Kandungan Asam Lemak Bebas dan Persen FFA IUPAC 1979 Bilangan Penyabunan Metode Indikator Bilangan Ester Teoritis IUPAC 1979

60 Larutan KOH dan HCl yang digunakan harus distandarisasi sebelum digunakan. Bilangan penyabunan dihitung sebagai : SV = m V V . N . M 1 − Keterangan : SV = bilangan penyabunan mg KOH M = bobot molekul KOH 56,1 gmol N = normalitas HCl setelah distandarisasi N V 1 = volume HCl yang digunakan untuk titrasi ml V = volume HCl yang digunakan untuk titrasi blanko ml m = bobot sampel minyak g Bilangan Ester Teoritis [mg KOHg sampel] = Bilangan Penyabunan – Bilangan asam

3. Kadar Air AOAC 1995

Sebanyak 10 gram minyak dimasukkan ke dalam oven 104-106 o C selama 30 menit. Minyak diangkat dari oven dan didinginkan dalam desikator sampai mencapai suhu kamar, setelah itu ditimbang. Prosedur diulang sampai bobotnya stabil tidak berbeda lebih dari 0,005. Kadar air dan zat yang mudah menguap dihitung sebagai : Kadar air = 100 M M M 1 x − Keterangan : M = bobot sebelum pemanasan g M 1 = bobot setelah pemanasan g

4. Densitas Piknometer

Piknometer 50 ml ditimbang bobot kosongnya. Piknometer diisi dengan minyak. Setelah itu didiamkan selama 1 jam dalam termostat sampai suhu analisis 25±5 o C tercapai dan dicatat dengan ketelitian 0,1 o C. Piknometer ditera denga sampai batas yang ditentukan lalu ditimbang. Densitas dihitung sebagai : ρ t = t 1 V m m − Keterangan : ρ t = densitas pada suhu t gml 61 m 1 = bobot piknometer yang berisi minyak g m 2 = bobot piknometer kosong g V t = volume piknometer pada suhu t ml

5. Viskositas Metode Oswalt

Viskometer Oswalt dibersihkan dengan cairan pembersih, kemudian dibilas dengan hati-hati dengan air suling dan dikeringkan dengan aseton di udara terbuka. Alat dicelupkan ke dalam termostat air yang bertemperatur 25 o C agar tercapai ekuilibrium. Gelas yang berisi air diletakkan di dalam termostat tersebut. Air suling yang telah disetimbangkan temperaturnya dimasukkan ke dalam viskometer. Densitas air juga diukur pada suhu yang sama. Selanjutnya, contoh minyak diukur viskositasnya pada alat tersebut pada kondisi yang sama dengan pengikuran viskositas air. Untuk fluida nonkompresibel, digunakan persamaan Poiseulle untuk menghitung viskositas, yaitu : L P P r η π 8 dt dV 2 1 4 − = dengan : η = viskositas kinematik dVdt = laju aliran fluida yang melalui kapiler r = diameter kapiler L = panjang kapiler P 1 -P 2 = beda tekanan pada kedua ujung kapiler Karena P 1 -P 2 sebanding dengan densitas ρ, ditunjukkan bahwa untuk total volume cairan H ρ = Bt, dengan t adalah waktu yang dibutuhkan fluida untuk melewati batas atas sampai batas bawah pada viskometer Ostwald, dan B adalah konstanta alat yang ditentukan melewati kalibrasi alat dengan cairan yang telah diketahui viskositasnya.

6. Bilangan Iod Metode Wijs AOCS, 1951

Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0,1 – 0,5 gram dalam labu erlenmeyer 500 ml yang bertutup. Sebanyak 20 ml khloroform dan 25 ml larutan wijs ditambahkan ke dalam contoh dengan hati-hati menggunakan pipet. Labu erlenmeyer kemudian disimpan pada tempat gelap selama ± 30 menit, dan kemudian ditambahkan 20 ml KI 15 dan 100 ml aquades. Titrasi dilakukan dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N dengan indikator pati sampa warna biru berubah menjai putih