Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

4.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan pedagang eceran tradisional sebagian besar adalah Sekolah Menengah Atas SMA. Pada kenyataanya sebagian besar pedagang eceran tradisional sudah memenuhi wajib belajar sembilan tahun, tetapi keterbatasan lapangan kerja mendorong mereka untuk berwirausaha di bidang perdagangan eceran. Karakteristik perdagangan eceran ritel yang tidak memerlukan keahlian khusus serta pendidikan tinggi untuk menekuninya, membuat mereka terjun ke dunia ritel. Sebaran tingkat pendidikan masing-masing responden dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Hubungan antara tingkat pendidikan dengan perubahan omzet responden disajikan pada Tabel 6. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, omzet akibat pendirian minimarket seharusnya semakin meningkat, namun Tabel 6 menunjukkan kecenderungan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan strategi dan pengalaman usaha. Pedagang eceran tradisional dengan tingkat pendidikan rendah ternyata memiliki strategi yang lebih baik dibandingkan dengan pedagang yang berpendidikan tinggi. Pedagang dengan tingkat pendidikan rendah lebih ramah terhadap pembeli dan dapat menjaga hubungan baik dengan pelanggannya. Pedagang eceran tradisional dengan pendidikan rendah mendapatkan bekal ilmu dari keluarga untuk berdagang. Mereka sudah terlatih sejak kecil untuk membantu keluarganya berdagang sehingga memiliki pengalaman usaha yang lebih banyak. 8 2 14 1 2 4 6 8 10 12 14 16 SD SMP SMA S1 Frekuensi Tingkat Pendidikan Tabel 6. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Omzet Responden Tingkat Pendidikan Omzet Tetap Turun Sekolah Dasar 2 6 Sekolah Menengah Pertama 2 Sekolah Menengah Atas 4 10 Strata Satu 1 Sengitnya persaingan diantara pedagang eceran tradisional dan dengan minimarket membuat sebagian pedagang eceran tradisional menerapkan strategi baru untuk mempertahankan pelanggannya. Ketika ditanya mengenai strategi yang dipakai untuk menarik pembeli, ternyata 40 persen pedagang tidak memiliki strategi untuk menarik pembeli dan pedagang tersebut adalah pedagang dengan tingkat pendidikan SMA Tabel 7. Pedagang dengan yang tidak menerapkan strategi adalah pedagang yang tidak menjadikan keuntungan dari penjualannya sebagai sumber pendapatan utama. Empat puluh persen pedagang tersebut sumber pendapatan sebagai pendapatan utama seperti usaha sewa rumah, pemancingan, atau suami pedagang tersebut memiliki pekerjaan tetap sebagai karyawan swasta atau PNS. Enam puluh persen pedagang yang terdiri dari 32 persen pedagang dengan tingkat pendidikan SD, 8 persen pedagang dengan tingkat penddidikan SMP, dan 16 persen pedagang dengan tingkat pendidikan SMA dan 4 persen pedagang dengan tingkat pendidikan S1 menerapkan strategi untuk tetap mempertahankan pelanggannya. Tabel 7. Strategi Pedagang Eceran Tradisional Strategi untuk Menarik Pembeli Jumlah Pedagang Persen Keramahan dan sopan santun 8 32 Menambah keanekaragaman produk 1 4 Menerima pembayaran dalam bentuk hutang 2 8 Harga 4 16 Tidak ada strategi 10 40 Sebanyak 32 persen pedagang berusaha menarik pembeli dengan mengutamakan keramahan dan sopan santun, sedangkan 4 persen pedagang memilih menambah keragaman produknya dengan menjual barang yang tidak dijual di minimarket atau dengan mengecer barang-barang sembako. Pedagang lain pun menerapkan strategi yang berbeda, 8 persen pedagang menerima pembayaran dalam bentuk hutang. Hutang tersebut biasanya dilunasi pada awal bulan setelah konsumen mendapatkan gaji atau upah dari pekerjaannya. Strategi lain yang digunakan pedagang adalah menetapkan harga yang lebih murah untuk komoditas yang laku terjual, 16 persen pedagang menerapkan strategi ini.

4.4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jam Kerja