TUJUAN PENELITIAN PENDAHULUAN A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TANAMAN KARET Tanaman karet merupakan tanaman yang telah dikenal luas oleh rakyat Indonesia. Tanaman karet termasuk ke dalam divisio Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, kelas Dycotyledonae, ordo Euphorbiaceae, genus Hevea Tim Penebar Swadaya, 1994. Dalam genus Hevea, hanya spesies Hevea brasiliensis Muell Arg. yang dapat menghasilkan lateks unggul, dimana sebanyak 90 karet alam dihasilkan oleh spesies tersebut. Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik di sekitar ekuator antara 10 o LU dan 10 o LS. Pertumbuhan tanaman karet sangat ideal bila ditanam pada ketinggian 0–200 m dpl dengan curah hujan berkisar antara 2500–4000 mm per tahun dan pH 3.8–8.0. Suhu harian yang cocok untuk tanaman karet rata- rata 25–30 o C. Suhu di bawah 20 o C atau terlalui tinggi kurang baik terhadap petumbuhan tanaman karet. Syarat lain yang dibutuhkan tanaman karet adalah sinar matahari dengan intensitas yang cukup yaitu selama 5–7 jam Supijatno dan Iskandar, 1988. Perakaran tanaman karet menyebar secara ekstensif, sehingga diperlukan drainase yang baik. Akar tersebut mampu menembusmenetrasi tanah hingga kedalaman satu meter. Banjir yang sering melanda tanaman karet dapat merusak perakarannya. Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti tanah berpasir hingga laterit merah dan podsolik kuning, tanah abu gunung, tanah berliat, serta tanah yang mengandung peat. Tanaman karet tidak membutuhkan waktu yang khusus ataupun topografi tertentu. Di Malaysia Barat, perkebunan karet diklasifikasikan berdasarkan jenis tanah, angin kencang, serangan penyakit dan topografi. Dengan demikian, sifat kimia tanah bukan hal yang mutlak untuk pertumbuhan Syamsulbahri, 1996. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa dapat mencapai 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi ke atas. Pada beberapa perkebunan karet, terdapat kecondongan arah tumbuh tanaman karet agak miring menghadap ke utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang 7 dikenal dengan nama lateks Tim Penebar Swadaya, 1994. Selain menghasilkan getah, tanaman karet juga menghasilkan biji Iskandar, 1983. Luas areal tanaman karet di Indonesia pada periode tahun 1990-1996 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas areal tanaman karet seluruh indonesia menurut pengusahaan Tahun Luas Perkebunan Rakyat Juta ha Luas Perkebunan Negara Juta ha Luas Perkebunan Swasta Juta ha 1990 2.639 0.267 0.235 1991 2.668 0.264 0.242 1992 2.748 0.267 0.274 1993 2.847 0.276 0.282 1994 2.865 0.281 0.299 1995 2.952 0.248 0.295 1996 2.991 0.248 0.295 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan 1996 Menurut Aritonang 1986 diacu oleh Silam 1998, karet merupakan tanaman berbuah polong diselaputi kulit yang keras yang sewaktu masih muda buahnya berpaut erat dengan rantingnya. Buah karet dilapisi oleh kulit tipis berwarna hijau dan di dalamnya terdapat kulit yang keras dan berkotak. Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung, setelah tua warna kulit buah berubah menjadi keabu-abuan dan kemudian mengering. Pada waktunya pecah dan jatuh, bijinya tercampak lepas dari kotaknya. Tiap buah tersusun atas dua sampai empat kotak biji. Pada umumnya berisi tiga kotak biji dimana setiap kotak terdapat satu biji. Tanaman karet mulai menghasilkan buah pada umur lima tahun dan akan semakin banyak setiap pertambahan umur tanaman.

B. BIJI BUAH KARET

Bobot biji karet sekitar 3-5 gram, tergantung dari varietas, umur biji dan kadar air. Biji karet berbentuk bulat telur dan rata pada salah satu sisinya Nadarajapillat dan Wijewantha, 1967. Gambar 1 memperlihatkan bagian- bagian biji karet.