e. Kata Tamma Berdasarkan  uraian  tersebut  di  atas  maka  dapat  dibuat  skema  struktur  teks
RBTNA. Skema struktur RBTNA adalah sebagai berikut:
I II
III A1 a-b-c-B1-C1 a-b-c-d                 A2-a-b-c-d-e-f             A3 a-b-c-d-e
Struktur teks RBTNA menggunakan alur lurus, yaitu teks diuraikan secara berurutan
dan  sistematis  dari  pendahuluan,  isi  dan  kemudian  penutup.  Kata-kata  atau  kalimat yang menggunakan  bahasa Arab diartikan secara interlinier.
Ditinjau  dari  sudut  tujuannya,  teks  RBTNA  termasuk  dalam  karangan eksposisi.  Eksposisi  merupakan  bentuk  wacana  yang  berusaha  menguraikan  suatu
objek  sehingga  memperluas  pengetahuan  pembaca.  Jenis  karangan  ini  tidak bermaksud  mempengaruhi  atau  mengubah  sikap  dan  pendapat  pembacanya.
Eksposisi  mempunyai  tiga  bagian  utama,  yaitu  pendahuluan,  tubuh  eksposisi,  dan penutup.  Teks  RBTNA  memiliki  struktur  penyajian  yang  memuat  pembukaan,  isi,
dan penutup sesuai dengan tiga bagian utama dalam eksposisi. Hal terpenting dalam eksposisi adalah isi dan kesimpulan hanya bersifat semacam pendapat. Teks RBTNA
berisi informasi tentang ajaran Tarekat Naqsyabandiyah.
2. Gaya Penyajian Teks RBTNA
Setiap  karya  sastra  mempunyai  gaya  penyajian  tersendiri  yang  dapat membedakannya dengan karya sastra lain. Gaya penyajian yang dipergunakan oleh
pengarang  pada  teks  RBTNA  sama  seperti  halnya  karya  ilmiah  yang  sistematis
dengan  gaya  memaparkan  gagasan  dengan  menggunakan  dalil-dalil  dari  Alquran dan hadis.
Gaya  penyajian  teks  RBTNA  menggunakan  bentuk  interlinier.  Pembukaan teks RBTNA diawali dengan bacaan basmalah; hamdalah; puji-pujian kepada Allah
swt  dan  selawat  kepada  Nabi  Muhammad  saw,  keluarga,  dan  segenap  sahabatnya dijelaskan  dalam  bahasa  Arab  dan  diterjemahkan  ke  dalam  bahasa  Melayu.  Hal
ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Bismi  l-  Lāhi  r-Rahmāni  r-Rahīm.  Al-hamdu  li  l-Lāhi  rabbi  l-
‘ālamīn.  Artinya  segala  puji-pujian  tertentu  bagi  Allah  taala  Tuhan seru  alam.  Wa  sh-shalātu  wa  s-salāmu  ‘alā  Muhammadin  wa  ‘alā
ā lihi  wa  shahbihi  ajma‘īn.  Dan  rahmat  Allah  dan  salam-Nya  atas
Muhammad  dan  atas  segala  keluarganya  dan  sahabatnya  sekalian mereka itu RBTNA:1.
Sesudah  pembukaan,  kemudian  diikuti  uraian  dalam  bahasa  Arab  yang
kemudian diterjemahkan dalam bahasa Melayu. Perhatikan kutipan berikut ini. Ammā ba‘du. Falammā kānat hijratu n-Nabī shalla l-Lāhu ‘alaihi wa
sallam,  samāniyata  wa  l-khamsīna  wa  l-mi’ataini  ba‘da  l-alfi  faqad thalaba ilainā mirāran ba‘dhu l-ahibbā’i an naqla kitāba l-imāmi l-
‘ālimi  l-  walī  ahli  sh-Shūfī  wa  huwa  sy-Syaikhu  ‘Abdallah  Ad- Dihlawi  ilā  lisānu  l-Jāwi.  Adapun  kemudian  dari  itu  maka  tatkala
adalah  hijratu  n-Nabiyyi  shalla  l-Lāhu  ‘alaihi  wa  sallam  dua  ratus lima puluh dulapan tahun kemudian daripada seribu tahun, makasanya
minta  kepada  kami  berulang-ulang  beberapa  kali  oleh  setengah kekasihan aku bahwa aku pindah kitab imam yang alim lagi wali Allah
yang ahli sh-Shūfī, dan yaitu Syekh Abdallah Dihlawi nama negerinya RBTNA:1.
Wa  kāna  fī  kitābi  l-mazkūri  mubayyinan  li  tharīqati  l- naqsyabandiyyati  l-‘āliyah.  Dan  adalah  dalam    kitab  yang  tersebut
menyatakan  bagi  Tarekat  Naqsyabandiyyah  yang  tinggi.  Famtasaltu wa‘atamadtu  illa  l-Lāhi  ta‘ala  rājiyan  li  s-Sawābi  mina  l-Lāhi  l-
karīmi  yaumi  l  ma’āb.  Maka  aku  ikut  dan  aku  pegang  diri  kepada Allah  Taala  hal  keadaan  aku  harap  bagi  pahala  daripada  Allah  Taala
yang amat murah pada hari kiamat RBTNA:1-2.
Untuk  memperkuat  suatu  uraian,  dikuatkan  dengan  menggunakan  dasar sebuah  hadis  nabi  dan  kutipan  ayat  suci  Alquran  yang  ditulis  dalam  bahasa  Arab
yang  kemudian  diterjemahkan  ke  dalam  bahasa  Melayu.  Seperti  terlihat  pada kutipan berikut ini.
Li  qaulihi  shalla  l-Lāhu  ‘alaihi  wa  sallama,  Izā  māta  ibnu  Ādama inqatha‘a  ‘amaluhu illā ‘an salāsatin, ‘ilmin muntafa‘un wa waladun
shālihun  yad‘ūlahu  wa  shadaqatun  jāriyatun.  Artinya  karena  sabda Nabi  Shalla  l-Lāhu  ‘alaihi  wa  sallam,  Apabila  mati  anak  Adam,
niscaya  putuslah  amalnya  melainkan  dari  pada  tiga  perkara;  pertama ilmu  yang  memberi  manfaat,  kedua  anak  yang  saleh  yang  memintak
doa baginya, ketiga sedekah jariyah yakni waqaf RBTNA:2
Setelah  itu maka dimulai bagi  lathīfah  qalbu, serta menunduk kepala sedikit  kepadanya,  dan  makna  lathīfah  itu  tempat  nur,  dan  ada  di
dalam  lathīfah  itu  tempatnya  di  bawah  susu  kiri  kadar  dua  jari,  hal keadaannya  cenderung  kepada  pihak  kiri  sedikit  kadar  dua  jari  jua,
hendaklah  dimula-mula  hazhah  tatkala  itu  akan  mafhum  ismu  zat, yaitu  Allah,  dan  adalah  mafhumnya  Zat  Allah  Subhānahu  wa  ta‘āla
dengan  tiada  misal  seperti  firman  Allah  taala,  Laisa  kamislihī syaiun, artinya tiada seperti baginya suatu jua pun RBTNA:4.
Pada  bagian  isi  teks,  untuk  memulai  suatu  uraian  tentang  suatu  pokok bahasan  diawali  dengan  kalimat  Ketahui  olehmu  hai  salik.  Seperti  tampak  pada
kutipan berikut ini. Ketahui  olehmu  hai  sālik,  barang  siapa  masuk  tarekat  ini,  hendaklah
mengucap  selawat  pada  mula-mula  lima  kali,  dan  dihadiah  akan  dia kepada  roh  Nabi  Shalla  l-Lāhu  ‘alaihi  wa  sallam,  dan  kepada  roh
segala  guru-guru  yang  empunya  silsilah  yang  sampai  isnad-nya kepada  Nabi  Shalla  l-Lāhu  ‘alaihi  wa  sallam,  dan  hendaklah
menyampang diri dengan wasitah mereka itu kepada Tuhan ‘Azza wa jalla RBTNA:3.
Pada bagian akhir uraian, disarankan kepada salik untuk menelaah kitab-kitab lain  apabila  menginginkan  yang  lebih  dari  yang  telah  dibaca.  Di  samping  itu,
disarankan pula untuk mengambil guru syekh agar tidak sesat di kemudian hari.
3. Pusat Penyajian Teks RBTNA