15
generator dan trafo tersebut, melalui pemutus tenaga dihubungkan ke saluran transmisi. Dari
saluran transmisi melalui pemutus dihubungkan ke transformator tiga fasa hubungan Y - , dimana
titik netral Y ditanahkan langsung, selanjutnya melalui pemutus dihubungkan ke rel yang lain,
pada rel ini dihubungkan generator sinkron dimana kumparan jangkar yang ada di stator
dirangkai tiga fasa hubungan Y yang netralnya ditanahkan memalui reaktans. Pada masing-
masing rel dihubungkan beban melalui pemutus beban. Keterangan mengenai rating generator,
trafo, beban dan reaktans dari berbagai komponen sistem
tenaga tersebut
seringkali diberikan
langsung pada gambar.
C. Diagram Impedans dan Reaktans Dalam aturan untuk menganalisis unjuk kerja dari
suatu sistem tenaga listrik baik dalam keadaan berbeban atau dalam keadaan terjadi suatu
gangguan hubung singkat, maka diagram segaris diatas harus dirubah kedalam suatu gambar
impedans yang memperlihatkan ekivalen untai dari tiap komponen sistem. Sistem tenaga yang
sederhana seperti pada gambar 3.1 diatas, gambar diagram impedansnya dapat dilihat pada gambar
berikut:
16
+ -
E1
+ -
+ -
E2 E1
Gen 1 2 Beban A
Transformator T1
saluran stransmisi
transformator T2
Beban B Gen 3
Gambar 3.2. Diagram impedans dari diagram segaris pada gambar 3.1
Diagram impedans yang diberikan pada gambar 3.2
diatas tergantung
penggunaanya, jika
dipergunakan untuk analisis aliran beban, apalagi dengan bantuan program komputer maka gambar
tersebut sudah dapat digunakan. Tetapi bila dipergunakan
untuk menganalisis
dan menghitung arus gangguan, agar sederhana maka
rugi-rugi sistem diabaikan, dalam hal ini yang diabaikan adalah semua beban statis, semua
resistans, rangkaian
magnetisasi trafo,
dan kapasitans saluran transmisi, sehingga diagram
impedans tersebut
akan menjadi
diagram reaktans, akan tetapi kalau tersedia komputer
digital untuk membantu perhitungan, maka penyederhanaan tersebut tidak diperlukan.
Diagram reaktans dari diagram segaris pada gambar 3.1 diatas dapat dilihat sebagai berikut:
17
+ -
E1
+ -
E2
+ -
E1
Gambar 3.3 Diagram reaktans dari diagram segari pada gambar 3.1
Diagram impedans dan reaktans diatas kadang- kadang disebut juga diagram urutan positif karena
diagram tersebut menunjukan impedans terhadap arus seimbang dalam suatu tiga fasa seimbang.
D. Perhitungan Dalam Sistem Perunit pu Dalam perhitungan besaran-besaran listrik seperti
tegangan, arus, daya, impedans dalam sistem tenaga, yang sudah lazim dipergunakan adalah
dimensi atau ukuran dari masing-masing besaran seperti pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2. Dimensiukuran symbol dari besaran besaran listrik
No Besaran
Simbol Dimensiukuran
1 Tegangan
V Volt, kV
2 Arus
I Amper
3 Daya Semu
S VA, KVA, MVA
4 Daya Aktif
P Watt, KW, MW
5 Daya
Reaktif Q
AR, KVAR, MVAR 6
Impedans Z
Ohm 7
Reaktans X
Ohm
18
Sehubungan dengan dimensi dari besaran-besaran tersebut
diatas berbeda-beda
maka untuk
memudahkan dipakai sistem perhitungan dalam persen dan dalam perunit pu. Akan tetapi
perhitungan yang dilakukan dalam pu lebih menguntungkan, karena satu besaran dalam pu
dikalikan dengan besaran yang lain dalam pu maka hasilnya tetap dalam pu. Jika perhitungan
dilakukan dalam persen , maka satu besaran dalam persen dikalikan dengan besaran lain yang
juga dalam persen maka hasil akhirnya harus dibagi dengan angka seratus.
Harga perunit pu dari setiap besaran adalah menyatakan
perbandingan dari
nilai yang
sebenarnya dari besaran tersebut terhadap nilai basis atau nilai dasar yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
basis Nilai
sebenarnya Nilai
pu perunit
Nilai
3.1 Dimensi satuan dari nilai basis dan nilai
yang sebenarnya adalah sama, misalnya nilai yang sebenarnya dari tegangan adalah 100 volt,
sedangkan nilai basis tegangan misalnya 200 volt, maka nilai tegangan tersebut dalam pu adalah 0,5,
sehingga nilai suatu besaran dalam pu tidak mempunyai dimensi satuan lagi.
E. Sistem Satu Fasa Menghitung nilai basis dari keempat besaran yang