alasan ‐alasan yang berhubungan dengan sifat pribadi dari orang yang mengajukan argumentasi
tersebut. Artinya, apa yang dinilai adalah orangnya, bukan argumentasinya. Berikut contohnya:
“Tuduhannya terkait dengan korupsi yang terjadi pastilah salah. Dia bukan orang yang sopan dalam
berbicara. Apa itu bagus buat pendidikan anak‐anak yang menyaksikan hal itu?”
“Tidak mungkin dia melakukan korupsi. Dia selalu baik kepada saya dan teman‐teman yang lainnya.
Tutur katanya halus dan sikapnya pun santun kepada yang lebih tua. Pastilah dia dijebak
oleh orang yang tidak bertanggung jawab.”
4. Argumentum ad auctoritatis
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini cukup mirip dengan argumentum ad
hominem, tetapi lebih khusus pada nilai suatu argumentasi didasarkan oleh keahlian atau
kewibawaan seseorang. Oleh karena itu, argumentum ad auctoritatis terjadi bila suatu
argumentasi dinyatakan sahih atau benar hanya karena dikemukakan atau mengutip dari
seseorang yang sudah terkenal di bidang keahliannya. Berikut contohnya:
“Internet berbahaya bagi generasi muda. Hal ini disampaikan oleh Prof. Badu dan saya mendengarnya
sendiri. Apa yang dikatakan seorang profesor pastilah benar karena dia ahli.
Jadi, internet memang berbahaya bagi generasi muda.” Kamu pasti salah. Kamu hanya mahasiswa. Saya adalah dosen. Oleh karena itu, saya
pasti lebih tahu daripada kamu.
5. Argumentum ad baculum
Dalam bahasa Latin baculum berarti tongkat atau pentungan. Dalam konteks ini,
argumentum ad baculum bisa diartikan argumentasi yang didasarkan pada ancaman. Dalam
kehidupan sehari‐hari biasanya argumentum ad baculum muncul bila seseorang menolak
pendapat seseorang dengan ancaman bukan dengan pembuktian yang didasarkan tidak sahih
atau salahnya sebuah argumentasi. Berikut contohnya:
“Kalau kamu berpendapat seperti itu, maka kamu harus memikirkan nilai‐nilaimu semester
ini yang sangat bergantung pada saya. Oleh karena itu, saya ingin kamu mencabut
pendapat tersebut.”
6. Argumentum ad ignorantiam
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini terjadi bila menyimpulkan bahwa suatu
penyataan tertentu adalah benar dikarenakan penyangkalan terhadapnya tidak dapat
dibuktikan atau sebaliknya. Contohnya ketika seseorang menyatakan “hantu itu ada” dengan
dasar pernyataan “hantu itu tidak ada” tidak bisa dibuktikan. Oleh karena itu, argumentum ad
ignorantiam dinyatakan sebagai berargumentasi dengan dasar ketidaktahuan. Dalam bentuk
yang lebih umum, argumentum ad ignorantiam bisa berarti ketika seseorang membenarkan
sebuah keputusan yang salah hanya dengan alasan ia tidak tahu. Berikut contohnya:
“Saya menyuruh dia sebagai rekanan meskipun dia belum memenuhi syarat karena saya tidak
tahu bahwa dia tak memenuhi syarat saat itu. Jadi saya tak bisa dipersalahkan dalam
kasus ini. Saya tidak tahu.”
7. Ignoratio elenchi