Tabel 4 Substitusi
No. Hlm Baris
Naskah Latin
edisi 1
2 3
4 5
2 7 2 16
3 1 6 2
6 14 ﻦﻋ
ﺔﯿﻘﺑ ﺪﺒﻟا ﺎﯾ
ﺐﻟﺎﻗ لءﺎﯿﺳ
‘an l-badabaqiyah
Yā qālab
saya’alu min
l-badī‘iyyah Lā
kullu l-jasad as’alu
Selain kesalahan seperti lakuna, ditografi, adisi, substitusi, dan transposisi, terdapat pula ketidakkonsistenan penulisan kata adalah. Adakalanya kata adalah
ditulis dengan tulisan ﺔﻟا دا, namun kadang pula ditulis ﺔﻟ دا. Ketidakkonsistenan dalam penulisan kata adalah yang menggunakan tulisan ﺔﻟ دا terdapat pada beberapa bagian
saja, sedangkan penulisan kata adalah yang lain menggunakan tulisan ﺔﻟا دا. Berikut ini adalah rinciannnya.
Tabel 6 Ketidakkonsistenan Kata adalah
No. Hlm Baris
Tulisan Edisi
1 2 9, 2 13
ﺔﻟ دا adalah
E. Suntingan Teks
Menyunting merupakan kegiatan menyiapkan naskah siap cetak untuk diterbitkan dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa.
Bahasa disini sudah menyangkut ejaan, diksi, dan struktur KBBI:871.
Suntingan teks yang disediakan dalam penelitian ini adalah suntingan teks RBTNA yang mendekati asli dan telah dibebaskan dari segala macam kesalahan
yang terjadi pada waktu penyalinannya, sehingga teks RBTNA dapat dipahami sebaik-baiknya. Suntingan teks RBTNA dilakukan dengan mentransliterasikannya
dari huruf Arab ke dalam huruf Latin agar mudah dibaca dan dipahami oleh masyarakat luas. Setiap perbaikan yang dilakukan oleh penyunting diberi penjelasan
pada pengantar suntingan, memakai catatan kaki footnote agar dapat diperiksa dan diperbandingkan dengan bacaan naskah, sehingga memungkinkan penafsiran lain
oleh pembaca. Dengan demikian kebenaran isinya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dalam transliterasi teks RBTNA disajikan dengan menggunakan tanda-tanda sebagai berikut.
1. Tanda garis miring dua , digunakan untuk menunjukkan pergantian halaman.
2. Kata, frase atau kalimat yang diberi angka 1, 2, 3,……, di kanan atas dapat dilihat didalam catatan kaki.
3. Angka 1, 2, 3,.…., yang terdapat pada sisi pias kanan teks, menunjukkan halaman naskah
4. Tanda kurung dua [ ], menunjukkan penghilangan huruf atau suku kata oleh penyunting
5. Tanda kurawal { }, menunjukkan skolia atau kekurangan teks yang tercatat pada pias teks.
6. Tanda hubung ---, menunjukkan teks tidak dapat dibaca oleh penyunting .
Pedoman ejaan yang digunakan dalam suntingan RBTNA ini adalah sebagai berikut.
1. Ejaan dalam suntingan ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah dalam Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan EYD.
2. Kosa kata yang berasal dari bahasa Arab yang sudah diserap dalam Bahasa Indonesia disesuaikan dengan EYD.
3. Kosa kata arkhais dan kosa kata yang menunjukkan ciri khas bahasa asal Melayu ditulis miring.
4. Istilah-istilah dan kosa kata dalam bahasa Arab yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia sesuai dengan pedoman transliterasi dan ditulis
miring. 5. Penulisan kata ulang disesuaikan dengan EYD.
Pedoman transliterasi yang digunakan dalam suntingan teks RBTNA adalah sebagai berikut.
1. Huruf ain ع yang terletak di tengah dan disukunkan, diedisikan menjadi k pada kosa kata yang telah diserap dalam bahasa Indonesia,
dan ‘ jika terdapat pada kosakata yang belum diserap.
2. Kata-kata bahasa Arab yang belum diserap dalam bahasa Indonesia diedisikan dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Tasydid ّ dilambangkan dengan huruf rangkap. Misalnya : ﻞﺟ و ﺮﻋ ‘azza wa jalla
b. Tanda maddah panjang alif ا , wawu و , dan ya ي sebagai penanda vokal panjang diedisikan memberi garis datar di atasnya.
Misalnya: ā, ī, ū c. Kata sandang ل ا yang diikuti huruf qomariah diedisikan dengan al-,
apabila terletak di awal kalimat. Apabila terletak di tengah kalimat atau frase maka diedisikan dengan l-, sedangkan kata sandang ل ا yang
diikuti huruf syamsyiah diedisikan menjadi huruf syamsyiah yang mengikutinya.
3. Huruf-huruf pendiftong, yaitu و ا dan ai ي ا ditulis dengan vokal au
untuk و ا dan vokal ai untuk ي ا 4. Ta marbuthah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan
dhammah, ditransliterasikan t atau h, untuk hamzah ء mati di transliterasikan dengan huruf k. Misalnya: ﺔﻤﺣر - rahmat
5. Suku kata akhir yang hidup atau mendapat harakat fatkah, kasrah, dan dhammah, pada akhir kalimat ditransliterasikan mati mengikuti huruf
konsonan yang mengikutinya. Misalnya: ﻢﯿﺣﺮﻟا r-Rahīm. Pedoman transliterasi yang digunakan dalam suntingan teks RBTNA
mengacu pada pedoman transliterasi yang disusun oleh Institut Agama Islam Negeri IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekarang menjadi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta nomor 6. Namun, karena tidak semua fonem tercakup dalam sistem transliterasi IAIN Syarif Hidayatullah, maka ditambah dan dilengkapi
dengan beberapa fonem-fonem untuk bahasa Melayu.
Tabel 7 Pedoman transliterasi
Huruf Nama
Latin Huruf
Nama Latin
ا alif
a غ
ghain gh
ب ba
b ف
fa f
ت ta
t ق
qaf q
ث sa
s ك
kaf k
ج jim
j ل
lam l
ح ha
h م
mim m
خ kha
kh ن
nun n
د dal
d و
wau w
ذ zal
z ه
ha h
ر ra
r ء
hamzah ’
ز zain
z ي
ya y
س sin
s ک
g ش
syin sy
چ c
ص shad
sh غ
ng ض
dhad dh
ﭗ ny
ط tha
th ف
p ظ
zha zh
ع ain
‘
Sumber: Heijer, Johannes den. 1992:5-6
Suntingan Teks
Bismi l- Lāhi r-Rahmāni r-Rahīm. Al-hamdu li l-Lāhi rabbi l-‘ālamīn. Artinya segala puji-pujian tertentu bagi Allah Taala Tuhan seru alam. Wa sh-
shalātu wa s-salāmu ‘alā Muhammadin wa ‘alā ālihi wa shahbihi ajma‘īn. Dan rahmat Allah dan salam-Nya atas Muhammad dan atas segala keluarganya dan
sahabatnya sekalian mereka itu. Ammā ba‘du. Falammā kānat hijratu n-Nabiyyi shalla l-Lāhu ‘alaihi
wa sallam, samāniyata wa l-khamsīna wa l-mi’ataini ba‘da l-alfi faqad thalaba ilainā mirāran ba‘dhu l-ahibbā’i an naqla kitāba l-imāmi l- ‘ālimi l-
walī ahli sh-Shūfī wa huwa sy-Syaikhu ‘Abdallah Ad-Dihlawi ilā lisānu l-Jāwi. Adapun kemudian dari itu maka tatkala adalah hijratu n-Nabiyyi shalla l-Lāhu
‘alaihi wa sallam dua ratus lima puluh dulapan tahun kemudian daripada seribu tahun, makasanya minta kepada kami berulang-ulang beberapa kali oleh
setengah kekasihan aku bahwa aku pindah kitab imam yang alim lagi wali Allah yang ahli sh-Shūfī, dan yaitu Syekh Abdallah Dihlawi nama negerinya. Wa kāna
fī kitābi l-mazkūri mubayyinān li tharīqati n-Naqsyabandiyyati l-‘āliyah. Dan adalah dalam kitab yang tersebut menyatakan
1
bagi Tarekat Naqsyabandiyah yang tinggi.
Famtasaltu wa‘atamadtu ilā l-Lāhi ta‘āla rājiyān li s-Sawābi mina l- Lāhi l-karīmi yaumi l ma’ab. Maka aku ikut dan aku pegang diri kepada Allah
Taala hal keadaan aku harap bagi pahala daripada Allah Taala yang amat murah
1
Tertulis
تﺎﯿﻣ
pada hari kiamat. Li qaulihi shalla l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, Izā māta ibnu Ā
dama inqatha‘a ‘amaluhu illā min
2
salāsatin ‘ilmun muntafa‘un wa waladun shālihun yad‘ūlahu wa shadaqatun jāriyatun. Artinya karena sabda Nabi Shalla
l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, Apabila mati anak Adam, niscaya putuslah amalnya melainkan daripada tiga perkara; pertama ilmu yang memberi manfaat, kedua
anak yang saleh yang memintak doa baginya, ketiga sedekah jariyah yakni waqaf.
Wa ja‘altu hāza l-kitāba ka l-kitābi mustaqal fī lisāni l-Jāwī. Dan aku akan menjadikan
3
kitab ini seperti kitab yang mustaqal pada bahasa Jawi. Wa sammaituhu risālata l-badī‘iyyah
4
fī tharīqati n-Naqsyabandiyyati l-‘āliyah. Dan aku namai akan dia Risālata l-Badī‘iyyah fī Tharīqati n-Naqsyabandiyyati
l-‘Āliyah artinya risalah yang indah pada menyatakan Tarekat Naqsyabandi yang tinggi.
Wa l-Lāhi as’alu
5
an yanfa‘a bihi kamā nafa‘a bi ashli hazā l-kitābi wa an yaj‘alahu khālishān li wajhi l-karīmi l-wahhābi wa sababān li l-fawzi
yauma l-ma’ab. Dan kepada Allah Taala aku pohon akan bahwa memberi manfaat ia seperti barang yang telah memberi manfaat bagi pohon kitab ini dan
bahwa menjadi oleh Allah Taala akan dia tulus ikhlas bagi Zat yang mulia lagi
2
Tertulis
ﻦﻋ
3
Merupakan edisi dari penyunting
4
Tertulis
ﺔﯿﻘﺑ ﺪﺒﻟا
5
Tertulis
لءﺎﯿﺳ
yang baik pemberian dan jalan bagi kemenangan pada hari kiamat. Yā ikhwānī, hai segala saudaraku, jikalau kamu [a]dapat
6
kesalahan pada ibaratnya, maka hendaklah engkau perbaiki akan dia serta engkau murāja‘ah kepada pohon kitab
ini. Ketahui olehmu hai sālik, barang siapa masuk tarekat ini, hendaklah
mengucap selawat pada mula-mula lima kali, dan dihadiah akan dia kepada roh Nabi Shalla l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, dan kepada roh segala guru-guru yang
empunya silsilah
7
yang sampai isnad-nya kepada Nabi Shalla l-Lāhu ‘alaihi wa sallam, dan hendaklah menyampang diri dengan wasitah mereka itu kepada
Tuhan ‘Azza wa jalla. Setelah itu, maka mengucap istigfar dua puluh lima kali; yaitu, Astaghfiru l-Lāha rabbī min kulli zanbin wa atūbu ilaih; kemudian
maka memaca Fatihah sekali; kemudian maka memaca surat Al Ikhlas tiga kali. Setelah sudah yang demikian itu, maka hendaklah dihadir akan rupa syekh yang
tempat diambil talkin daripadanya diseru di hadapannya dengan hati serta minta tolong daripadanya dan minta daripada Allah Taala akan faidhu l-mahabbati wa
l-maghfirah yakni limpah kekasihan dan ampunan
8
. Setelah itu maka dimulai bagi lathīfah qalbu, serta menunduk kepala sedikit kepadanya, dan makna
lathīfah itu tempat nur, dan [ada] adalah
9
di dalam lathīfah itu tempatnya di
6
Tertulis
ﺖﻓ ا د ا
7
Tertulis
ﺔﻠﯿﻠﺳ
8
Tertulis
نﻮﻔﻣا
9
Tertulis
ﺔﻟ دادا
bawah susu kiri kadar dua jari, hal keadaannya cenderung kepada pihak kiri sedikit kadar dua jari jua, hendaklah dimula-mula hazhah {yakni d.s.d.y.k}
10
tatkala itu akan mafhum ismu zat, yaitu Allah; dan adalah mafhumnya Zat Allah Subhānahu wa ta‘āla dengan tiada misal seperti firman Allah Taala, Laisa
kamislihī
11
Syai’un
12
, artinya tiada seperti baginya suatu jua pun, dan hendaklah tatkala itu dipelihara daripada segala khawatir dan daripada berpikir-pikir
daripada barang yang telah lalu dan yang lagi akan datang, dan lagi hendaklah tatkala itu tawajuh kepada hati, dan hati tawajuh kepada mafhum zat yang
wājibbu l-wujūd; dan mengata tatkala itu dengan lisānu l-khayāl, Allāh Allāh hal keadaan bertemu lidahnya
13
dengan langit-langit. Dan apabila zahir padanya berkerap-kerap zikir dalam hati, maka hendaklah berpindah kepada
lathīfatu r-Ruh, dan adalah tempatnya pada bawah susu kanan kadar dua jari, maka berhadap kepadanya pula dan menyebut pula, Allāh Allāh dengan lisānu
l-khayāl jua. Kemudian dari itu maka berpindah kepada lathīfah Sir, dan adalah tempatnya berbetulan susu kiri kadar dua jari, hal keadaannya cenderung kepada
tengah dada kita, maka disebut di sana, Allāh Allāh jua. Kemudian dari padanya lalu berpindah ia kepada lathīfah khafī dan berhadap kepadanya pula,
dan adalah tempatnya berbetulan susu kanan kadar dua jari, hal keadaannya
10
Merupakan sisipan pada bagian samping kanan teks
11
Tertulis
ﻠﻤﻛ ﺜ
ﮫﻠ
12
Q S Asy-Syura: 11
13
Tertulis
ﺪﯿﻟ ث
cenderung ia kepada tepat dada jua, maka disebut di sana, Allāh Allāh jua seperti dahulunya. Kemudian maka berpindah kepada lathīfah akhfā, dan adalah
tempatnya pada tengah dada kita, hendaklah berhadap kepadanya serta disebut, Allāh Allāh seperti yang tersebut dahulu jua. Setelah itu maka berpindah
berhadap kepada lathīfah Nafs, dan adalah tempatnya pada dahi kita, maka disebut, Allāh Allāh pula di sana. Setelah itu maka berhadap kepada lathīfah
kullu l-jasad
14
yaitu sekalian tubuhnya, dan disebut disana pula, Allāh Allāh dengan lisānu l-khayāl jua hingga zahir bergerak-gerak segala lathīfah yang
tersebut itu. Ketahui olehmu hai sālik, bahwasannya segala lathīfah yang tersebut
dinamai akan dia lathīfah yang tawajuh. Adapun zikir yang kedua itu zikir nafi dan isbat, dan adalah tarekatnya bahwa bertemu lidah dengan langit-langit
seperti yang dahulu; kemudian maka dimulai dengan lisānu l-khayāl daripada pusat kita kalimat, Lā serta dipanjang akan dia hingga sampai kepada hotak
kita; kemudian maka dihela daripadanya serta didatang kalimat, Ilāha kepada bahu kanan kita; kemudian maka dimulai daripadanya kalimat, Illā l-Lāh,
serta dipalunya ke dalam hati sanubari; dan lagi hendaklah dimula makna kalimat itu yaitu, Lā
15
maqshūda illā l-Lāh, artinya tiada yang dimaksud melainkan Allah Taala yang wājibbu l-wujūd dengan tiada misal. Dan apabila
berzikir dengan nafi dan isbat, tatkala menahan nafas hendaklah melepas akan
14
Tertulis
ﺐﻟﺎﻗ
15
Tertulis
ﺎﯾ
nafasnya dengan ke asal jua seperti tiga kali atau lima sekira-kira kuasa. Setelah berzikir beberapa kali, yakni sekira-kira kuasa maka mengucap, Muhammadu
r-Rasūlu l-Lāh, dan jangan dipanjang menahan nafas yakni sekira-kira tiada zahir baginya khafaqān, dan apabila sudah berzikir beberapa kali, yakni sekira-
kira kuasa bersamaan berzikir dengan ismu zat atau dengan yakni nafi dan isbat, maka mengata dengan lidah khayāl, Ilāhī anta maqshūdī wa ridhāka mathlūbī
16
ā ‘tinī mahabbaka wa maghfiratak, yakni hai Tuhanku, Engkau itu maksud aku,
dan ridha-Mu itu tentunya aku beri oleh-Mu akan daku kekasihan Engkau, dan ampun Engkau.
Ketahui olehmu hai sālik, bahwasannya zikir yang tersebut, yakni zikir ismu zat dan zikir nafi dan isbat, semuanya dikerjakan dengan khafi. Adapun jika
berzikir dengan jahar maka mengucap dengan lidah serta sahih lafaz-nya, dan serta dimula hazhah makna zikir dan serta tawajuh kepada hati, dan hati itu
tawajuh kepada Zat Subhānahu wa ta‘āla, dan apabila nyata bagi orang yang berzikir itu kaifiat dan jamiyah, maka hendaklah memelihara akan dia, dan
apabila tiada nyata baginya kaifiat dan jamiyah, maka hendaklah berulang-ulang zikir hingga nyata keduanya.
Ketahui olehmu hai sālik, kata ulama ahli sh shūfī, bahwasannya jalan sampai kepada Allah Taala itu tiga perkara, pertama berzikir dengan syaratnya
seperti yang telah tersebut; kedua murāqabah, yaitu tawajuh kepada Allah Subhanahu wa ta‘āla dan tawajuh kepada hati dan hilang segala khawatir
16
Tertulis
ىﻮﻠﻄﻣ
daripadanya; ketiga berlazim bersahabat seorang, dan adalah bersahabatnya itu memberi balas kepada kaifiat dan jamiyah, dan memelihara akan dia dengan
[dish]ditashawwur
17
akan rupanya, serta dipelihara akan dia pada dari aku yakni pendapat dalam hati inilah hasil mafhum kitab karangan Syekh Abdallah Ad-
Dihlawi yang tempat hamba nukil wa l-Lāhu ‘alam. Kata Syekh Tajuddin Al Hindi Al-‘ārifi bi l-Lāhi qaddasa l-Lāhu sirrah, Bermula jalan kepada Allah
Taala atas Tarekat Naqsyabandi itu tak dapat tiada daripada salah suatu daripada tiga tarekat. Tarekat yang pertama; bahwa berzikir ia dengan kalimat tayibbah;
yaitu, Lā ilāha illā l-Lāh muhammadu r-Rasūlu l-Lāh dengan menahan nafas serta memelihara akan bilangan yang kamil yaitu tiga kali atau lebih; dan apabila
sampailah bilangan dua puluh esa kali; pada hal tiada nyata bagi orang yang berzikir itu bekas zikir, yaitu dalil atas tiada dikabul akan zikirnya; maka
hendaklah ketika itu dimasuk pada permulaan zikir pula. Adapun kaifiyat zikir itu; bahwa engkau jadi akan lidah bertemu dengan langit-langit, dan engkau
bertemu bibir dengan bibir, dan gigi dengan gigi, serta menahan akan nafas kita; dan engkau mula dengan kalimat, Lā daripada pusat dan engkau naik
akan dia hingga sampai hotak dan engkau sampai kepadanya, maka engkau hela daripadanya dengan kalimat, Ilāha hingga sampai kepada bahu kanan,
kemudian maka dihela daripadanya dengan kalimat, Illā l-Lāh kepada pihak kiri, serta engkau lutar dalam hati sanubari dengan kuat sekira-kira nyata
bekasnya dan hangatnya kepada sekalian tubuhnya; dan engkau hela,
17
Tertulis
رﻮﺼﺗ د ص د
Muhammadu r-Rasūlu l-Lāh daripada pihak kiri kepada pihak kanan dan kiri, yakni antara kanan dan kiri. Setelah itu maka engkau kata dengan hati pula,
Ilāhī anta maqshūdī wa ridhāka mathlūbī. Tarekat yang kedua yaitu tawajuh dan murāqabah, yaitu bahwa engkau tawajuh kepada mafhum ismu l-mubārak
yaitu lafaz Allāh dengan tiada wasitah, dan engkau mula hazhah akan dia dalam khayāl, dan engkau tawajuh dengan sekalian madrak yakni pendapatnya
kepada hati sanubari. Tarekat yang ketiga itu bertambatnya engkau dengan syekh yang kamil-mukamil yang sampai kepada maqām musyāhadah; inilah kehasilan
kata Syekh Tajuddin. Dan jika engkau kehendaki lebih daripada yang tersebut itu, maka lazim
olehmu akan sendirimu mutalaah kepada kitab yang panjang-panjang pada ilmu ini, dan lagi hendaklah engkau ambil daripada syekh yang mursyid, dan tiada
hasil ilmu melainkan dengan syekh jua, karena bahwasannya barang siapa tiada syekh yakni guru, maka yaitu setan syekhnya wa l-Lāhu a‘lamu bi sh-Shawāb.
Qāla l-mu’allifu l-kharij ‘Abbas Al Asyi. Telah mengata oleh mualif yaitu Haji Abbas namanya, Aceh nama negerinya. Wa kanā l-farāgha min rasmi
hazihi r-Risālah fī Makkati l-Musyarafah ‘āma l-mazkur. Dan adalah selesai daripada mengarang risalah ini dalam negeri Mekah yang mulia dalam tahun
yang telah tersebut. Al-lāhumma ghfirlanā wa li wālidainā wa li jami‘i l- muslimīn. Hai Tuhanku, ampun oleh-Mu bagi kami, dan bagi dua ibu bapa kami,
dan bagi sekalian orang Islam. Amīn yā rabba l-‘ālamīn. Tamma.
F. Daftar Kata Sukar