Bioakumulasi dan Biotransformasi Merkuri

9 Konsentrasi merkuri pada kerang hijau yang dibudidaya di Muara Kamal Teluk Jakarta, pada stasiun yang terletak 1000m dari daratan saat surut terendah mencapai 9.362 ppm Riani 2009.

2.6. Bioakumulasi dan Biotransformasi Merkuri

Karakteristik terkait bioavilabilitas seperti halnya sifat biogeokimia suatu unsur di perairan secara alamiah sangat dipengaruhi oleh spesiasi kimianya. Spesiasi Hg 2+ sebagai bentuk paling stabil di alam akan segera terkompleksasi dengan berbagai gugus ligan baik organik maupun anorganik. Interaksi seperti ini penting untuk mengontrol solubilitas, mobilitas, dan bioavilabilitas ion Hg 2+ . Kompleksasi Hg 2+ dengan materi organik akan meningkatkan solubilitasnya dan mungkin akan memudahkan perpindahan merkuri dari lingkungan terrestrial ke lingkungan akuatik Santschi 1998; Buffle 1990; Santschi et al. 1997; Han dan Gill 2005; Han et al. 2006; dalam Awalina et al. 2009 serta dari sedimen perairan ke dalam kolom air Riani 2012. Pencemaran merkuri dan methyl merkuri dapat mempengaruhi peningkatan aktivitas enzim pada daging, usus, insang, ginjal dan hati. Berdasarkan sebuah eksperimen dilakukan pengaruh peningkatan konsentrasi Hg 2+ maupun CH 3 HgCl dalam medium air terhadap kemampuan akumulasinya dalam berbagai jenis biota sangat bervariasi. Peningkatan konsentrasi Hg menyebabkan kenaikan kecepatan mortalitas pada Tinca tinca, sejenis ikan karper yang dapat hidup diair tawar dan payau. Pada ikan jenis P. gibbosus peningkatan konsentrasi Hg 2+ mengakibatkan kemampuan akumulasi senyawaan tersebut menurun, tetapi peningkatan konsentrasi CH 3 HgCl dalam medium air justru memberikan efek yang berlawanan. Hubungan antara konsentrasi kedua kontaminan tersebut terhadap respon enzim maupun rasio kedua enzim tersebut memberikan berbagai persamaan linier yang dapat digunakan untuk kepentingan pemantauan cemaran senyawa merkuri pada air payau Suseno et al. 2011. Merkuri CH 3 Hg + adalah bentuk merkuri pada umumnya menyebabkan pencemaran dilingkungan terutama terhadap ikan, kerang, burung-burung dan mamalia. Methyl merkuri dilingkungan menjadi bagian dari rantai makanan. Organisme air kecil menelan merkuri dari sekitar lingkungan mereka, dan pada akhirnya dimakan oleh ikan dan organisme air lainnya yang lebih besar. Akibatnya, terjadi biomagnifikasi merkuri, menjadi semakin terkonsentrasi sebagai polutan melalui rantai makanan. Mamalia laut, burung, dan hewan lainnya yang mengkonsumsi ikan dapat menjadi sangat tercemar dengan methyl merkuri . Umumnya, konsentrasi yang lebih tinggi ditemukan pada hewan yang lebih besar dan lebih tua Weinberg 2010. Merkuri terlarut HgII dan MeHg terakumulasi dalam vegetasi air, fitoplankton, dan invertebrata bentik. Biomagnifikasi MeHg pada tingkat trofik yang berurutan dalam rantai makanan baik bentik, pelagis hingga pada ikan predator air tawar ditemukan hampir secara eksklusif sebagai transformasi aktif terhadap MeHg. Posisi trofik dan kompleksitas rantai makanan memainkan peran penting dalam bioakumulasi MeHg. Karakteristik kimia dan fisik dari ekosistem yang berbeda mempengaruhi serapan MeHg sebagai dasar dari rantai makanan, pengendali bioakumulasi pada tingkat trofik yang lebih tinggi. Dasar dari rantai makanan pada bagian pelagis ekosistem air tawar, MeHg diserap oleh plankton yang diperkirakan menjadi kombinasi difusi pasif dan difasilitasi transport. Plankton menyerap MeHg dapat ditingkatkan atau dihambat oleh adanya ikatan 10 ligan yang berbeda terhadap MeHg. Efisiensi asimilasi MeHg pada dasar rantai makanan juga dipengaruhi oleh jenis MeHg terlarut yang kompleks dalam air dan sedimen. Kemampuan dan perbedaan fungsi dari setiap organisme untuk melarutkan MeHg melalui proses pencernaan yang kompleks terhadap MeHg juga berbeda. Kehadiran ligan organik dan tingginya konsentrasi DOC di ekosistem air umumnya dianggap membatasi penyerapan MeHg oleh biota Bloom 1992; Watras et al. 1998:183; Kidd et al. 1995; Laporte et al. 2002; Lawson dan Mason 1998; Lawrence dan Mason 2001; Leaner dan Mason 2002; Driscoll 1995;. Sunda dan Huntsman 1998.

2.7. Pengaruh Merkuri terhadap Organisme