Penyuntingan Teks LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

A. Penyuntingan Teks

Filologi dipakai untuk menyebut ilmu yang berhubungan dengan studi teks, yaitu studi yang dilakukan dalam rangka mengungkapkan hasil budaya masa lampau yang tersimpan di dalamnya. Konsep tersebut bertujuan mengungkapkan hasil budaya masa lampau sebagaimana yang terungkap dalam teks Siti Baroroh Baried, et. al, 1994:4. Ini berarti bahwa sebagai salah satu disiplin ilmu, filologi memiliki objek penelitian yang berupa teks yang bertujuan mengungkapkan hasil budaya masa lampau yang berupa naskah. Naskah merupakan objek konkrit filologi dan pada hakikatnya yang dituju dari naskah bukanlah fisik naskah tersebut, melainkan teks yang tersimpan di dalam naskah. Penyuntingan teks merupakan kegiatan utama dalam filologi yang bertujuan untuk mendapatkan kembali teks yang mendekati asli dan untuk membebaskan teks itu dari segala macam kesalahan yang terjadi pada waktu penyalinannya sehingga teks itu dapat dipahami sebaik-baiknya. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan itu adalah dengan membetulkan segala kesalahan, mengganti bacaan yang tidak sesuai, menambah bacaan yang ketinggalan, dan mengurangi bacaan yang kelebihan Edwar Djamaris, 1997:21 Penyuntingan teks memerlukan metode yang tepat dan sesuai dengan kondisi naskah yang disunting. Penyuntingan teks dengan menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan objek yang diteliti akan menghasilkan suntingan yang baik dan benar. Baik dalam arti mudah dibaca dan pahami, sebab sudah ditransliterasikan dan ejaannya sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa sasaran. Benar dalam arti kebenaran isi teks dapat dipertanggungjawabkan, sebab sudah dibersihkan dari kesalahan- kesalahan Sholeh Dasuki, 1999:60. Kegiatan menyunting teks meliputi: 1 inventarisasi naskah, 2 deskripsi naskah, 3 perbandingan naskah, 4 dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasi, 5 singkatan naskah, dan 6 tranliterasi naskah. Inventarisasi naskah dapat ditempuh dengan mengumpulkan seluruh informasi mengenai naskah, baik dari katalogus naskah atau dari berbagai perpustakaan universitas, museum atau perorangan yang diketahui memiliki atau menyimpan naskah. Langkah selanjutnya adalah membuat uraian atau deskripsi naskah secara terperinci. Dalam uraian tersebut dijelaskan mengenai judul naskah, keadaan naskah, kertas, watermarek kalau ada, catatan lain mengenai isi naskah, serta pokok-pokok isi naskah. Perbandingan naskah perlu dilakukan, apabila naskah merupakan naskah jamak sehingga diperlukan dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasi dan singkatan naskah untuk memudahkan pengenalan isi naskah Edwar Djamaris, 1977:23-30. Langkah terakhir dalam penelitian filologi adalah transliterasi naskah. Transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf dari abjad satu ke abjad yang lain. Istilah ini dipakai dengan pengertian sama pada penggantian jenis tulisan naskah. Dalam melakukan transliterasi, perlu diketahui pedoman yang berhubungan dengan pemisahan dan pengelompokan kata, ejaan, dan pungtuasi. Berdasarkan pedoman, transliterasi harus memperhatikan ciri-ciri teks asli sepanjang hal itu dapat dilaksanakan karena penafsiran teks yang bertanggungjawab sangat membantu pembaca dalam memahami isi teks Siti Baroroh Baried, et. al, 1994:63-64. Penyuntingan teks selalu disertai dengan kegiatan kritik teks. Kritik teks diartikan sebagai pengkajian terhadap kandungan teks yang tersimpan dalam naskah untuk mendapatkan teks yang paling mendekati aslinya constitutio textus Bani Sudardi, 2003a:55. Inilah tugas utama filologi, yaitu melalui kritik teks memurnikan teks. Teks yang sudah bersih dari kesalahan-kesalahan dan telah tersusun kembali seperti semula yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber untuk kepentingan berbagai penelitian dalam bidang ilmu-ilmu lain Siti Baroroh Baried, et. al. 1994:61.

B. Sastra Kitab