100kgminggu dan Rp.1.600kg pada produksi bulanan diatas 350 kgbulan menjadi Rp.1.600,-kg. Dengan adanya surat keputusan ini maka harga upah
sadap yang sebelumnya tidak digunakan lagi. Pemberian insentif lainnya berupa berupa mie instan untuk tiga penyadap dengan jumlah sadapan tertinggi tetap
berlaku. Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal 26 maret tahun 2011 dan dapat berubah sewaktu-waktu sampai adanya Surat Keputusan selanjutnya.
Awal diberlakukannya tarif upah tidak berpengaruh terlalu signifikan terhadap peningkatan hasil sadapan sebesar 12,875 kgbulan. Kenaikan
berpengaruh signifikan terhadap kenaikan tarif pada bulan Maret tahun 2011 sebesar 66,875 kgbulan Gambar 3. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi atau
kesejahteraan menjadi motif bagi masyarakat untuk berproduksi lebih banyak. Apabila masyarakat mampu meningkatkan produksi sadapan getah maka tingkat
kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Dengan demikian peningkatan hasil sadapan berbanding lurus terhadap peningkatan pendapatan penyadap atau
kesejahteraan masyarakat.
Gambar 3. Grafik pengaruh tarif upah terhadap kenaikan hasil sadapan getah pinus kg.
5.2. 4 Hasil Penelitian atau Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan memiliki hubungan yang erat dengan adanya teknologi Keraf Dua 2001. Perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya
berbanding lurus dengan peningkatan atau ditemukannya teknologi. Seiring berjalanya waktu, ilmu pengetahuan berkembang karena penggunaanya dalam
pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat pula. Ditemukannya beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan yang ada semakin
berkembang. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang ini juga berpengaruh
terhadap produktivitas penyadapan getah pinus di HPGW. HPGW menggunakan stimulansia merupakan salah satu hasil penerapan ilmu pengetahuan. Stimulansia
yang digunakan adalah stimulansia anorganik dalam proses pengambilan getah pinus. Pemberian stimulansia ini bertujuan agar memperlancar keluarnya getah.
Penggunaan stimulansia ini digunakan sejak tahun 2008 sampai April 2011. Stimulansia anorganik yang digunakan yaitu cairan Asam Sulfat yang merupakan
campuran antara H
2
SO
4
dan HNO
3
. Menurut Santosa 2011 diacu dalam Damastuti 2011 mekanisme stimulansia ini adalah memberikan efek panas
terhadap getah, sehingga getah lebih lama dalam keadaan cair dan mudah mengalir keluar dari saluran getah dan mempengaruhi tekanan turgor dinding sel
hal ini akan mempermudah getah cepat keluar dan saluran getah dapat terbuka dalam waktu yang relatif lebih lama. Namun penggunaan stimulansia Cairan
Asam Sulfat CAS memiliki beberapa kekurangan yaitu memiliki dampak negatif diantaranya membahayakan diri penyadap, tidak ramah lingkungan dan kualitas
getah yang dihasilkan lebih rendah. Penggunaan CAS ini dapat mengganggu pernapasan dan dapat merusak kulit penyadap. Hampir seluruh penyadap
merasakan dampak yang membahayakan ini, antara lain tangan yang mengelupas dan gangguan pernafasan berupa sesak nafas.
Saat ini telah dikembangkan pula stimulansia organik. Mulai bulan April 2011 HPGW menggunakan stimulansia organik adalah Etrat 12-40. Menurut
Darmastuti 2011
,
penggunaan stimulansia organik selain dapat meningkatkan hasil produksi getah, memiliki beberapa keuntungan, yaitu: tidak memiliki
dampak negatif terhadap lingkungan, penyadap, dan pohon pinus sendiri, serta kualitas getah yang dihasilkan lebih baik.
Penggunaan stimulansia organik berupa Etrat 12-40 mampu meningkatkan rata-rata produktvitas sebesar 96,28 dibandingkan dengan perlakuan tidak
menggunakan stimulansia kontrol sedangkan penggunaan Cairan Asam Sulfat CAS hanya meningkatkan rata-rata produktivitas sadapan sebesar 5,28
dibandingkan dengan perlakuan kontrol Darmastusi 2011. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan stimulansia organik berupa Etrat 12-40 sangat besar.
Gambar 4 menunjukkan adanya penggunaan stimulansia organik dalam penyadapan getah pinus memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
hasil sadapan pinus. Peningkatan yang cukup signifikan terdapat pada bulan Juni tahun 2011 sebesar 93,73 kg dan terus meningkat hingga bulan Agustus tahun
2011 menjadi 203,968 kg. Selain meningkatkan hasil sadapan, penggunaan etrat yang tidak memberikan dampak negatif terhadap kesehatan penyadap dan sangat
disukai oleh penyadap.
Gambar 4 Grafik pengaruh hasil penelitian terhadap hasil sadapan getah pinus.
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa perlakuan penyadapan yang memiliki pengaruh paling tinggi terhadap kenaikan getah pinus adalah motivasi
kerja yatu sebesar 317 kg. Peningkatan motivasi kerja ini 21 kali lebih besar dibandingkan dengan kenaikan kontrak kerj sebesar 15 kg. Motivasi kerja
memiliki pengaruh paling tinggi selain karena rentang waktu yang digunakan dalam penerapan perlakuan ini cukup lama penerimaan penyadap atas pemberian
perlakuain ini cukup baik. Setelah itu diikiti dengan hasil penelitian sebesar 203,968 kg. Peningkatan hasil sadapan karena adanya perlakuan hasil penelitian
ini 14 kali lebih besar dibandingkan dengan kenaikan kontrak kerja. Hasil penelitian akan meningkat seiring berjalannya waktu dan peningkatan kebutuhan
manusia. Hasil penelitian memiliki pengaruh yang cukup baik terhadap peningkatan hasil sadapan getah, hal ini ditandai dengan peningkatan yang cukup
tinggi dalam rentang waktu yang relatif singkat. Tarif upah meningkatan produktivitas penyadap sebesar 66,85 kgbulan atau empat kali lebih besar
dibandingkan dengan pengaruh kontrak kerja. Peningkatan yang diakibatkan karena adanya tarif upah cukup besar. Hal ini dikerenakan pengaruh motif
ekonomi yang diterapkan oleh Badan Pengelola HPGW terhadap penyadap. Pengaruh yang diberikan kontrak kerja terhadap peningkatan hasil sadapan relatif
kecil yaitu sebesar 15 kgbln. Kecilnya pengaruh perlakuan ini karena penyadap hanya beranggapan bahwa kontrak kerja hanyalah sebagai persyaratan
administrasi untuk menjadi seorang penyadap di HPGW.
Gambar 5. Grafik perbandingan masing-masing parameter terhadap peningkatan hasil sadapan.
5. 3
Persepsi Penyadap
Persepsi penyadap adalah pendapat penyadap terhadap kenaikan hasil sadapan getah pinus karena adanya berbagai perlakuan penyadapan. Perlakuan
penyadapan meliputi motivasi kerja, kontrak kerja, tarif upah dan hasil penelitian.
5.3. 1 Motivasi kerja