tradisional. Artinya, terdapat hubungan antara jarak dengan dengan perubahan omzet pedagang eceran, juga terdapat hubungan antara usia dan perubahan omzet
pedagang eceran. Nilai Asymp. Sig 2-sided untuk variabel jarak yang terdapat pada Chi-
Square test adalah 0,000 lebih kecil dari alpha α=0,05. Nilai tersebut
menyatakan bahwa jarak antara pedagang eceran tradisional dengan minimarket berhubungan nyata terhadap perubahan omzet pedagang eceran tradisional.
Nilai Asymp. Sig 2-sided untuk variabel usia yang terdapat pada Chi- Square test adalah 0,076, lebih kecil dari alpha
α=0,05. Nilai tersebut menyatakan bahwa usia pedagang eceran tradisional dengan perubahan omzet
pedagang eceran tradisional berhubungan nyata.
4.7 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Omzet
Pedagang Eceran Tradisional Akibat Pendirian
Minimarket dengan Menggunakan Model Regresi Linear Berganda
Untuk melihat dampak minimarket terhadap omzet pedagang eceran tradisional dilakukan analisis dengan menggunakan model regresi linear berganda
dan diuji signifikansinya dengan menggunakan aplikasi software SPSS version 16.0. Hasil pengolahan data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai R
2
adalah 0,640 yang artinya 64 persen keragaman nilai omzet dapat dijelaskan oleh
masing-masing variabel bebas yang ada dalam model. Selain itu, tidak ada pelanggaran asumsi autokorelasi yang terjadi pada setiap persamaan. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai Durbin-Watson yang mendekati 2. Scatterplot di Lampiran 5 menunjukkan bahwa titik-titik residual tidak membentuk pola yang
jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Hasil output uji white pada Lampiran 5 dengan menggunakan software eviews 6
menunjukkan nilai ObsR-squared sebesar 23,59048 sedangkan nilai probabilitas
chi-square adalah 0,2607 lebih besar dari alpha 0,05. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model. Pada Lampiran 4, nilai asymp. sig. 2-tailed pada one-sample kolmogorov-smirnov test adalah
0,656 lebih besar dari alpha 0,05 artinya data terdistribusi normal. Nilai VIF masing-masing variabel bebas pada Tabel 12 lebih kecil dari 10, artinya data tidak
mengalami multikolinearitas.
Setelah melakukan
pengujian normalitas,
multikolinearitas, autakorelasi dan heteroskedastisitas, dapat disimpulkan bahwa data memenuhi asumsi klasik.
Tabel 12. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional
Variabel Koefisien
Probabilitas VIF
Intersep 18,272
0,568 -
Tingkat Pendidikan 7,147
0,070 1,454
Jam Kerja -0,883
0,487 1,333
Lama Usaha 0,868
0,176 1,553
Jarak -0,152
0,000 1,697
Usia 0,676
0,123 1,741
R
2
= 0,640 F
hitung
= 6,747 Durbin-Watson = 1.324
Keterangan: Nyata pada taraf kepercayaan 95 persen Nyata pada taraf kepercayaan 80 persen
Berdasarkan hasil output di atas maka model logit yang diperoleh adalah:
Y
i
= 18,272 + 7,147PD
i
- 0,883JM
i
+ 0,868LU
i
– 0,152JR
i
+ 0,676US
i
........ 4.1 Jarak memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata lima
persen terhadap omzet usaha dengan koefisien parameter 0,152. Artinya, apabila jarak antar lokasi usaha pedagang eceran tradisional dengan minimarket
meningkat satu meter maka perubahan omzet usaha akan bertambah kecil sebanyak 0,152 persen, ceteris paribus. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh
positif dan signifikan pada taraf nyata 10 persen terhadap omzet usaha dengan koefisien parameter 7,147. Artinya, apabila tingkat pendidikan pedagang eceran
tradisional meningkat satu tingkat maka perubahan omzet usaha akan bertambah besar sebanyak 7,147 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wijayanti 2011 menganalisis bahwa jarak antara warung tradisional dengan minimarket berpengaruh terhadap penurunan omzet warung
tradisional di Kecamatan Padurungan Kota Semarang, semakin dekat jarak antara keduanya, maka penurunan omzet warung tradisional semakin besar.
Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, perubahan omzet akibat pendirian minimarket seharusnya semakin kecil, namun hasil analisis
menunjukkan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan strategi dan pengalaman usaha. Pedagang eceran tradisional dengan tingkat pendidikan rendah
ternyata memiliki strategi yang lebih baik dibandingkan dengan pedagang yang berpendidikan tinggi. Pedagang dengan tingkat pendidikan rendah lebih ramah
terhadap pembeli dan dapat menjaga hubungan baik dengan pelanggannya. Pedagang eceran tradisional dengan pendidikan rendah mendapatkan bekal ilmu
dari keluarga untuk berdagang. Mereka sudah terlatih sejak kecil untuk membantu keluarganya berdagang sehingga memiliki pengalaman usaha yang lebih banyak.
Beberapa responden dengan tingkat pendidikan tinggi menjadikan warung sebagai pendapatan sampingan saja, akibatnya mereka tidak sepenuhnya berkonsentrasi
pada usaha tersebut. Parameter lama usaha dan jam kerja tidak signifikan secara statistik
terhadap omzet usaha yang diperoleh. Artinya, lama usaha dan jam kerja responden tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya perubahan omzet usaha.
4.8 Karakteristik Perubahan Tingkat Pengeluaran Responden Akibat