Sifat Kimia Tanah Gambut
Nilai pH tanah yang rendah disebabkan oleh asam-asam organik dan ion hidrogen dapat ditukar H-dd yang tinggi terkandung dalam tanah gambut.
Menurut Buckman dan Brady 1982 kompleks koloid gambut dipengaruhi oleh hidrogen yang menyebabkan pH tanah gambut lebih rendah
dibandingkan dengan tanah mineral. Bahan organik yang telah mengalami dekomposisi mengandung gugus-gugus reaktif yang mendominasi kompleks
pertukaran yang bertindak sebagai asam lemah sehingga dapat terdisosiasi dan menghasilkan ion H
+
dalam jumlah banyak, bergantung pada jumlah gugus fungsional dan derajat disosiasi.
Rachim 1995 menyatakan bahwa muatan pada bahan organik sekitar 85 sampai 95 disebabkan oleh gugus karboksil dan fenol. Tingkat kesuburan
gambut ditentukan oleh kandungan bahan mineral dan basa-basa, bahan substratumdasar gambut dan ketebalan lapisan gambut. Berdasarkan pada
kedalamannya gambut dibedakan menjadi: gambut dangkal 50β100 cm, gambut sedang 100β200 cm, gambut dalam 200β300 cm, dan gambut sangat dalam
300 cm. Kandungan mineral gambut di Indonesia umumnya kurang dari 5 dan sisanya adalah bahan organik. Fraksi organik terdiri dari senyawa-senyawa
humat sekitar 10-20 dan sebagian besar lainnya adalah senyawa lignin, selulosa, hemiselulosa, resin, suberin, protein, dan senyawa lainnya.
Kapasitas tukar kation KTK gambut tergolong tinggi. Muatan negatif yang menentukan KTK pada tanah gambut seluruhnya adalah muatan bergantung
pada pH pH dependent charge, dimana KTK akan naik bila pH gambut ditingkatkan Salampak 1999. Nilai KTK yang tinggi disebabkan oleh
banyaknya kandungan asam-asam organik pada tanah tersebut. Asam-asam organik dengan gugus karboksil -COOH dan gugus fenol -OH memberikan
kontribusi yang besar bagi tingginya nilai KTK tanah gambut. Kejenuhan basa KB tanah gambut sangat rendah, dikarenakan bahan dasar pembentukan gambut
di Indonesia merupakan pelapukan kayu-kayuan yang mengandung lignin dalam jumlah besar dan miskin unsur hara. Lignin yang mengalami proses degradasi
dalam keadaan anaerob akan terurai menjadi senyawa humat dan asam-asam fenolat. Asam-asam fenolat dan derivatnya bersifat fitotoksik meracuni tanaman
yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Asam fenolat merusak sel
akar tanaman sehingga asam-asam amino dan bahan lain mengalir keluar dari sel, menghambat pertumbuhan akar dan serapan hara yang menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, daun mengalami klorosis yang pada akhirnya tanaman akan mati Driessen 1978. Tanah gambut dengan ciri KTK
sangat tinggi dan kejenuhan basa sangat rendah akan menyulitkan penyerapan hara terutama basa-basa yang diperlukan oleh tanaman.
Tanah gambut umumnya mempunyai CN rasio yang tinggi. Unsur hara N yang terkandung di tanah gambut cukup tinggi, tetapi pertumbuhan tanaman
sering terlihat mengalami gejala defisiensi N Munir 1995. Driessen 1978 menyatakan bahwa pada tanah gambut, N tersedia kurang dari 3 dan selebihnya
terdapat dalam bentuk bahan organik yang kompleks. Rachim 1995 menyatakan bahwa pada umumnya kandungan N total tanah organik lebih tinggi dibandingkan
dengan tanah mineral. Sebagian besar N total tanah ada dalam bentuk senyawa organik dan setelah mengalami proses aminisasi, amonifikasi atau nitrifikasi,
terbentuk senyawa NH
4
-N dan NO
3
-N yang tersedia bagi tanaman. Tanaman padi yang tumbuh di tanah gambut sering mengalami defisiensi
Cu dan kehampaan gabah yang tinggi. Tan 1998 menyatakan bahwa pada tanah yang mengandung bahan organik tinggi, ketersediaan unsur hara mikro seperti Cu,
Fe, Mn, dan Zn sangat rendah karena diikat oleh senyawa-senyawa organik. Tanah gambut bereaksi masam. Dengan demikian, diperlukan upaya
ameliorasi untuk meningkatkan pH sehingga memperbaiki media perakaran tanaman. Kapur, tanah mineral, pupuk kandang dan abu sisa pembakaran dapat
diberikan sebagai bahan amelioran untuk meningkatkan pH dan basa-basa tanah Salampak 1999. Nilai pH tanah gambut cukup ditingkatkan sampai pH 5 saja
karena gambut tidak memiliki potensi Al yang beracun. Peningkatan pH sampai tidak lebih dari 5 dapat memperlambat laju dekomposisi gambut. Pengaruh buruk
asam-asam organik beracun juga dapat dikurangi dengan menambahkan bahan- bahan amelioran yang banyak mengandung kation polivalen seperti terak baja,
tanah mineral laterit atau lumpur sungai Salampak 1999; Sabiham et al. 1997.