hubungan. Kesan akan adanya hubungan secara psikologis ini yang biasanya banyak terjadi pada
kekeliruan berpikir nonformal relevansi. Berikut beberapa jenis kekeliruan berpikir nonformal relevansi
yang secara umum terjadi dalam kehidupan sehari‐hari:
1. Argumentum ad misericordiam
Dalam bahasa Latin miseriordia berarti belas kasihan. Oleh karena itu, argumentum ad
misericordiam dapat diartikan kekeliruan berpikir nonformal relevansi yang dilakukan ketika
menyampaikan suatu penalaran dengan tujuan untuk memperoleh belas kasihan untuk
mendukung kesimpulan. Artinya, argumentasi tidak disusun berdasarkan kesahihan bentuk dan
kebenaran kontennya. Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini banyak terjadi di pengadilan.
Misalnya, dalam pembelaan terdakwa atau penasihat hukum menggunakan argumentum ad
misericordiam dengan tujuan agar hakim berbelas kasih kepada terdakwa. Berikut contohnya:
“Saya mencuri bukanlah semata‐mata demi saya sendiri. Akan tetapi, demi anak saya yang sedang
sakit. Ibunya telah tiada. Saya baru bangkrut. Semua harta benda yang kumpulkan bertahun
‐tahun, lenyap semua. Sanak keluarga tidak ada yang peduli. Kalau saya di tahan, maka
siapa yang akan menjaga anak saya? Oleh karena itu, bebaskanlah saya.”
2. Argumentum ad populum
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini terjadi apabila argumentasi yang diajukan
didasarkan kepada orang banyak. Dalam bahasa Latin, populus berarti orang banyak, rakyat atau
massa. Dalam konteks ini, seolah‐olah justifikasi atas argumentasi tidak diperlukan dikarenakan
dijaminkan kepada kepercayaan orang banyak. Dalam sejarah ilmu pengetahuan, kita bisa
melihat contohnya ketika pertama kali dicetuskan bahwa heliosentris, bukan geosentris.
Penolakan atas heliosentris didasarkan hanya karena orang banyak pada masa itu percaya
bahwa bumi adalah pusat dari alam semesta. Berikut contoh lainnya:
“Semua orang sudah tahu bahwa kamu adalah pencuri. Oleh karena itu, pastilah pencuri dalam
kejadian ini.” “Kamu salah. Coba lihat berapa banyak orang yang tidak sepakat denganmu Hampir 75
dari semua penduduk di daerah ini.”
3. Argumentum ad hominem
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini terjadi apabila dalam sebuah perbincangan
yang argumentatif yang dinilai bukan kesahihan bentuk atau kebenaran konten, melainkan
alasan ‐alasan yang berhubungan dengan sifat pribadi dari orang yang mengajukan argumentasi
tersebut. Artinya, apa yang dinilai adalah orangnya, bukan argumentasinya. Berikut contohnya:
“Tuduhannya terkait dengan korupsi yang terjadi pastilah salah. Dia bukan orang yang sopan dalam
berbicara. Apa itu bagus buat pendidikan anak‐anak yang menyaksikan hal itu?”
“Tidak mungkin dia melakukan korupsi. Dia selalu baik kepada saya dan teman‐teman yang lainnya.
Tutur katanya halus dan sikapnya pun santun kepada yang lebih tua. Pastilah dia dijebak
oleh orang yang tidak bertanggung jawab.”
4. Argumentum ad auctoritatis