan untuk menghasilan residu berupa gondorukem dan distilat berupa minyak terpentin.
Gondorukem dapat digunakan secara murni maupun sebagai campuran Kasmudjo 2011, sebagai
berikut: 1.
Dalam industri batik, gondorukem digunakan sebagai bahan pencampur lilin batik sehingga diperoleh malam. Kebutuhan gondorukem dalam industri ini
kira-kira 2.500 tontahun. 2.
Dalam industri kertas, gondorukem digunakan sebagai bahan sizing pengisi dalam pembuatan kertas. Kebutuhan gondorukem dalam industri ini kira-kira
0,5 dari produksi kertas atau 2.000 tontahun. 3.
Dalam industri sabun, gondorukem digunakan sebagai bahan pencampur dibutuhkan kira-kira 5-10 dari berat sabun.
4. Gondorukem juga dipakai untuk pembuatan varnish, tinta cetak, bahan isolasi
listrik, korek api, lem, industri kulit dan lain-lain. Selain penggunaan di atas, gondorukem dapat digunakan untuk kegunaan
yang lebih luas. Beberapa penggunaan gondorukem yaitu resin sintesis, vernis, plastik, lem, aspal, bahan plitur, bahan korek api, gemuk oli, lak sintesis, tinta
cetak, dalam industri kertas, sepatu, semir, sabun dan lain-lain. Sedangkan terpentin dapat digunakan untuk minyak cat, campuran parfum, detergent,
flavouring agent, protective coating, insektisida, lubricants, medicine, plastic, rubber, dan sebagainya Soenardi 1983
2. 6 Perlakuan Penyadapan
2.6. 1 Motivasi kerja
Motivasi kerja merupakan sebuah dorongandukungan yang dapat mempengaruhi karyawan untuk melakukan suatu hal untuk memperoleh tujuan
tertentu. Motivasi haruslah dimiliki oleh seseorang untuk mencapai suatu keberhasilan. Motivasi tidak hanya timbul oleh faktor yang hanya ada di dalam
dirinya namun juga pengaruh dari faktor luar external. Faktor yang mempengaruhi motivasi yang ada pada karyawan menurut Hesberg 1990 yaitu
faktor higienis Hygienic factors dan faktor motivasi motivation factors. Faktor
higienis adalah faktor yang berpengaruh dari luar antara lain : upah dan gaji, kondisi kerja, administrasi perusahaan, hubungan sosial dengan pekerja yang lain
dan adanya kepastian pekerjaan. Sedangkan faktor motivasi umumnya menyangkut faktor yang ada dari dalam diri mengenai kebutuhan psikologis
menyangkut pribadi karyawan terkait dengan pekerjaan itu sendiri, antara lain : prestasi yang diperoleh dalam suatu pekerjaan, pengakuan prestasi yang telah
dicapai, pemberian tanggung jawab, dan adanya kemajuan dalam pekerjaan Mangkuprawira Hubeis 2007.
Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk menentukan perilaku seseorang, termasuk dalam perilaku kerja. Motivasi kerja
merupakan arahan atau dorongan baik dari dalam individu maupun pengaruh dari luar yang menyebabkan seseorang melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan
dengan usaha yang lemah atau kuat. Motivasi akan sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang karyawan. Motivasi dapat memberikan dampak positif dan
negatif. Dampak positif yang ditimbulkan dari motivasi yang dimiliki seorang karyawan adalah motivasi yang bertujuan untuk memperoleh hasil secara optimal
dengan cara yang baik dan benar. Namun apabila karyawan memiliki motivasi yang negatif, maka karyawan tersebut akan melakukan berbagai cara agar
tujuannya dapat tercapai sehingga dapat menurunkan produktivitas perusahaan Mangkuprawira Hubeis 2007.
2.6. 2 Kontrak Kerja