43
dalam mgkg bb. Konsep pendekatan nilai ambang batas dengan menggunakan nilai Acceptable Daily Intake
ADI menurut Department of Health and Ageing of Australian Government
2012 adalah untuk memperkirakan nilai asupan harian dari suatu senyawa kimia yang dapat diterima oleh tubuh dan tanpa menyebabkan resiko
yang besar bagi kesehatan. Nilai Acceptable Daily Intake ADI dari suatu senyawa kimia didefinisikan sebagai dosis yang diperkirakan tidak menimbulkan resiko jangka
panjang apabila senyawa tersebut dikonsumsi atau masuk ke dalam tubuh tiap hari, namun nilai Acceptable Daily Intake ADI ini bukanlah merupakan garansi
keamanan secara mutlak, dan juga bukan merupakan suatu perkiraan resiko Marsidi dan Said, 2005.
Batas Maksimum Residu BMR pestisida merupakan konsentrasi maksimum residu pestida yang secara hukum diizinkan atau diketahui sebagai konsentrasi yang
dapat diterima pada hasil pertanian yang dinyatakan dalam miligram residu pestisida per kilogram hasil pertanian BSN, 2008. Penetapan BMR untuk herbisida sodium
bispiribak ini belum ada secara hukum belum dilakukan karena jenis bahan aktif ini termasuk bahan aktif baru untuk herbisida.
4.6 Analisis Biaya Budidaya Padi
Analisis biaya budidaya padi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis usahatani. Analisis usahatani ini bertujuan untuk mengetahui alokasi
sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Alokasi sumberdaya dapat dikatakan efektif bila petani
mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien jika pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran output yang
lebih besar dibandingkan masukan input. Efisiensi usahatani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis.
Analisis usahatani yang dilakukan menunjukkan bahwa perhitungan RC Ratio dilakukan untuk mengetahui apakah budidaya padi tersebut memberikan
44
keuntungan atau tidak. RC Ratio dihitung dengan membandingkan antara jumlah penerimaan dan biaya. Berdasarkan hasil analisis ragam data rata-rata bobot gabah
tiap perlakuan kemudian dilakukan perbandingan masing-masing analisis ekonomi budidaya padi sawah dari tiap perlakuan tersebut. Perbandingan tersebut dilakukan
dengan melihat analisis ekonomi budidaya padi sawah manakah yang lebih efektif dan memberikan keuntungan paling tinggi. Perbandingan analisis biaya dari masing-
masing perlakuan ditunjukkan pada Tabel 14. Tabel 14. Perbandingan Analisis Biaya Budidaya Padi Sawah dari Masing-masing
Perlakuan
Komponen Perlakuan
Kontrol Manual
0.5 lha 1 lha
2 lha 3 lha
Pendapatan 25,336,110
23,907,590 28,806,810
22,700,390 22,916,680
27,398,410 Pengeluaran
12,111,000 18,205,000
13,365,000 13,365,000
13,365,00 13,365,000
Keuntungan 13,225,110
5,702,590 15,441,810
9,335,390 9,551,680
14,033,410 RC Ratio
1.92 1.31
2.16 1.70
1.71 2.05
Berdasarkan perbandingan analisis biaya dari masing-masing perlakuan pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa perlakuan sodium bispiribak 0.5 lha memiliki nilai
RC Ratio tertinggi yaitu sebesar 2.16 dan keuntungan yang tertinggi pula yaitu sebesar Rp 15,441,810. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan perlakuan sodium
bispiribak 0.5 lha sangat menguntungkan bagi petani dalam melakukan budidaya padi sawah karena selain hasil produksi padi yang dihasilkan paling banyak, dosis
herbisida yang dilakukan untuk pengendalian gulma dalam dosis rendah sehingga dampak residu yang ditimbulkan terhadap lingkungan juga rendah. Jika hasil dari
budidaya padi sawah dengan perlakuan sodium bispiribak 0.5 lha dibandingkan dengan budidaya padi sawah dengan perlakuan kontrol keuntungan yang dihasilkan
tidak berbeda jauh, namun apabila dibandingkan dengan budidaya padi sawah dengan perlakuan manual sangat terlihat jelas bahwa budidaya padi sawah dengan perlakuan
sodium bispiribak 0.5 lha lebih menguntungkan secara ekonomi karena dilihat dari nilai RC Ratio dan keuntungan yang dihasilkan lebih besar. Selain menguntungkan
secara ekonomi, budidaya padi sawah dengan perlakuan sodium bispiribak 0.5 lha juga lebih efektif karena tenaga kerja yang dibutuhkan dapat ditekan dan lebih sedikit
dibandingkan dengan budidaya padi sawah dengan perlakuan manual, selain itu
45
pengaplikasian herbisida dalam satu kali musim tanam juga hanya dilakukan dua kali, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan juga lebih efektif. Biaya tenaga kerja dan
herbisida yang dibutuhkan juga lebih rendah karena pengaplikasian herbisida tidak dilakukan setiap minggu. Sedangkan pada budidaya padi sawah dengan perlakuan
manual, tenaga kerja yang diperlukan lebih banyak terutama untuk penyiangan gulma karena dengan tidak menggunakan herbisida maka pengendalian gulma yang
dilakukan juga harus lebih sering dan teratur. Hal tersebut juga menyebabkan biaya tenaga kerja yang dibutuhkan menjadi lebih besar.
Berdasarkan analisis usahatani budidaya padi sawah dengan perlakuan sodium bispiribak 0.5 lha dan perlakuan manual menunjukkan hasil bahwa budidaya padi
sawah dengan perlakuan sodium bispiribak 0.5 lha lebih menguntungkan secara ekonomi dan lebih menunjukkan keefektifan dari segi komponen tenaga kerja dan
biaya yang dikeluarkan dibandingakan budidaya padi sawah dengan perlakuan manual.
46
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan