Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia terdapat dua jenis jelutung, yaitu Dyera costulata Hook. f. dan Dyera lowii Hook. f.. Kedua jenis ini termasuk family Apocynaceae. Dibandingkan dengan Dyera lowii, Dyera costulata mampu menghasilkan lateks yang lebih banyak. Secara ekonomis, pengusahaan jelutung dapat menjamin keberlanjutan sustainability hasil. Selain hasil kayu, jelutung juga bisa menghasilkan hasil non kayu berupa getah yang sangat berguna sebagai bahan baku industri permen karet Martawijaya et al. 1981 diacu dalam Rahmat, 2008. Getah jelutung ini juga biasa dimanfaatkan untuk industri-industri vital dunia seperti industri pesawat, otomotif, elektronik, pembungkus kabel, perabot rumah tangga, dan lain sebagainya yang terbuat dari getah. Pohon jelutung menghasilkan getah berwarna putih yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu sumber pemasok getah jelutung terbesar pada negara-negara importir Balai Pelayanan Informasi Kehutanan Provinsi Jambi 2008, sedangkan untuk hasil kayunya pohon jelutung yang sudah tidak menghasilkan getah lagi ditebang untuk dijadikan bahan cetakan bangunan, meja gambar, kelom, ukiran, kayu lapis, dan pensil Dephut 2008. Kayu jelutung memiliki kualitas dan harga setara dengan kayu meranti Handoyo 2011. Harga jual kayunya juga tidak kalah dengan harga jual kayu meranti, ramin, agatis, rasak, keruing, dan kayu sejenis lainnya. Begitu juga dengan harga getah jelutung yang dapat mencapai dua kali lipat harga getah karet. Secara ekologis, jelutung sangat cocok untuk dikembangkan pada lahan rawa gambut karena merupakan jenis asli indigenous species penyusun formasi hutan rawa gambut dan budidayanya juga relatif mudah dilakukan Lemments et al. 1995 diacu dalam Rahmat 2008. Jelutung juga termasuk jenis pohon yang dapat digunakan sebagai penyerap karbon yang efektif dalam jangka panjang. Akan tetapi, hutan gambut merupakan ekosistem lahan basah yang rawan terhadap bahaya kebakaran baik yang dilakukan secara sengaja ataupun karena alam. Hal ini dikarenakan hutan rawa gambut adalah salah satu tipe hutan rawa yang merupakan ekosistem yang spesifik dan rapuh, baik dilihat dari segi habitat lahannya yang berupa gambut dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan ketebalan mulai dari kurang dari 0,5 meter sampai dengan kedalaman lebih dari 20 meter Badan Litbang Kehutanan 2010. Akan tetapi, pembibitan jelutung secara massal sering kali terkendala oleh sifat benih yang mudah rusak dan cepat berkecambah rekalsitran sehingga tidak dapat disimpan terlalu lama sehingga teknologi penyimpanan benih dan perbanyakan vegetatif baik secara makro stek maupun mikro kultur jaringan sangat diperlukan guna penyediaan bibit jelutung dalam jumlah banyak Bathimi 2009. Melalui kultur in vitro maka dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang besar dan sama, dapat diperbanyak secara kontinyu serta lebih efisien tempat dan waktu. Akan tetapi dalam kultur in vitro sendiri juga perlu adanya rekayasa agar mendapatkan hasil kultur yang jauh lebih baik dan dalam waktu yang cepat didapatkan hasil yang jauh lebih besar. Salah satu caranya adalah dengan menambahkan hormon yang berpengaruh pada percepatan pertumbuhan tanaman itu sendiri, yaitu hormon colchicine yang dapat menggandakan jumlah kromosom dari diploid menjadi tetraploid. Hormon colchicine adalah senyawa alkaloid yang dihasilkan dari ekstrak umbi dan akar tanaman Colchicum autumnale Linn family Idliaceae. Hormon ini dapat digunakan untuk menginduksi poliploid Eigsti Dustin 1957 dengan ciri-ciri inti dan isi sel lebih besar, daun dan bunga bertambah besar, dan dapat terjadi perubahan senyawa kimia termasuk peningkatan atau perubahan pada jenis atau proporsi karbohidrat, protein, vitamin atau alkaloid Poespodarsono 1988. Briggs dan Knowles 1967 diacu dalam Herawati 1980 menyatakan bahwa larutan colchicine merupakan salah satu zat yang dapat menggandakan jumlah kromosom suatu individu tanaman di dalam inti sel, yang berpengaruh terhadap karakter vegetatif tanaman. Dengan konsentrasi cholchicine yang berbeda, akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap petumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan konsentrasi colchicine yang digunakan bersifat sangat kritis Eigsti Dustin 1957. Berdasarkan hal tersebut, perlakuan pemberian colchicine diharapkan mampu meningkatkan percepatan pertumbuhan tanaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan in vitro tumbuhan jelutung.

1.2 Tujuan Penelitian