I. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Steel Slag Terak Baja sebagai Pupuk Si
Steel slag adalah lelehan campuran oksida logam dan silikat yang
mengandung fosfat, borat, sulfat, karbon dan halida. Steel slag terjadi akibat penggumpalan mineral silika, kalium dan natrium dalam proses peleburan logam
atau melelehnya mineral-mineral tersebut dari bahan wadah pelebur akibat proses panas yang tinggi Syarif 2010.
Steel slag merupakan hasil sampingan yang terbentuk dalam proses
pembuatan baja yang mengandung kalsium silikat. Steel slag terdiri atas iron- making slag
atau blast furnace slag BFS dan steel-making slag jenis converter furnace slag
dan electric furnace slag EFS. Steel slag mengandung silika Si yang merupakan benefecial element untuk tanaman akumulator Si seperti padi,
sehingga dapat dijadikan sebagai pupuk Si. Jenis steel slag yang diproduksi di Indonesia adalah electric furnace slag,
digunakan sebagai pupuk silikat bermanfaat mengurangi persentase gabah hampa dan meningkatkan produksi padi di tanah dengan ketersediaan Si yang rendah
Suwarno dan Goto 1997b. Steel slag yang biasa digunakan sebagai pupuk Si dalam budidaya padi sawah di Jepang, Korea, Taiwan, dan Cina adalah blast
furnace slag De Datta 1981; Ma dan Takahashi 1993.
Blast furnace slag memiliki komposisi yang sangat bervariasi bergantung
pada proses pengolahan. Penelitian tentang BF slag di Indonesia sampai saat ini belum ada. Das et al. 2007 menunjukkan bahwa BF slag mengandung beberapa
unsur hara seperti silika 30-35, kalsium oksida 28-35, magnesium oksida 1-6, dan Al
2
O
3
Fe
2
O
3
18-258. Penelitian menggunakan EF slag Indonesia terhadap pertumbuhan dan
produksi padi sawah di tanah gambut dari Dendang, Jambi menunjukkan bahwa EFS berpengaruh sangat nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi
Suwarno 2002. Akan tetapi, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 dan 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun B3, steel
slag termasuk limbah B3 dari sumber yang spesifik. Untuk merevisi peraturan
tersebut, diperlukan penelitian yang mencakup evaluasi kadar logam berat beracun dalam beras dari tanaman padi yang diberi perlakuan steel slag.
Pemahaman dan penelitian tentang pupuk Si sebagai nutrisi tanaman masih sangat terbatas di Indonesia, bahkan dapat dikatakan hampir tidak ada.
Sejarah pemupukan tanah sawah dengan Si belum ada, sehingga metode penetapan yang digunakan juga belum berkembang. Di Jepang, Korea, dan Cina
penelitian kebutuhan Si pada tanaman pangan sudah dimulai sejak tahun 1955, yang menghasilkan rekomendasi pemupukan Si pada tanah-tanah sawah di Jepang
dan tebu di Cina. Selama ini dipahami bahwa ketersediaan Si sangat tinggi apabila total Si di dalam tanah juga tinggi. Pada kenyataannya tidak demikian, tingginya
total kandungan Si tidak berkorelasi positif dengan ketersediaannya bagi tanaman Husnain 2009b; Kyuma 2004.
2.2 Manfaat Silika Si bagi Tanaman Padi
Steel slag mengandung silika sebagai unsur benefisial yang sangat penting
artinya bagi tanaman padi. Unsur ini menyebabkan daun padi menjadi lebih tegak, dapat memperbaiki pertumbuhan, memperkuat batang dan akar, mendorong
pembentukan malai lebih awal, serta meningkatkan jumlah gabah per malai dan persentase gabah De Datta 1981. Silika juga berpengaruh menurunkan laju
transpirasi sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan ketahanan terhadap serangan jamur, serangga, dan tungau Makarim et al. 2007,
mengurangi pengaruh negatif nitrogen terhadap ketahanan rebah, penggerek batang, dan penyakit seperti blight leaf Idris et al. 1975. Selain itu, Si juga dapat
mengurangi keracunan Mn dan Fe Horiguchi 1988. Ketersediaan Si yang cukup dalam tanah juga meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap ketidakseimbangan unsur hara seperti kelebihan N, kekurangan dan kelebihan P, dan keracunan Na, Fe, Mn, Al. Ketersediaan P dalam tanah
dipengaruhi oleh konsentrasi Fe dan Mn. Ketersediaan P dalam tanah akan berkurang bila konsentrasi Fe dan Mn tinggi. Ketersediaan Si yang cukup dapat
mengurangi kelarutan Fe dan Mn dalam tanah, sehingga P menjadi lebih tersedia. Selain itu, suplai Si dapat meningkatkan translokasi P ke malai, sehingga peran P
lebih optimal bagi tanaman Husnain 2009a.
Silika Si merupakan unsur hara penting bagi beberapa tanaman pangan seperti padi dan tebu Epstein 1999; Matichenkov dan Calvert 2002. Silika
dikenal sebagai beneficial element untuk tanaman padi Epstein 1999. Meskipun syarat sebagai unsur hara essensial tidak terpenuhi, unsur ini diketahui diserap
tanaman dalam jumlah besar pada tanaman akumulator Si.
2.3 Permasalahan dan Potensi Lahan Gambut 2.3.1 Pembentukan dan Penyebaran Gambut
Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah melapuk ataupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses
dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob atau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai.
Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan transportasi, berbeda dengan proses
pembentukan tanah mineral yang merupakan proses pedogenik. Tanah gambut merupakan tanah yang kaya bahan organik C-organik 18 dengan ketebalan
50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan
miskin hara Agus dan Subiksa 2008. Luas lahan gambut di Indonesia sekitar 18.3 juta ha yang tersebar di
pulau-pulau besar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Lahan gambut yang layak untuk dijadikan areal pertanian hanya sekitar 6 juta ha BB Litbang
SDLP 2008.
2.3.2 Sifat Kimia Tanah Gambut
Sifat tanah gambut berbeda dengan tanah mineral. Menurut Agus dan Subiksa 2008 gambut mempunyai tingkat kemasaman yang relatif tinggi dengan
kisaran pH 3-5. Semakin tebal gambut basa-basa yang dikandungnya semakin rendah dan reaksi tanah menjadi semakin masam. Gambut dangkal mempunyai
pH lebih tinggi pH 4.0-5.1 dibandingkan dengan gambut dalam pH 3.1-3.9.