5. Malay Manuscripts a Bibliographical Guide oleh Joseph H Howard, tahun 1966.
6. Direktori Edisi Naskah Nusantara oleh Edi S Ekadjati penyunting, tahun 2000.
7. Katalog Naskah Buton: Koleksi Abdul Mulku Zahari oleh Achadiati Ikram, Tjiptaningrum F Hassan, dan Dewaki Kramadibrata yang terbit pada tahun
2002. 8.
Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts oleh Joan de Lijster Streef dan Jan Just Witkam yang diterbitkan di Leiden oleh Legatum Warnerianum in
Leiden University Library, tahun 1998. Dari hasil inventarisasi naskah melalui studi pada kedelapan katalog-katalog
tersebut di atas, teks RBTNA hanya tercantum dalam Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat dalam naskah Aneka Karangan ML 479 pada halaman 315-
316.
B. Deskripsi Naskah
Tahap kedua yang harus dilalui dalam rangka kerja penelitian filologi adalah membuat uraian atau deskripsi naskah. Deskripsi naskah berarti menguraikan hal-
hal mengenai naskah dan pokok-pokok isi naskah secara terperinci untuk mengetahui keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah. Deskripsi naskah dalam
penelitian ini meliputi; 1 judul naskah, 2 nomor naskah, 3 tempat penyimpanan naskah, 4 asal naskah, 5 keadaan naskah, 6 ukuran naskah, 7 tebal naskah, 8
jumlah baris pada setiap halaman naskah, 9 huruf, aksara, tulisan, 10 cara penulisan, 11 bahan naskah, 12 bahasa naskah, 13 bentuk teks, 14 umur naskah,
15 identitas pengarang kitab, dan penyalin, 16 fungsi sosial teks, dan 16 catatan- catatan lain.
Berikut ini akan disajikan deskripsi naskah teks RBTNA secara terperinci: 1. Judul Naskah
Teks RBTNA merupakan salah satu dari delapan teks yang terdapat pada naskah Aneka Karangan. Menurut Katalogus Koleksi Naskah Melayu yang
dikarang oleh Amir Sutaarga et.al, teks RBTNA diberi judul Tarekat Naqsyabandiyah dan Kitab Syekh Abdullah. Pemberian keterangan oleh Amir
Sutaarga tersebut dinilai kurang sesuai karena mengandung beberapa kelemahan. Adapun alasan kurang sesuainya pemberian judul oleh Amir Sutaarga telah
dikemukakan pada latar belakang masalah. Berdasarkan hasil pembacaan yang lebih teliti, pada bagian pendahuluan teks RBTNA ditemukan sebuah keterangan
yang memuat keterangan judul teks. Keterangan judul teks berbunyi: Dan aku akan kitab ini seperti kitab yang mustaqal pada bahasa Jawi. Wa
sammaituhu risālata l-badī‘iyyah fī tharīqati n-Naqsyabandiyyati l- ‘āliyah. Dan aku namai akan dia Risālata l-Badī‘iyyah fī Tharīqati n-
Naqsyabandiyyati l-‘Āliyah artinya risalah yang indah pada menyatakan tarekat Naqsyabandi yang tinggi RBTNA:2-3.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa penyalin naskah Haji Abbas memberikan judul kitab salinannya pada bahasa Melayu dengan judul
yang cukup jelas pada pendahuluan teks. Oleh karena itu judul teks yang diberikan oleh Amir Sutaarga perlu disesuaikan dengan judul asli teks yaitu,
Risālata l- Badī‘iyyah fī Tharīqati n-Naqsyabandiyyati l-‘Āliyah.
2. Nomor Naskah Teks RBTNA bernomor naskah ML 479 F. ML merupakan singkatan dari
Melayu, kode koleksi naskah Melayu di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, terdaftar dengan nomor ML 479, huruf F merupakan tambahan dari
peneliti yang menunjukkan urutan nomor teks yang terdapat dalam naskah Aneka Karangan.
3. Tempat Penyimpanan Naskah Naskah RBTNA tersimpan sebagai salah satu koleksi naskah Melayu yang
berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jalan Salemba Raya 28A, Jakarta, Indonesia.
4. Asal Naskah Di dalam naskah RBTNA tidak terdapat keterangan yang menyatakan tentang
asal naskah. 5. Keadaan Naskah
Keadaan naskah RBTNA masih utuh dan lengkap, artinya tidak terdapat lembaran-lembaran naskah yang hilang atau rusak, menggunakan kertas impor
deskripsi naskah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, penyunting Fathmi, tulisan masih jelas terbaca, ditulis dengan menggunakan tinta warna
hitam dan merah. Naskah RBTNA merupakan naskah yang telah dijilid. Penjilidan masih dalam keadaan baik utuh dan dijilid dengan menggunakan
karton berwarna coklat tua.
6. Ukuran Naskah a. Ukuran lembaran naskah
p x l : 16 x 22,5 cm b. Ukuran lembaran teks
p x l : 9 x 15,5 cm 7. Tebal Naskah
Naskah Aneka Karangan memiliki jumlah halaman keseluruhan 150 halaman dan tidak terdapat halaman yang kurang maupun kosong. Naskah RBTNA
berjumlah 10 halaman mulai dari halaman 98 sampai dengan halaman 108. 8. Jumlah Baris pada Setiap Halaman Naskah
Pada naskah RBTNA, jumlah baris pada setiap halaman adalah 19 baris. 9. Huruf, Aksara, dan Tulisan
a. Jenis tulisan Jenis tulisan yang dipakai adalah Arab Melayu Jawi Pegon.
b. Ukuran huruf Ukuran huruf yang dipakai pada naskah RBTNA relatif berukuran
sedang medium.
c. Bentuk huruf Bentuk huruf yang dipakai pada naskah RBTNA memakai bentuk tegak.
d. Keadaan tulisan Keadaan tulisan pada naskah RBTNA masih cukup baik dan jelas untuk
dibaca. Ada beberapa tulisan yang sulit dibaca karena tidak jelas. Pada tulisan-tulisan yang salah, terdapat tulisan yang dicoret oleh pengarang
karena salah tulis. Kata-kata yang tertulis dengan tinta warna merah pada hasil print-out kurang jelas tulisannya.
e. Jarak antar huruf Jarak antar huruf pada naskah RBTNA termasuk renggang.
f. Goresan Pena Goresan pena dalam teks RBTNA tampak tebal.
g. Warna tinta Warna tinta yang digunakan pada naskah RBTNA adalah tinta warna
hitam dan merah. Tinta merah hanya dipakai untuk menulis kata-kata khusus seperti kata-kata tumpuan dan kalimat zikir, selebihnya kata-kata yang lain
menggunakan tinta warna hitam.
h. Pemakaian tanda baca Peneliti tidak menemukan tanda baca standar seperti tanda titik ataupun
koma dalam naskah RBTNA. Di dalam naskah terdapat kata-kata tumpuan yang berfungsi sebagai pembatas antarkalimat dan antaralenia, misalnya kata
dan, maka, kemudian daripadanya, adapun. 10. Cara Penulisan
a. Penempatan tulisan pada lembar naskah Cara penulisan pada lembar naskah RBTNA yaitu teks ditulis dari arah
kanan ke kiri, cara seperti ini mengikuti cara penulisan huruf Arab. Penulisan teks pada lembaran naskah secara bolak-balik. Kedua sisi halaman pada
setiap lembar naskah ditulisi semua. Cara penulisan seperti ini biasanya disebut dengan istilah recto dan verso.
b. Pengaturan ruang tulisan Pengaturan ruang tulisan pada naskah RBTNA terbentuk secara bebas,
tidak ada pembatas, misalnya garis yang mengatur ruang tulisan. Pada halaman terakhir pada naskah RBTNA ruang tulisan dibuat berbeda dengan
halaman-halaman sebelumnya. Pengaturan ruang tulisan pada halaman terakhir halaman 108 tulisan diatur sedemikian rupa hingga membentuk
segitiga. c. Penomoran naskah
Penomoran naskah pada naskah merupakan tambahan orang lain dengan menggunakan pensil yang ditulis di pojok kanan atas.
11. Bahan Naskah Bahan naskah adalah kertas. Kertas naskah sudah berwarna kecoklat-coklatan
karena dimakan usia. Watermark kertas tidak tampak dengan jelas karena bahan naskah yang lapuk, sehingga kapan tahun pembuatan kertas dan kertas buatan
mana tidak dapat diketahui secara pasti. 12. Bahasa Naskah
Bahasa yang digunakan dalam naskah RBTNA adalah bahasa Melayu klasik, misalnya terdapat pemakaian kosa kata seperti memaca, dulapan, mengata, dan
lain-lain, yang menunjukkan gejala ejaan yang menandai kurun waktu tertentu. Selain itu, di dalam teks banyak digunakan istilah Arab, misalnya shalla l-Lāhu
‘alaihi wa sallam, muhammadu r-Rasūlu l-Lāh, wa l-Lāhu ‘alamu bi sh- shawāb, subhānahu wa ta‘āla, dan lain-lain.
13. Bentuk Teks Bentuk teks yang digunakan pada teks RBTNA adalah bentuk prosa.
14. Umur Naskah Berdasarkan kolofon dan keterangan pada pendahuluan naskah, naskah
RBTNA selesai ditulis pada tahun 1258 H. Keterangan pada pendahuluan teks tersebut berbunyi:
Falammā kānat hijratu n-Nabiyyi shalla l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, samāniyata wa l-khamsīna wa l-mi’ataini ba‘da l-alfi faqad thalaba
ilainā mirāran ba‘dhu l-ahibbā’i an naqla kitāba l-imāmi l- ‘ālimi l- walī ahli sh-Shūfī wa huwa sy-Syaikhu ‘Abdallah Ad-Dihlawi ilā
lisānu l-Jāwi. Adapun kemudian dari itu maka tatkala adalah hijratu n-
Nabiyyi shalla l-Lāhu ‘alaihi wa sallam dua ratus lima puluh dulapan tahun kemudian daripada seribu tahun….RBTNA:1.
Adapun keterangan pada kolofon berbunyi, Wa kanā l-farāgha min rasmi
hazihi r-Risālah fī Makkati l-Musyarafah ‘āma l-mazkur. Dan adalah selesai daripada mengarang risalah ini dalam negeri Mekah yang mulia dalam tahun
yang telah tersebutRBTNA:10. Kalimat dalam tahun yang telah tersebut mengacu keterangan pada pendahuluan teks, yaitu keterangan tahun 1258 H.
Tahun 1258 H = 1842 M. Jika dihitung sejak naskah selesai ditulis sampai sekarang 2006 maka umur naskah RBTNA mencapai164 tahun.
15. Identitas Penyalin Naskah Naskah RBTNA ini merupakan salinan dari kitab karangan Syekh Abdallah
Dihlawi dari India. Hal tersebut dinyatakan di dalam teks yang berbunyi: …makasanya minta kepada kami berulang-ulang beberapa kali oleh
setengah kekasihan aku bahwa aku pindah kitab imam yang alim lagi wali Allah yang ahli sh-Shūfī, dan yaitu Syekh Abdallah Dihlawi nama
negerinya. Wa kāna fī kitābi l- mazkūri mubayyinan li tharīqati n- Naqsyabandiyyati l-‘āliyah, dan adalah dalam kitab yang tersebut
menyatakan bagi Tarekat Naqsyabandiyah yang tinggi RBTNA:1.
Kolofon yang berbunyi, Qāla l-mu’allifu l-kharij ‘Abbas Al Asyi. Telah mengata oleh mualif yaitu Haji Abbas namanya, Aceh nama negerinya. Wa kāna
l-farāgha min rasmi hazihi r-Risālah fī Makkati l-Musyarafah ‘āma l-mazkur. Dan adalah selesai daripada mengarang risalah ini dalam negeri Mekah yang
mulia dalam tahun yang telah tersebut RBTNA:10, dapat diketahui bahwa kitab ini disalin dan sekaligus milik Haji Abbas dari Aceh yang tinggal di
Mekah.
16. Fungsi Sosial Teks Fungsi sosial teks RBTNA adalah untuk sarana dakwah. Selain sebagai
sarana dakwah, teks RBTNA juga berfungsi untuk meningkatkan dan mempertebal keimanan khususnya bagi para penganut Tarekat Naqsyabandiyah
karena berisi tentang ajaran Tarekat Naqsyabandiyah. 17. Catatan Lain
Catatan yang dapat ditambahkan pada deskripsi naskah RBTNA adalah nomor mikrofilm naskah ini. Naskah RBTNA bernimor mikrifilm Rol 429. 06,
665. 06.
B. Ikhtisar Isi Teks