Flash Point dengan Metode Pensky-Martens Closed Tester ASTM 93

67 Lampiran 5. Tabulasi Data Bilangan Asam Produk Hasil Reaksi Esterifikasi Perlakuan Bilangan Asam mg KOHg sampel A B C Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan ± Simpangan Baku C 1 7.11 7.07 7.0900 ± 0.02828 B 1 C 2 3.54 3.58 3.5600 ± 0.02828 A 1 C 3 0.88 0.84 0.8600 ± 0.02828 C 1 3.62 3.58 3.6000 ± 0.02828 B 2 C 2 1.79 1.61 1.7000 ± 0.12728 C 3 0.30 0.34 0.3200 ± 0.02828 C 1 6.55 6.2 6.3750 ± 0.24749 B 1 C 2 2.52 2.19 2.3550 ± 0.23335 A 2 C 3 0.86 0.81 0.8350 ± 0.03536 C 1 3.33 3.14 3.2350 ± 0.13435 B 2 C 2 1.65 1.41 1.5300 ± 0.16971 C 3 0.15 0.19 0.1700 ± 0.02828 Keterangan : A = Konsentarsi HCl Æ A 1 = 1 ; A 2 = 2 . B = Waktu Æ B 1 = 60 menit; B 2 = 120 menit. C = Rasio Mol Metanol : Minyak Æ C 1 = 10 : 1; C 2 = 15 : 1; C 3 = 20 : 1. 68 Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam ANOVA Bilangan Asam Produk Hasil Reaksi Esterifikasi Sumber Keragaman Derajat Kebebasan Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung F-Tabel [0,05] F-Tabel [0,01] A 1 1.153 1.153 74.858 4.75 9.33 B 1 18.445 18.445 1197.732 4.75 9.33 C 2 83.505 41.752 2711.195 3.89 6.93 A B 1 0.265 0.265 17.182 4.75 9.33 A C 2 0.391 0.196 12.695 3.89 6.93 B C 2 7.864 3.932 255.325 3.89 6.93 A B C 2 0.340 0.170 11.041 3.89 6.93 Galat 12 0.185 0.015 Total 24 112.148 Keterangan : = Berbeda sangat nyata pada taraf 1 α = 0,01 69 Lampiran 7. Hasil Uji Lanjut Duncan Terhadap Bilangan Asam Produk Hasil Reaksi Esterifikasi Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan A 2 B 2 C 3 2 0.1700 A A 1 B 2 C 3 2 0.3200 A A 2 B 1 C 3 2 0.8350 B A 1 B 1 C 3 2 0.8600 B A 2 B 2 C 2 2 1.5300 C A 1 B 2 C 2 2 1.7000 C A 2 B 1 C 2 2 2.3550 D A 2 B 2 C 1 2 3.2350 E A 1 B 1 C 2 2 3.5600 F A 1 B 2 C 1 2 3.6000 F A 2 B 1 C 1 2 6.3750 G A 1 B 1 C 1 2 7.0900 H Keterangan : ¾ Huruf Pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata ¾ Huruf Pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata ¾ A B C D E F G H 70 Lampiran 8. Tabulasi Data Nilai Viskositas Kinematik Metil Ester Hasil Reaksi Transesterifikasi Perlakuan Viskositas Kinematik cSt A B Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan ± Simpangan Baku B 1 8.95 9.02 8.9850 ± 0.04950 A 1 B 2 5.09 4.44 4.7650 ± 0.45962 B 3 3.22 3.12 3.1700 ± 0.07071 B 1 5.26 5.77 5.5150 ± 0.36062 A 2 B 2 3.22 3.05 3.1350 ± 0.12021 B 3 3.83 3.15 3.4900 ± 0.48083 Keterangan : A = Waktu Æ A 1 = 30 menit; A 2 = 60 menit. B = Rasio Mol Metanol : Minyak Æ B 1 = 4 : 1; B 2 = 6 : 1; B 3 = 8 : 1. Lampiran 9. Analisis Sidik Ragam ANOVA Viskositas Kinematik Metil Ester Produk Hasil Reaksi Transesterifikasi Sumber Keragaman Derajat Kebebasan Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung F-Tabel [0,05] F-Tabel [0,01] A 1 7.616 7.616 76.879 5.99 13.75 B 2 35.521 17.761 179.279 5.14 10.92 A B 2 7.184 3.592 36.259 5.14 10.92 Galat 6 0.594 0.099 Total 12 50.915 Keterangan : = Berbeda sangat nyata pada taraf 1 α = 0,01 71 Lampiran 10. Hasil Uji Lanjut Duncan Terhadap Viskositas Kinematik Metil Ester Hasil Reaksi Tansesterifikasi Perlakuan N Rata-rata Kelompok Duncan A 1 B 2 C 2 2 3.1350 A A 1 B 1 C 3 2 3.1700 A A 1 B 2 C 3 2 3.4900 A A 1 B 1 C 2 2 4.7650 B A 1 B 2 C 1 2 5.5150 B A 1 B 1 C 1 2 8.9850 C Keterangan : ¾ Huruf Pengelompokan Duncan yang sama menunjukkan faktor tidak berbeda nyata ¾ Huruf Pengelompokan Duncan yang tidak sama menunjukkan faktor berbeda nyata ¾ A B C Lampiran 11. Tabulasi Data Nilai Rendemen Ester Hasil Reaksi Transesterifikasi Perlakuan Rendemen [] A B Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan ± Simpangan Baku B 1 45.21 44.23 44.7200 ± 0.69296 A 1 B 2 73.03 75.98 74.5050 ± 2.08597 B 3 65.08 66.21 65.6450 ± 0.79903 B 1 44.93 44.63 44.7800 ± 0.21213 A 2 B 2 73.82 72.85 73.3350 ± 0.68589 B 3 67.84 69.51 68.6750 ± 1.18087 Keterangan : A = Waktu Æ A 1 = 30 menit; A 2 = 60 menit. B = Rasio Mol Metanol : Minyak Æ B 1 = 4 : 1; B 2 = 6 : 1; B 3 = 8 : 1. 72 Lampilran 12. Analisis Sidik Ragam ANOVA Rendemen Metil Ester Produk Hasil Reaksi Transesterifikasi Sumber Keragaman Derajat Kebebasan Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung F-Tabel [0,05] F-Tabel [0,01] A 1 1.229 1.229 0.999 tn 5.99 13.75 B 2 1865.059 932.530 758.175 5.14 10.92 A B 2 9.325 4.662 3.791 tn 5.14 10.92 Galat 6 7.380 1.230 Total 12 1882.993 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata = Berbeda sangat nyata pada taraf 1 α = 0,01 Lampiran 13. Tabulasi Data Nilai Bilangan Asam Ester Hasil Reaksi Transesterifikasi Perlakuan Bilangan Asam [mg KOHg sample] A B Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan ± Simpangan Baku B 1 0.22 0.29 0.2550 ± 0.04950 A 1 B 2 0.22 0.22 0.2200 ± 0.00000 B 3 0.15 0.22 0.1850 ± 0.04950 B 1 0.29 0.22 0.2550 ± 0.04950 A 2 B 2 0.15 0.15 0.1500 ± 0.00000 B 3 0.15 0.22 0.1850 ± 0.04950 Keterangan : A = Waktu Æ A 1 = 30 menit; A 2 = 60 menit. B = Rasio Mol Metanol : Minyak Æ B 1 = 4 : 1; B 2 = 6 : 1; B 3 = 8 : 1. 73 Lampiran 14. Analisis Sidik Ragam ANOVA Bilangan Asam Metil Ester Produk Hasil Reaksi Transesterifikasi Sumber Keragaman Derajat Kebebasan Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung F-Tabel [0,05] F-Tabel [0,01] A 1 0.002 0.002 1.000 tn 5.99 13.75 B 2 0.013 0.007 4.000 tn 5.14 10.92 A B 2 0.003 0.002 1.000 tn 5.14 10.92 Galat 6 0.010 0.002 Total 12 0.028 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata 74 Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian Minyak Biji Karet Hasil Degumming Pencucian Minyak Biji Karet Hasil Proses Degumming Proses Degumming Minyak Biji Karet Minyak Biji Karet Hasil ekstraksi Perkebunan Karet Ciampea-Bogor Pemisahan Daging dan Kulit Biji Karet Penjemuran Daging Biji Karet Alat Ekstraksi Minyak Hydraulic Press 75 Lampiran 15 Lanjutan Gliserol dari Reaksi Estrans Proses Pencucian Biodiesel Hasil Proses Estrans Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi 76 Keterangan dari kiri ke kanan : Minyak biji karet, A 1 B 1 C 1 , A 1 B 1 C 2 , A 1 B 1 C 3 , A 1 B 2 C 1 , A 1 B 2 C 2 , A 1 B 2 C 3 , A 2 B 1 C 1 , A 2 B 1 C 2 , A 2 B 1 C 3 , A 2 B 2 C 1 , A 2 B 2 C 2 , A 2 B 2 C 3 . Dimana : A = Konsentarsi HCl Æ A 1 = 1 ; A 2 = 2 B = Waktu Æ B 1 = 60 menit; B 2 = 120 menit C = Rasio Mol Metanol : Minyak Æ C 1 = 10 : 1; C 2 = 15 : 1; C 3 = 20 : 1 Produk Hasil Reaksi Esterifikasi 77 Lampiran 15 Lanjutan Keterangan dari kiri ke kanan : A 1 B 1 , A 1 B 2 , A 1 B 3 , A 2 B 1 , A 2 B 2 , A 2 B 3 Dimana : A = Waktu reaksi Æ A 1 = 60 menit; A 2 = 120 menit B = Rasio Mol Metanol : Minyak Æ B 1 = 4 : 1; B 2 = 6 : 1; B 3 = 8 : 1 Perbandingan Biodiesel Hasil Reaksi Estrans untuk Masing-Masing Perlakuan

I. PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Ketersediaan energi fosil yang terdapat di dalam perut bumi diprediksi semakin menipis, sementara itu kegiatan konsumsi diperkirakan akan meningkat seiring dengan berjalannya waktu, pertumbuhan ekonomi, dan perkembangan industri. Kondisi ini akan berdampak pada kenaikan harga minyak dunia, yang pada tahun 2005 harga minyak dunia mencapai US 70 per barel pada bulan Agustus 2005, kemudian meningkat pada tahun 2008 menjadi 100 per barel Anonim, 2005. Indonesia sudah tidak lagi menjadi negara eksportir minyak netto, akan tetapi telah menjadi salah satu negara importir minyak di dunia dalam beberapa tahun terakhir ini. Kondisi ini dipengaruhi oleh laju peningkatan konsumsi serta terbatasnya kapasitas kilang minyak nasional. Selain itu, pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri, yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi BBM nasional. Produksi minyak saat ini sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan minyak nasional, baik untuk kepentingan industri maupun transportasi. Cadangan minyak Indonesia diperkirakan hanya sebesar 0,6 dari cadangan minyak dunia, sementara jumlah penduduk Indonesia mencapai 3,5 populasi dunia. Akibatnya, jika tidak ada penemuan ladang minyak baru, maka cadangan minyak Indonesia akan habis selama kurun waktu 15 tahun. Untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, pemerintah Indonesia mengimpor sebagian BBM dari negara lain. Impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni dari 106,9 juta barel tahun 2002 menjadi 116,2 juta barel pada tahun 2003 dan 154,4 juta barel pada tahun 2004. Dilihat dari jenis BBM yang diimpor, minyak diesel merupakan volume impor terbesar setiap tahunnya; impor minyak solar mencapai 60,6 juta barel atau 56,7 dari total, kemudian meningkat menjadi 61,1 juta barel pada tahun 2003 dan 77,6 juta barel pada tahun 2004 Ditjen Migas, 2005. 2 Minyak diesel solar merupakan salah satu BBM yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan dan industri yang mengkonsumsi bahan bakar diesel, diperkirakan permintaan solar dalam negeri akan terus meningkat, padahal kemampuan kilang nasional untuk memproduksi solar tidak bertambah. Hal ini juga mengakibatkan impor solar di masa yang akan datang diperkirakan akan meningkat. Mulyadi et al., 2007 diacu oleh Nugraha 2007, menyatakan bahwa impor solar Indonesia tahun 2006 mencapai sekitar 5-6 milyar liter dan diperkirakan pada tahun 2010 kebutuhan solar di Indonesia sebesar 36 milyar liter. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak khususnya minyak solar dalam negeri adalah dengan meningkatkan kapasitas kilang minyak nasional. Namun, upaya tersebut sulit untuk dilakukan dalam waktu singkat karena memerlukan investasi yang bersifat padat modal capital intensive. Selain itu, eksploitasi besar-besaran minyak mineral sebagai bahan bakar yang sifatnya tidak diperbaharuhi secara terus- menerus, dapat menyebabkan berkurangnya atau bahkan habis persediaan bahan bakar fosil yang terdapat di alam. Sementara itu dari sisi lingkungan, pemakaian bahan bakar fosil khususunya minyak solar untuk keperluan aktivitas kehidupan manusia telah menyebabkan timbulnya isu lingkungan, seperti efek rumah kaca yang menyebabkan peristiwa global warming. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk menanggulangi permasalahan tersebut, diantaranya dengan mengurangi subsidi bahan bakar minyak di dalam negeri, yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan harga bahan bakar minyak BBM. Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia untuk mencari energi alternatif yang mampu berkontribusi sebagai pengganti bahan bakar fosil dan mampu mengurangi ketergantungan akan energi fosil, khususnya minyak solar. Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang paling tinggi potensinya secara keseluruhan. Teknologi konversi biomassa pada tingkat produksi menghasilkan apa yang dikenal sebagai bahan bakar hayati, yaitu biodiesel, bioetanol, dan biogas. Diantara ketiganya, biodiesel merupakan produk bahan bakar hayati yang paling potensial secara ekonomi.