BAB V TAREKAT NAQSYABANDIYAH
A. Struktur Teks RBTNA
Struktur teks Sastra Kitab mempunyai kekhasan tersendiri. Struktur disini adalah struktur penyajian teks seperti halnya pada struktur penceritaan dalam fiksi
yang berupa alur atau plot Siti Chamamah Soeratno, et. al., 1982:152. Struktur teks yang diungkap dalam penelitian ini adalah struktur penyajian teks RBTNA, gaya
penyajian teks RBTNA, pusat penyajian teks RBTNA, dan gaya bahasa teks RBTNA.
1. Struktur Penyajian teks RBTNA
Ditinjau dari segi strukturnya, teks RBTNA terbagi atas tiga bagian yang masing-masing bagian merupakan unsur-unsur yang berkesinambungan. Teks
RBTNA terdiri dari: I. Pendahuluan, II. Isi, dan III. Penutup. Adapun penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut:
I. Pendahuluan terdiri dari: A1: a. Basmalah
Sebagian besar karya sastra Kitab, permulaan penulisan diawali dengan bacaan basmalah. Teks RBTNA pada permulaan penulisan diawali
dengan bacaan basmalah, yaitu Bismi l- Lāhi r-Rahmāni r- Rahīm RBTNA:1.
b. Hamdalah
Bacaan hamdalah, yaitu pujian terhadap Allah Taala sebagai pencipta alam.Al-hamdu li l- Lāhi rabbi l- ‘ālamīn. Artinya segala puji-pujian
tertentu bagi Allah taala Tuhan seru alam RBTNA:1. c. Selawat atas Nabi Muhammad saw, keluarga, dan sahabat.
Bacaan selawat merupakan doa, dan biasanya diperuntukkan untuk Nabi Muhammad, keluarganya, dan sahabatnya. Di dalam teks RBTNA
terdapat juga bacaan selawat atas Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabat. Adapun kutipannya berbunyi, Wa sh-shalātu wa s-salāmu ‘alā
Muhammadin wa ‘alā ālihi wa shahbihi ajma‘īn. Dan rahmat Allah dan salam-Nya atas Muhammad dan atas segala keluarganya dan sahabatnya
sekalian mereka itu RBTNA:1. B1: Kata Ammā ba‘du, yang berati adapun kemudian daripada itu. Kata itu
merupakan ungkapan tetap untuk menyudahi bacaan pembukaan. C1: a. Latar belakang penyalinan kitab
Teks RBTNA disalin oleh penyalin atas permintaan seseorang pada tahun 1258 H1842 M, namun tidak disebutkan atas permintaan siapa.
Permintaan tersebut adalah agar penyalin menyalin sebuah kitab milik Syekh Abdallah Dihlawi dari India. Kitab yang disalin merupakan kitab
yang di dalamnya memuat ajaran tentang Tarekat Naqsyabandiyah dan di sini tidak dijelaskan judul kitab yang disalin oleh penyalin. Syekh Abdallah
Dihlawi merupakan salah seorang ahli dibidang kesufian. Beliau juga merupakan salah satu guru dari Tarekat Naqsyabandiyah.
...maka tatkala adalah hijratu n-Nabiyyi shalla l-Lāhu ‘alaihi wa sallam dua ratus lima puluh dulapan tahun kemudian daripada
seribu tahun, makasanya minta kepada kami berulang-ulang beberapa kali oleh setengah kekasihan aku bahwa aku pindah
kitab imam yang alim lagi wali Allah yang ahli sh-Shūfī, dan yaitu Syekh Abdallah Dihlawi nama negerinya. Wa kāna fī kitābi
l-mazkūri mubayyinān li tharīqati n-Naqsyabandiyyati l-‘āliyah. Dan adalah dalam kitab yang tersebut menyatakan bagi
Tarekat Naqsyabandiyah yang tinggi. RBTNA:1-2.
b. Motivasi penyalinan kitab Motivasi penyalinan kitab adalah kesanggupan penyalin untuk
menyalin teks dengan mengharap ridha dari Allah Taala. Penyalin menyalin teks dari kitab Syekh Abdallah Dihlawi dengan dasar sebuah hadis nabi.
Hadis nabi tersebut berisi tentang tiga amalan yang tidak putus pahalanya hingga manusia mati. Tiga perkara tersebut adalah ilmu yang bermanfaat,
anak saleh yang mendoakan kedua orang tuanya, dan amal jariyah yakni wakaf. Hal ini ditulis dan dijelaskan dengan bahasa Arab yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Adapun kutipannya sebagai berikut.
Famtasaltu wa‘atamadtu ilā l-Lāhi ta‘āla rājiyān li s-Sawābi mina l-Lāhi l-karīmi yaumi l ma’ab. Maka aku ikut dan aku
pegang diri kepada Allah Taala hal keadaan aku harap bagi pahala daripada Allah Taala yang amat murah pada hari kiamat. Li
qaulihi shalla l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, Izā māta ibnu Ādama inqatha‘a ‘amaluhu illā ‘an salāsatin, ‘ilmin muntafa‘un wa
waladun shālihun yad‘ūlahu wa shadaqatun jāriyatun. Artinya karena sabda Nabi Shalla l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, Apabila
mati anak Adam, niscaya putuslah amalnya melainkan dari pada tiga perkara; pertama ilmu yang memberi manfaat, kedua anak
yang saleh yang memintak doa baginya, ketiga sedekah jariyah yakni waqaf RBTNA:2.
c. Judul teks Penyalin memberi judul karangannya dengan judul ”Risālata l-
Badī‘iyyah fī Tharīqati n-Naqsyabandiyyati l-‘āliyah. Judul tersebut terdapat di dalam pendahuluan teks dan kutipannya berbunyi, Dan aku
akan kitab ini seperti kitab yang mustaqal pada bahasa Jawi. Wa sammaituhu risālata l-badī`iyyah fī tharīqati n-Naqsyabandiyyati l-
‘āliyah. Dan aku namai akan dia Risālata l-Badī‘iyyah fī Tharīqati n- Naqsyabandiyyati l-‘Āliyah artinya risalah yang indah pada menyatakan
Tarekat Naqsyabandi yang tinggi RBTNA:2-3. d. Harapan penyalinan kitab
Harapan penyalinan kitab adalah penyalin memohon kepada Allah Taala agar tulisan yang disalin memberi manfaat bagi orang lain sebagaimana
hadis nabi, bahwa karyanya merupakan salah satu ilmu yang bermanfaat bagi orang lain, sehingga memberikan jalan kemudahan baginya pada hari kiamat
kelak. Harapan penulisan teks RBTNA tertera pada kutipan berikut ini. Wa l-Lāhu yas’alu an yanfa‘a bihi kamā nafa‘a bi ashli l-hazā
l-kitābi wa an yaj‘alahu khālishān li wajhi l-karīmi l-wahhābi wa sababān li l-fawzi yauma l-ma’ab. Dan kepada Allah Taala
aku pohon akan bahwa memberi manfaat ia seperti barang yang telah memberi manfaat bagi pohon kitab ini dan bahwa menjadi
oleh Allah Taala akan dia tulus ikhlas bagi Zat yang mulia lagi yang baik pemberian dan jalan bagi kemenangan pada hari kiamat
RBTNA:4. Selain itu, apabila di kemudian hari terdapat kesalahan pada karangan
yang telah disalin, maka orang yang lebih ahli atau orang yang mengetahui
kesalahan penyalin hendaklah memperbaikinya. Adapun kutipannya adalah sebagai berikut.
Yā ikhwānī, hai saudaraku, jikalau kamu [a]dapat kesalahan pada ibaratnya, maka hendaklah engkau perbaiki akan dia serta engkau
murāja‘ah kepada pohon kitab ini RBTNA:4.
II. Isi terdiri dari: A2: Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah
a. Penjelasan bagi salik sebelum mengamalkan zikir Tarekat Naqsyabandiyah Syarat bagi salik sebelum mengamalkan zikir Tarekat Naqsyabandiyah
dimulai dengan mengucap selawat sebanyak lima kali; mengucap istigfar; yaitu, Astaghfiru l-Lāha rabbī min kulli zanbin wa atūbu ilaih Aku mohon
ampun kepada Allah Tuhanku dari tiap-tiap dosa, dan aku berserah diri kepadanya sebanyak dua puluh lima kali; membaca surat Fatihah sekali;
surat Al Ikhlas tiga kali; menghadirkan rupa Syekh guru yang menjadi guru dan memohon limpahan karunia serta memohon ampun kepada Allah Taala.
Semua hal yang harus dilakukan oleh salik dijelaskan secara urut dan terperinci. Lebih jelasnya terdapat dalam kutipan berikut ini:
Hai sālik, barang siapa masuk tarekat ini hendaklah mengucap selawat pada mula-mula lima kali. Dan akan dihadiah akan dia
kepada roh Nabi Shalla l-Lāhu ‘alaihi wa sallam dan kepada ruh segala guru-guru yang empunya silsilah yang sampai isnad-nya
kapada Nabi Shalla l-Lāhu ‘alaihi wa sallam dan hendaklah menyampang diri dengan wasitah mereka itu kepada Tuhan ‘Azza
wa jalla. Setelah itu maka mengucap istigfar dua puluh lima kali yaitu, Astaghfiru l-Lāha rabbī min kulli zanbin wa atūbu ilaih,
kemudian maka memaca Fatihah sekali kemudian maka memaca surat Al Ikhlas tiga kali. Setelah surat yang demikian itu maka
hendaklah dihadir akan rupa syekh yang tempat diambil talkin daripadanya diseru dihadapannya dengan hati serta minta tolong
daripadanya dan diminta daripada Allah Taala akan faidhu l- muhabbah wa l- maghfirah yakni limpah kekasihan dan ampunan
RBTNA:3-4.
b. Penjelasan tentang zikir lathaif zikir ismu zat. Zikir lathaif dilaksanakan dengan menyebut asma Allah yang paling
tinggi yaitu, Allāh Allāh. Zikir lathaif ini terdiri dari tujuh tempat pada tubuh manusia. Adapun ketujuh tempat tersebut adalah lathīfah qalbu,
lathīfatu r-Ruh, lathīfah Sir, lathīfah khafī, lathīfah akhfā, lathīfah Nafs, dan lathīfah kullu l-jasad.
c. Penjelasan tentang zikir nafi isbat Adapun ajaran zikir di dalam Tarekat Naqsyabandiyah selain zikir
lathaif adalah zikir nafi isbat. Zikir nafi isbat terdiri atas bacaan perlahan disertai dengan pengaturan nafas. Bacaan zikir ini adalah kalimah, Lā ilāha
illā l-Lāh dengan pengaturan nafas. Zikir ini bermakna bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah, sesuai dengan kutipan dibawah
ini. Adapun zikir yang kedua itu zikir nafi dan isbat, dan adalah
tarekatnya bahwa bertemu lidah dengan langit-langit seperti yang dahulu; kemudian maka dimulai dengan lisānu l-khayāl daripada
pusat kita kalimat, Lā serta dipanjang akan dia hingga sampai kepada hotak kita; kemudian maka dihela daripadanya serta
didatang kalimat, Ilāha kepada bahu kanan kita; kemudian maka dimulai daripadanya kalimat, Illā l-Lāh, serta dipalunya ke
dalam hati sanubari; dan lagi hendaklah dimula makna kalimat itu yaitu, Lā maqshūda illā l-Lāh RBTNA:7.
d. Penjelasan zikir khafi dan zikir dengan jahar. Zikir khafi merupakan zikir yang dikerjakan dengan hati sir. Zikir
lathaif ismu zat dan zikir nafi isbat termasuk ke dalam zikir khafi oleh
karena itu pelaksanaanya harus dilaksanakan sir tidak bersuara, sedangkan jika melaksanakan zikir dengan jahar, maka lafal zikir harus benar dan jelas.
Hal tersebut dijelaskan pada teks RBTNA yang berbunyi: Ketahui olehmu hai sālik, bahwasannya zikir yang tersebut, yakni
zikir ismu zat dan zikir nafi dan isbat, semuanya dikerjakan dengan khafi. Adapun jika berzikir dengan jahar maka mengucap dengan
lidah serta sahih lafaz-nya, dan serta dimula hazhah makna zikir dan serta tawajuh kepada hati, dan hati itu tawajuh kepada Zat
Subhānahu wa ta‘āla RBTNA:7.
e. Penjelasan mengenai jalan untuk sampai kepada Allah Taala marifatullah Jalan marifatullah dapat ditempuh melalui 3 jalan. Ketiga jalan
tersebut dijelaskan oleh Syekh Abdallah Dihlawi yang meliputi zikir, muraqabah, dan keharusan untuk bersahabat dengan orang yang menjadi
guru dengan mentashawwur rupanya dikala sedang beribadah. Guru akan memberikan balasan terhadap kaifiat dan jamiyah.
Ketahui olehmu hai sālik, kata ulama ahli sufi, bahwasannya jalan sampai kepada Allah taala itu tiga perkara, pertama berzikir
dengan syaratnya seperti yang telah tersebut; kedua murāqabah yaitu tawajuh kepada Allah Subhanahu wa ta‘āla, dan tawajuh
kepada hati dan hilang segala khawatir daripadanya; ketiga berlazim bersahabat seorang, dan adalah bersahabatnya itu
memberi balas kepada kaifiat dan jamiyah, dan memelihara akan dia dengan [dish]ditashawwur akan rupanya, serta dipelihara akan
dia pada dari aku yakni pendapat dalam hati inilah hasil mafhum kitab karangan Syekh Abdallah Ad-Dihlawi yang tempat hamba
nukil wa l-Lāhu ‘alam RBTNA:7-8.
Jalan untuk sampai kepada Allah Taala juga dijelaskan oleh Syekh Tajuddid. Adapun menurut Syekh Tajuddin, jalan marifatullah dapat
ditempuh melalui 3 jalan. Ketiga jalan tersebut meliputi zikir dengan kalimat tayibbah, muraqabah dan tawajuh, dan tertambatnya hati seorang salik
dengan guru syekh untuk mencapai maqam musyahadah, yaitu tingkatan tertinggi dalam mencapai kebahagiaan. Kutipannya adalah berikut ini.
Kata Syekh Tajuddin Al Hindi Al-‘ārifi bi l-Lāhi qaddasa l-Lāhu sirrah, Bermula jalan kepada Allah Taala atas Tarekat
Naqsyabandi itu tak dapat tiada daripada salah suatu daripada tiga tarekat. Tarekat yang pertama; bahwa berzikir ia dengan kalimat
tayibbah; yaitu, Lā ilāha illā l-Lāh muhammadu r-Rasūlu l-Lāh dengan menahan nafas serta memelihara akan bilangan yang kamil
yaitu tiga kali atau lebih.... Tarekat yang kedua yaitu tawajuh dan murāqabah, yaitu bahwa engkau tawajuh kepada mafhum ismu l-
mubārak yaitu lafaz Allāh dengan tiada wasitah, dan engkau mula hazhah akan dia dalam khayāl, dan engkau tawajuh dengan
sekalian madrak yakni pendapatnya kepada hati sanubari. Tarekat yang ketiga itu bertambatnya engkau dengan syekh yang kamil-
mukamil yang sampai kepada maqām musyāhadah; inilah kehasilan kata Syekh Tajuddin RBTNA:8-10.
f. Saran Saran pada teks RBTNA berisi himbauan kapada salik untuk menelaah
kitab-kitab lain apabila menginginkan yang lebih dari yang telah dibaca. Selain itu, bagian terpenting dari pengamalan ajaran ini adalah untuk
mengambil guru mursyid agar tidak sesat di kemudian hari. Hal tersebut diuraikan di dalam teks, bahwa barang siapa yang tidak mengambil guru
maka setan adalah gurunya. Dan jika engkau kehendaki lebih daripada yang tersebut itu, maka
lazim olehmu akan sendirimu mutalaah kepada kitab yang panjang- panjang pada ilmu ini, dan lagi hendaklah engkau ambil daripada
syekh yang mursyid, dan tiada hasil ilmu melainkan dengan syekh jua, karena bahwasannya barang siapa tiada syekh yakni guru,
maka yaitu setan syekhnya wa l-Lāhu a‘lamu bi sh-Shawāb RBTNA:10.
III. Penutup terdiri dari: A3: Identitas penyalin naskah
a. Identitas penyalin naskah Identitas penyalin teks adalah Haji Abbas Al Asyi dari Aceh.
Kutipannya berbunyi, Qāla l-mu’allifu l-kharij ‘Abbas Al-Asyi. Telah mengata oleh mualif yaitu Haji Abbas namanya, Aceh nama negerinya
RBTNA:10. b. Tempat selesainya menyalin naskah
Teks RBTNA selesai disalin di Mekah Al Musyarafah, sebagaimana yang disebutkan di dalam kolofan, Wa kanā l-farāgha min rasmi hazihi r-
Risālah fī Makkati l-Musyarafah ‘āma l-mazkur. Dan adalah selesai daripada mengarang risalah ini dalam negeri Mekah yang mulia dalam tahun yang
telah tersebut RBTNA:10. c. Waktu mengenai selesainya menyalin naskah
Waktu mengenai selesainya menyalin teks dijelaskan dengan keterangan yang berbunyi, Falammā kānat hijratu n-Nabiyyi shalla l-Lāhu
‘alaihi wa sallam, samāniyata wa l-khamsīna wa l-mi’ataini ba‘da l-alfi ….maka tatkala adalah hijratu n-Nabiyyi shalla l-Lāhu ‘alaihi wa sallam
dua ratus lima puluh dulapan tahun kemudian daripada seribu tahun RBTNA:1.
d. Doa Doa penutup dalam teks RBTNA berbunyi, Al-lāhumma ghfirlanā wa
li wālidainā wa li jami‘i l-muslimīn. Hai Tuhanku, ampun oleh-Mu bagi kami, dan bagi dua ibu bapa kami, dan bagi sekalian orang Islam. Amīn yā
rabba l-‘ālamīn” RBTNA: 10.
e. Kata Tamma Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dibuat skema struktur teks
RBTNA. Skema struktur RBTNA adalah sebagai berikut:
I II
III A1 a-b-c-B1-C1 a-b-c-d A2-a-b-c-d-e-f A3 a-b-c-d-e
Struktur teks RBTNA menggunakan alur lurus, yaitu teks diuraikan secara berurutan
dan sistematis dari pendahuluan, isi dan kemudian penutup. Kata-kata atau kalimat yang menggunakan bahasa Arab diartikan secara interlinier.
Ditinjau dari sudut tujuannya, teks RBTNA termasuk dalam karangan eksposisi. Eksposisi merupakan bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu
objek sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Jenis karangan ini tidak bermaksud mempengaruhi atau mengubah sikap dan pendapat pembacanya.
Eksposisi mempunyai tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, tubuh eksposisi, dan penutup. Teks RBTNA memiliki struktur penyajian yang memuat pembukaan, isi,
dan penutup sesuai dengan tiga bagian utama dalam eksposisi. Hal terpenting dalam eksposisi adalah isi dan kesimpulan hanya bersifat semacam pendapat. Teks RBTNA
berisi informasi tentang ajaran Tarekat Naqsyabandiyah.
2. Gaya Penyajian Teks RBTNA