Manfaat Silika Si bagi Tanaman Padi

Silika Si merupakan unsur hara penting bagi beberapa tanaman pangan seperti padi dan tebu Epstein 1999; Matichenkov dan Calvert 2002. Silika dikenal sebagai beneficial element untuk tanaman padi Epstein 1999. Meskipun syarat sebagai unsur hara essensial tidak terpenuhi, unsur ini diketahui diserap tanaman dalam jumlah besar pada tanaman akumulator Si. 2.3 Permasalahan dan Potensi Lahan Gambut 2.3.1 Pembentukan dan Penyebaran Gambut Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah melapuk ataupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob atau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan transportasi, berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang merupakan proses pedogenik. Tanah gambut merupakan tanah yang kaya bahan organik C-organik 18 dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara Agus dan Subiksa 2008. Luas lahan gambut di Indonesia sekitar 18.3 juta ha yang tersebar di pulau-pulau besar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Lahan gambut yang layak untuk dijadikan areal pertanian hanya sekitar 6 juta ha BB Litbang SDLP 2008.

2.3.2 Sifat Kimia Tanah Gambut

Sifat tanah gambut berbeda dengan tanah mineral. Menurut Agus dan Subiksa 2008 gambut mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi dengan kisaran pH 3-5. Semakin tebal gambut basa-basa yang dikandungnya semakin rendah dan reaksi tanah menjadi semakin masam. Gambut dangkal mempunyai pH lebih tinggi pH 4.0-5.1 dibandingkan dengan gambut dalam pH 3.1-3.9. Nilai pH tanah yang rendah disebabkan oleh asam-asam organik dan ion hidrogen dapat ditukar H-dd yang tinggi terkandung dalam tanah gambut. Menurut Buckman dan Brady 1982 kompleks koloid gambut dipengaruhi oleh hidrogen yang menyebabkan pH tanah gambut lebih rendah dibandingkan dengan tanah mineral. Bahan organik yang telah mengalami dekomposisi mengandung gugus-gugus reaktif yang mendominasi kompleks pertukaran yang bertindak sebagai asam lemah sehingga dapat terdisosiasi dan menghasilkan ion H + dalam jumlah banyak, bergantung pada jumlah gugus fungsional dan derajat disosiasi. Rachim 1995 menyatakan bahwa muatan pada bahan organik sekitar 85 sampai 95 disebabkan oleh gugus karboksil dan fenol. Tingkat kesuburan gambut ditentukan oleh kandungan bahan mineral dan basa-basa, bahan substratumdasar gambut dan ketebalan lapisan gambut. Berdasarkan pada kedalamannya gambut dibedakan menjadi: gambut dangkal 50–100 cm, gambut sedang 100–200 cm, gambut dalam 200–300 cm, dan gambut sangat dalam 300 cm. Kandungan mineral gambut di Indonesia umumnya kurang dari 5 dan sisanya adalah bahan organik. Fraksi organik terdiri dari senyawa-senyawa humat sekitar 10-20 dan sebagian besar lainnya adalah senyawa lignin, selulosa, hemiselulosa, resin, suberin, protein, dan senyawa lainnya. Kapasitas tukar kation KTK gambut tergolong tinggi. Muatan negatif yang menentukan KTK pada tanah gambut seluruhnya adalah muatan bergantung pada pH pH dependent charge, dimana KTK akan naik bila pH gambut ditingkatkan Salampak 1999. Nilai KTK yang tinggi disebabkan oleh banyaknya kandungan asam-asam organik pada tanah tersebut. Asam-asam organik dengan gugus karboksil -COOH dan gugus fenol -OH memberikan kontribusi yang besar bagi tingginya nilai KTK tanah gambut. Kejenuhan basa KB tanah gambut sangat rendah, dikarenakan bahan dasar pembentukan gambut di Indonesia merupakan pelapukan kayu-kayuan yang mengandung lignin dalam jumlah besar dan miskin unsur hara. Lignin yang mengalami proses degradasi dalam keadaan anaerob akan terurai menjadi senyawa humat dan asam-asam fenolat. Asam-asam fenolat dan derivatnya bersifat fitotoksik meracuni tanaman yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Asam fenolat merusak sel

Dokumen yang terkait

Aplikasi steel slag, dolomit, silica gel dan pupuk mikro pada tanaman padi di tanah gambut

0 6 117

Pengaruh Residu Steel Slag, Dolomit, Silica Gel, Dan Unsur Mikro Terhadap Sifat Kimia Tanah Gambut Dan Hasil Padi Pertanaman Ketiga

1 7 82

Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah Serta Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) pada Tanah Gambut dari Kumpeh, Jambi

0 5 133

Pemberian Abu Volkan dan Kombinasinya dengan Slag untuk Peningkatan Pertumbuhan Tanaman Padi di Tanah Gambut

0 4 48

Pengaruh Residu Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah Tanaman Kedua pada Tanah Gambut.

0 3 48

Pengaruh Pemberian Blast Furnace Slag, Electric Furnace Slag, Dolomit dan Silica Gel terhadap Sifat Kimia Tanah Gambut Dalam dari Desa Arang-Arang Jambi

0 4 44

Pengaruh Residu Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah Tanaman Kedua pada Tanah Gambut

0 8 42

Pertumbuhan Dan Produksi Padi Sawah Pertanaman Ketiga Pada Tanah Gambut Oleh Residu Electric Furnace Slag, Dolomit, Dan Unsur Mikro

0 3 49

Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah Tanaman Ketiga pada Tanah Gambut oleh Residu Blast Furnace Slag, Silica Gel, dan Unsur Mikro

0 3 17

Pemberian Ef Slag Dan Kombinasinya Dibandingkan Dengan Dolomit Serta Trass Untuk Peningkatan Serapan Hara Dan Pertumbuhan Padi Di Tanah Gambut

0 3 38