20
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Produksi barang dan jasa saat ini semakin banyak dan bermacam jenisnya, membuat persaingan semakin ketat dalam kegiatan pemasaran suatu produk. Peran
pemasaran sangat penting dalam suatu perusahaan. Strategi pemasaran tidak lepas dari sisi konsumen, dimana konsumen menjadi tolak ukur keberhasilan suatu produk atau
jasa. Pemasaran bertujuan untuk memuaskan kebutuhan manusia, dimana kebutuhan manusia bersifat dinamis, berubah sesuai dengan perkembangan zaman, untuk itu
perusahaan harus aware terhadap perubahan yang terjadi. Seiring dengan meningkatnya persaingan, pemasar diharuskan melakukan
berbagai riset pemasaran dan pengimplementasian strategi tertentu untuk mencapai tujuan pemasaran yaitu memuaskan kebutuhan konsumen. Berdasarkan riset yang
dilakukan oleh Boston Beer Kotler, 2008:5 menemukan bahwa keberhasilan yang terus menerus menuntut penetapan dan pengelolaan departemen pemasaran yang
berkemampuan. Jadi untuk mencapai keberhasilan dan mempertahankan keberhasilan sebuah produk perusahaan harus didukung dengan pemasar yang andal dan terus
meningkatkan kemampuannya. Pemasar perusahaan secara terus menerus harus melakukan inovasi dan menciptakan ide-ide baru agar dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan dan ekspektasi pelanggan terhadap suatu produk. Dalam era globalisasi saat ini kemampuan yang kita miliki sangatlah
menunjang untuk berbagai kegiatan kita, yang mana salah satunya adalah Komunikasi dengan berbeda Bahasa, khususnya bahasa Internasional yaitu bahasa
Inggris. Oleh karena itu, sekarang sudah banyak bermunculan lembaga – lembaga
21
Pendidikan bahasa Inggris di kota-kota besar termasuk kota Tangerang Selatan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa Bahasa Inggris merupakan
kemampuan yang harus dimiliki seseorang. Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Jenis Kelamin di kota Tangerang Selatan
TAHUN 2014
2013 2012
2011 2010
Jumlah Pria jiwa 752.600
727.802 708.767
684.155 652.281
Jumlah Wanita jiwa
740.399 715.601
696.403 671.771
638.041 Total jiwa
1.492.999 1.443.403 1.405.170 1.355.926 1.290.322 Pertumbuhan
Penduduk 2
3 4
5 5
Kepadatan Penduduk
jiwaKm² 10.098
9.806 9.547
9.212 8.766
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten dan Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan merupakan hasil pemekaran kabupaten, sebelumnya menjadi satu dengan kotamadya Tangerang. Tepatnya pada tanggal 29 September 2008
resmi menjadi sebuah kabupaten, dengan dikeluarkannya UU nomor 51 Tahun 2008
tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan melalui Sidang Paripurna DPR-RI. Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten yaitu pada titik
koordinat 10638 - 10647’ Bujur Timur dan 061330 - 062230 Lintang Selatan dan secara administratif terdiri dari 7 tujuh kecamatan, 49 empat puluh sembilan
kelurahan dan 5 lima desa dengan luas wilayah 147,19 Km2 atau 14.719 Ha. Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta Kota Tangerang.
22
2. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta Kota Depok.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor Kota Depok.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.
Wilayah Kota Tangerang Selatan diantaranya dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggrahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat.
Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan timur memberikan peluang pada Kota Tangerang Selatan
sebagai salah satu daerah penyangga provinsi DKI Jakarata, selain itu juga sebagai daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta. Selain
itu, Kota Tangerang Selatan juga menjadi salah satu daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat.
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk kota Tangerang Selatan per Kecamatan 2013-2014
NO Kecamatan
Tahun 2013
2014 1.
Pd. Aren 341.416
353.904 2.
Pamulang 314.931
323.957 3.
Ciputat 212.824
219.384 4.
Ciputat Timur 193.484
197.960 5.
Serpong 157.252
163.915 6.
Serpong Utara 148.494
155.998 7.
Setu 75.002
77.911 Sumber Data : www.tangselkota.bps.go.id
Dari hasil jumlah penduduk kota Tangerang Selatan yang cukup meningkat
23
setiap tahunnya, maka setiap perusahaan memutar strategi dalam mencari konsumen agar keuntungan perusahaan semakin besar. Hal ini yang menjadi pendorong pada
jasa kursus LIA yang membuka cabang di kecamatan Pamulang. Dapat kita lihat pada tabel 1.2 bahwa kecamatan Pamulang menempati urutan ke 2 jumlah penduduk
terbesar di kota Tangerang Selatan. Dengan jumlah penduduk yang banyak, tentunya kecamatan Pamulang menjadi target pasar suatu perusahaan.
Dengan banyaknya lembaga pendidikan bahasa Inggris di kota Tangerang Selatan, membuat manajemen dari setiap lembaga tersebut berupaya menarik para
calon konsumennya untuk masuk ke lembaga yang mereka pimpin sehingga tujuan perusahaan atau lembaga dapat tercapai, hal ini yang mendorong saya untuk meneliti.
Berikut adalah jumlah penduduk di JABODETABEK Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menurut sensus penduduk yang dilukan oleh pemerintah
pusat melalui Badan Pusat Statistik. Tabel 1.3
Jumlah Penduduk di Jabodetabek 2010 No Wilayah
Tahun 2010 1.
DKI Jakarta 9.607.787
2. Bogor
5.720.998 3.
Depok 1.736.565
3. Tangerang
6.246.703 4.
Bekasi 4.964.422
Sumber Data : https:www.bps.go.id
24
Yayasan LIA adalah Yayasan yang bergerak di bidang jasa pendidikan formal dan non-formal, terutama pendidikan bahasa selaku kegiatan intinya. Yayasan LIA tetap
konsisten dalam mengemban amanat para pendirinya yang dituangkan dalam anggaran dasar yaitu ‘Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”, dengan motto ‘Sekelumit Kara
Mencerdaskan Bangsa”. Yayasan LIA sadar akan pentingnya bahasa sebagai jembatan menuju ke semua
bidang ilmu pengetahuan dan sebagai alat komunikasi antar bangsa. Kesadaran ini telah diwujudkan dengan perubahan tatanan manajemen organisasi yang mengarah ke tatanan
manajemen yang sehat dan profesional dalam memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna jasa yang berubah dari waktu ke waktu. Dengan demikian pengelolaan
pendidikan formal dan non formal serta peningkatan kualitas pendidikan menjadi andalan kebesaran nama Yayasan LIA dimata masyarakat. Didirikan pada tanggal 7
September 1959, Yayasan LIA berawal dari Lembaga Indonesia Amerika disingkat LIA dan kemudian berubah menjadi Perhimpunan Persahabatan Indonesia Amerika disingkat
PPIA. LIA memulai kegiatannya dibidang pengajaran bahasa Inggris dengan siswa pada saat itu berjumlah 40 orang dan sampai tahun 2006 telah berkembang menjadi kurang
lebih 60.000 siswa. Misi PPIA adalah meningkatkan kerjasama dibidang kebudayaan antara
Indonesia dan Amerika melalui kegiatan kursus bahasa inggris, seminar, kesenian, kesasteraan, konser, pemutaran film, pameran, dan program-program lainnya.
Lalu agar dapat lebih tekun menjalankan misinya di bidang pendidikan, pada tahun 1986 dibentuklah Yayasan yang diberi nama Yayasan LIA yang terpisah secara
hukum dari PPIA. Sejak itu LIA menjadi sebuah nama institusi pendidikan dan bukan lagi suatu akronim atau singkatan. Yayasan LIA mengkhususkan diri di bidang
pendidikan bahasa dan pelatihan profesi seperti komputer, accounting, dan perhotelan,
25
sedangkan PPIA tetap pada misinya dibidang kebudayaan. Seiring dengan perkembangannya, hingga tahun 2006 Yayasan LIA telah memiliki 5 unit kegiatan
yakni: LBPP LIA Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesi LIA, STBA LIA Sekolah Tinggi Bahasa Asing LIA Jakarta dan Yogyakarta, PP LIA Pusat Penerbitan LIA, dan
Dapen LIA Dana Pensiun LIA. LIA yang telah berkiprah selama 54 tahun dikenal luas dan dipercaya oleh
masyarakat. Pengakuan masyarakat atas kiprahnya dalam pengajaran bahasa Inggris
terbukti ada tanggal 29 Agustus 2013 lalu ketika LIA menerima The Word of Marketing
WOMM 2013 untuk katagori English Course dari SWA, buzz Co dan
Onbee yang dilakukan bersama Swanet Work Corporate. Penghargaan diberikan berdasarkan riset terhadap 25 top Indonesia Original Brands 2013 90 kategori yang
diukur dari beberapa variable seperti promoting, selling ,advocacy dan social network. Riset dilakukan dari April hingga Mei 2013 terhadap 5.312 responden di 6 kota yaitu
Medan, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makasar. Penghargaan WOMM ini diadakan secara rutin sejak tahun 2008, dimana LIA
memimpin pasar mengalahkan dua merek lainnya yang sering disebut-sebut sebagai pesaing berat LIA.
Meski sudah berdiri sejak 1959 silam, LIA baru mulai menawarkan LBPP dengan sistem kemitraan pada 1985. Kini LIA sudah memiliki 67 cabang di 18 provinsi.
Sebanyak 13 cabang di antaranya milik Yayasan LIA dan sisanya milik mitra. Menurut Sukma Ginting, Kepala Departemen Hubungan Masyarakat LIA, permintaan
untuk berkongsi dengan LIA terus berdatangan. Pada Mei 2011 lalu LIA baru saja membuka cabang baru, lalu dalam waktu dekat, dua cabang lagi milik mitra akan hadir
di Kediri, Jawa Timur dan Tarakan, Kalimantan Timur.
Permintaan dari calon mitra yang tinggi menunjukkan kebutuhan masyarakat untuk bisa
26
menguasai bahasa Inggris masih sangat besar. Sehingga, bisnis kursus bahasa Inggris masih sangat prospektif. Makanya, Kami juga akan melakukan evaluasi kembali
terhadap kebijakan pembukan cabang di Jabodetabek, kata Sukma. Pasalnya mulai 2006 lalu, LIA menyetop pembukaan cabang di wilayah Jabodetabek
dengan pertimbangan pasar sudah jenuh. Tetapi, melihat perkembangan saat ini, LIA akan meninjau kembali kebijakan tersebut.
Berkembangnya pemukiman-pemukiman baru di Jabodetabek yang menjadi sentra bisnis membuat potensi bisnis kursus bahasa Inggris masih terbuka, ujar Sukma.
Untuk bergabung dengan LIA, calon mitra harus merogoh kocek Rp 550 juta untuk investasi awal. Sebanyak Rp 150 juta diantaranya buat good will fee untuk jangka waktu
enam tahun. Sisanya untuk biaya survei, pelatihan guru dan non guru, perangkat teknologi informasi, dan perlengkapan lain. Namun, investasi tersebut belum termasuk
biaya sewa dan renovasi gedung. Jika mitra tidak memiliki gedung, total investasinya bisa sekitar Rp 5 miliar,
ungkap Sukma. Sugeng Widodo, anggota Pengembangan dan Kerjasama LIA menuturkan, target di tahun pertama beroperasi, setiap cabang harus bisa menjaring 400
siswa. Dengan biaya kursus per tingkat rata-rata Rp 800.000, berarti setiap tiga bulan satu cabang LIA mampu meraup omzet sebesar Rp 320 juta atau Rp 1,28 miliar per
tahun. Untuk bisa mencapai BEP break even point rata-rata mitra kami membutuhkan waktu sekitar tiga tahun, imbuhnya. Setiap investor yang menjadi mitra LIA boleh
memiliki maksimal dua cabang. Masing-masing cabang bisa membuka lagi paling banyak dua cabang pembantu,
berarti setiap mitra dapat mempunyai hingga enam cabang LIA.
Pada setiap pembukaan cabang pembantu, mitra akan dikenakan biaya tambahan sebesar 25 dari good will fee, dengan catatan jika cabang pembantu masih berada dalam satu
27
kota. Jika ada di kota yang berbeda, biaya tambahannya sebesar 50 good will fee. Tetapi, untuk membuka cabang baru minimal harus berjarak sekitar 10 kilometer
dengan cabang LIA yang sudah ada, tambah Sukma. Brand image menurut Kotler dan Keller 2007:346 merupakan “perceptions and
beliefs held by consumers. As reflected in the association held in consumer memory”. Yaitu persepsi dan keyakinan konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi
dalam memori konsumen. Tabel di bawah ini menunjukan dominasi brand LIA di Indonesia dengan
kompetitornya : Tabel 1.4
Top Brand For Teens Les Bahasa Inggris 2012 – 2015
Merek Tahun
2012 2013
2014 2015
LIA 41,1
29,3 35,3
27.6 English First
10,8 16,1
14,3 22.7
BBC 5,6
4,2 3,5
4.3 ILP
3,9 IEC
3,5 3,8
3.4 NEC
3,0 LPIA
2,6 3.1
5,6 PEC
1,8 TBI
3.4 Sumber : www.topbrand-award.com
Berdasarkan data di atas LIA mampu menjadi peringkat teratas, terlihat pada top brand, namun jika tidak menjaga kualitas maka akan mempengaruhi penurunan. Hal ini
dapat kita lihat, penurunan jumlah persentase pada tabel 1.4. Pihak LIA juga menyadari perlu adanya kestabilan kualitas dan strategi dalam meningkatkan pelayanan yang akan
berdampak pada keputusan pemilihan. Data top brand menunjukan semakin banyaknya persaingan yang terjadi dalam jasa kursus bahasa Inggris www. topbrand-award.com.
28
Berdasarkan dari tabel 1.4 bisa disimpulkan bahwa LIA memiliki nilai persentase yang cukup besar dibandingkan dengan para pesaingnya. LIA merupakan salah satu
kursus bahasa inggris dengan brand yang sangat dikenal oleh konsumen. Atas dasar penjabaran pemikiran di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Citra Merek, Lokasi, dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Pemilihan Kursus Bahasa Inggris LIA
Pamulang”.
B. Perumusan Masalah