6. Argumentum ad ignorantiam
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini terjadi bila menyimpulkan bahwa suatu
penyataan tertentu adalah benar dikarenakan penyangkalan terhadapnya tidak dapat
dibuktikan atau sebaliknya. Contohnya ketika seseorang menyatakan “hantu itu ada” dengan
dasar pernyataan “hantu itu tidak ada” tidak bisa dibuktikan. Oleh karena itu, argumentum ad
ignorantiam dinyatakan sebagai berargumentasi dengan dasar ketidaktahuan. Dalam bentuk
yang lebih umum, argumentum ad ignorantiam bisa berarti ketika seseorang membenarkan
sebuah keputusan yang salah hanya dengan alasan ia tidak tahu. Berikut contohnya:
“Saya menyuruh dia sebagai rekanan meskipun dia belum memenuhi syarat karena saya tidak
tahu bahwa dia tak memenuhi syarat saat itu. Jadi saya tak bisa dipersalahkan dalam
kasus ini. Saya tidak tahu.”
7. Ignoratio elenchi
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini merujuk pada sebuah loncatan sembarangan
dari suatu premis ke kesimpulan yang sama sekali tidak ada kaitannyat dengan premis tersebut.
Oleh karena itu, ignoratio elenchi dapat disebut ‘non sequitur’ dalam pengertian kesimpulan
tidak mengikuti premis. Dengan kata lain, hubungan antara premis dan kesimpulan bersifat
semu. Dalam konteks ini, ignoratio elenchi terjadi dalam kehidupan sehari‐hari dikarenakan oleh
prasangka dan perasaan subjektif. Berikut contohnya:
“Andi lahir di bawah bintang Libra. Oleh karena itu, dia cocok jadi hakim.” “Orang itu ramah pada orang‐orang. Pasti dia tidak pernah korupsi.”
“Saya ditabrak ojek sore ini. Pasti karena saya melihat kucing hitam melintas tadi pagi.” “Rumah di ujung jalan itu sering kemalingan karena warna catnya hijau.”
Orang tua lebih tahu dan lebih pintar dari anak‐anaknya karena anak‐anak itu
dilahirkan orang tuanya.”
8. Petitio Principii
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini terjadi karena menjadikan kesimpulan sebagai premis
dan sebaliknya. Dengan ucap lain, premis yang digunakan secara substansial tidak berbeda
dengan keseimpulan. Apabila, petitio principii berbentuk lingkaran seperti A dibuktikan B;
B dibuktikan C; dan C dibuktikan oleh A disebut circulus vitiosus. Dalam konteks yang agak
berbeda, petitio principii juga dapat muncul dalam argumentasi yang menggunakan premis yang
masih
harus dibuktikan kebenarannya. Berikut contohnya:
“Petugas hukum dapat disogok karena penghasilannya rendah. Penghasilan hakim rendah
karena ekonomi buruk. Ekonomi buruk karena hukum tidak berfungsi. Hukum tidak
berfungsi karena petugas hukum dapat disogok.” “Yafiz adalah orang yang jujur. Itu terbukti dari ucapan‐ucapannya sendiri kemarin.”
9. Kekeliruan Komposisi Fallacy of Composition
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini terjadi bila argumentasi yang memperlakukan kebenaran
partikular juga pasti berlaku pada kebenaran keseluruhannya. Dengan kata lain, kekeliruan
komposisi ini dikarenkan menetapkan sifat pada bagian untuk merujuk pada sifat pada
keseluruhan. Berikut contohnya: “Mahasiswa UI ramah‐ramah. Pastilah orang Indonesia ramah‐ramah.”
“Lelaki itu jahat padaku. Memang seperti itulah sifat para lelaki.”
III.6.2.2Kekeliruan Berpikir Nonformal Bahasa
Kekeliruan berpikir nonformal bahasa sering dilanggar dalam berkomunikasi sehingga perlu dicermati
penggunaan bahasa dalam proses berpikirnya. Berikut ini akan dijelaskan macam kekeliruan tersebut
k edalam sub‐subabnya.
1. Kekeliruan Ekuivokasi