ketersediaan unsur Ca dan Mg, serta perbaikan ketersediaan unsur-unsur lain yang ketersediaannya bergantung pada pH tanah Driessen 1978.
2.4.3 Karakteristik Silica Gel
Silica gel adalah butiran seperti kaca dengan bentuk butiran granular.
Silica gel dibuat secara sintetis dari natrium silikat yang dikenal dengan nama
silica gel padat. Silica gel adalah mineral alami yang dimurnikan dan diolah
menjadi salah satu bentuk butiran atau manik-manik. Silica gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui penggumpalan sol natrium silikat
NaSiO
2
. Sol mirip agar-agar ini dapat didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan
silica gel dimanfaatkan sebagai zat penyerap, pengering dan penyangga katalis.
Silica gel mulai banyak diproduksi dalam bentuk silica gel biasa maupun nano
silica gel , yang memiliki keunggulan sebagai pupuk Si yang cepat tersedia bagi
tanaman http:id.wikipedia.orgwikigel_silica.
Kelemahan penggunaan silica gel adalah rendahnya efektivitas dan selektivitas permukaan dalam berinteraksi dengan ion logam berat, sehingga silica
gel tidak mampu berfungsi sebagai adsorben yang efektif untuk ion logam berat.
Hal ini terjadi karena gugus aktif yang ada hanya berupa gugus silanol Si-OH dan siloksan Si-O-Si. Akan tetapi, kekurangan ini dapat diatasi dengan
memodifikasi permukaan dengan menggunakan gugus aktif yang sesuai untuk mengadsorpsi ion logam berat yang dikehendaki Astuti et al. 2012.
2.5 Pemupukan dengan Pupuk Mikro
Tembaga II sulfat merupakan padatan kristal biru CuSO
4
.5H
2
O triklin. Pentahidratnya kehilangan empat molekul air pada suhu 110
o
C dan yang ke lima pada suhu 150
C membentuk senyawa anhidrat berwarna putih. Tembaga II sulfat mempunyai banyak kegunaan di bidang industri di antaranya untuk
membuat campuran Bordeaux sejenis fungisida dan senyawa tembaga lainnya. Senyawa ini juga digunakan dalam penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta
sebagai bahan pengawet kayu Syabatini 2010.
Senyawa tembaga Cu dan seng Zn merupakan unsur mikro yang diperlukan bagi tanah dan tanaman, khususnya pada gambut yang sangat miskin
unsur mikro seperti Cu dan Zn. Unsur Cu berfungsi sebagai aktivator enzim dalam proses penyimpanan cadangan makanan dan elemen dalam pembentukan
pro vitamin A. Tembaga berperan sebagai bagian penyusun enzim kloroplas plastosianin dalam sistem transpor elektron antara fotosistem I dan II. Unsur hara
ini jika cukup bagi tanaman, menyebabkan daun tumbuh lebih banyak dan luas daun lebih besar. Hal ini memungkinkan tanaman menangkap sinar matahari
secara maksimal sehingga meningkatkan hasil fotosintesis. Bila proses fotosintesis berjalan dengan baik, maka fotosintat yang terbentuk meningkat
kemudian ditranslokasikan ke bagian vegetatif tanaman untuk membentuk organ- organ baru Gardner et al. 1991.
2.6 Karakteristik dan Permasalahan Logam Berat Logam berat adalah unsur kimia dengan berat jenis lebih besar dari
5 g cm³ terletak di sudut kanan bawah daftar berkala, memiliki afinitas yang tinggi dengan unsur S Sulfur dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari
periode 4 sampai 7 Dewi dan Saeni 1997. Berdasarkan pada kebutuhan hara
tanaman, logam berat dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat essensial dan non essensial bagi tanaman. Logam berat yang bersifat essensial adalah unsur logam
yang diperlukan oleh tanaman untuk proses fisiologisnya misalnya Fe, Cu, dan Zn. Logam berat non essensial meliputi beberapa logam berat yang belum
diketahui kegunaannya, maupun yang dalam jumlah relatif dapat menyebabkan keracunan misalnya Hg, Pb, Cd, dan As Darmono 1995.
Menurut Darmawan dan Wada 1999 logam berat dalam tanah terdapat dalam lima fraksi, yaitu: fraksi terlarut, fraksi yang dapat dipertukarkan, fraksi
yang terikat pada oksida dan hidroksida Fe dan Mn, fraksi khelat bahan organik, dan residu. Fraksionasi logam berat dipengaruhi oleh reaksi yang terjadi di dalam
tanah, jenis mineral liat, serta kandungan bahan organik. Ross 1994 menyatakan bahwa proses utama yang berkaitan dengan
mobilitas logam dalam tanah antara lain: pelapukan mineral, pelarutan, pengendapan, serapan oleh tanaman, immobilisasi oleh mikroorganisme,