telescopium sebagai Bioindikator Peran Keong Popaco

7 Merkuri yang mudah dalam bioakumulasi di lahan basah mangrove dan mungkin merupakan sumber alami emisi merkuri dari atmosfir Ding et al. 2009. Kontaminasi merkuri dalam sedimen terjadi karena proses alamiah pelapukan batuan termineralisasi, proses pengolahan emas secara tradisional amalgamasi, maupun proses industri yang menggunakan bahan baku yang mengandung merkuri. Nilai anomali unsur Hg dalam sedimen harus dievaluasi secara hati-hati mengingat besar kemungkinan terjadi pencemaran akibat pemakaian merkuri oleh pertambangan emas rakyat. Kontur dasar berbatu biasanya tidak mengalami mineralisasi Widhiyatna et al. 2005. Umumnya konsentrasi logam pada suatu ekosistem perairan berhubungan dengan sumber masukan di sekitar kawasan, sehingga semakin tinggi masukan logam, cenderung semakin meningkatkan akumulasinya di dalam ekosistem perairan. Merkuri di perairan mengalami berbagai proses pengendapan, pengenceran, disperse dan absorbsi oleh organisme yang berada pada habitat kawasan ekosistem tersebut. Rendahnya pH pada sedimen berpotensi untuk meningkatkan konsentrasi merkuri. Selain itu pH merupakan faktor yang mempengaruhi kapasitas absorbsi sedimen terhadap Hg 2+ , serta memicu peningkatan toksisitas Hg bagi organisme Sanusi 2006; Asonye et al. 2007, Begum et al. 2009, dan Danazumi dan Bichi, 2010 dalam Cordova et al. 2011 serta Riani, 2011. Menurut Palar 2004 dalam Riani 2012 menjelaskan bahwa konsentrasi logam di air dan sedimen akan turun ketika pH naik. Hal ini disebabkan pada lingkungan perairan, bentuk logam antara lain berupa ion-ion bebas, pasangan ion organik, dan ion kompleks. Hal ini mengakibatkan kelarutan logam dalam air dan sedimen di kontrol oleh pH, karena kenaikan pH dapat mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada perairan, hingga pada akhirnya di endapkan dalam bentuk lumpur. Hasil terdahulu tentang konsentrasi merkuri sedimen pada Teluk Kao terutama di beberapa muara sungai di antaranya Sungai Cibok 0,014, Muara Sungai Kasusu 0,020 ppm, Muara Sungai Tabobo 0,151 ppm dan air panas sebagai Kontrol 0,137 Edward 2008. Hasil analisis konsentrasi merkuri oleh Hamid 2011 di pantai Dumdum Kao Teluk berkisar antara 0,838-1,321 ppm dan stasiun pembanding sebesar 1,233 ppm. Konsentrasi merkuri sedimen Kao Teluk di sajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Konsentrasi merkuri di sedimen Kao Teluk Konsentrasi merkuri di Sedimen Satuan Sumber 0,014-0,151 0,838-1,321 ppm ppm Edward, 2008 Hamid, 2011

2.5. Peran Keong Popaco

T. telescopium sebagai Bioindikator

Hutan mangrove mempunyai berbagai fungsi yang meliputi fungsi ekologi, biologi dan ekonomi. Secara biologi hutan mangrove dikenal sebagai daerah paska larva berbagai biota perairan seperti udang dan ikan, berbagai habitat alami kepiting dan moluska, sebagai daerah pemijahan, perlindungan dan penyediaan makanan Qasim 1998; Macintosh dan Ashton 2002; dalam Suresh et al. 2012. Jenis organisme yang biasa digunakan sebagai bioindikator terutama pada ekosistem mangrove di antaranya adalah moluska, kepiting dan bivalv. Namun organisme seperti Keong Popaco T. telescopium yang bersifat bioakumulatif 8 terhadap logam berat dapat digunakan sebagai indikator biologi terutama pada perairan yang tercemar. Umumnya Keong Popaco T. telescopium mendiami tanah berlumpur yang kaya akan bahan organik, dekat dengan daerah pasang surut dan mampu bertahan pada kadar garam yang tinggi bersifat eurihalin, mampu bertahan pada tanah gambut payau sehingga memberikan indikasi untuk dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator Hamsiah 2000; Suresh et al. 2012. Keong popaco T. telescopium merupakan salah satu gasropoda yang hidup di air payau terutama pada ekosistem hutan mangrove yang di dominasi oleh pohon bakau Rhizophora sp. Adapun sistematika hewan ini Darma 1998; Oemarjati dan Wardhana, 1990 dalam Hamsia 2000 adalah : Filum : Mollusca Kelas : Gastropoda Subkelas : Probobrachia Ordo : Messogastropoda Famili : Patomididea Genus : Telescopium Spesies : Telescopium telescopium Linne Keunggulan Keong Popaco T. telescopium dari kerang lain untuk pemantauan lingkungan adalah : distribusi geografisnya yang luas, berlimpah, menetap, toleran terhadap perubahan lingkungan. Konsentrasi polutan yang tinggi, aktivitas enzim sangat rendah apabila terpapar oleh kontaminasi bahan organik, populasinya luas dan stabil, berumur panjang, ukurannya wajar, cukup kokoh dalam bertahan hidup untuk perlakuan penelitian lapang maupun laboratorium sehingga dapat diadopsi untuk biomonitoring pencemaran logam berat pada ekosistem perairan Zhou et al. 2007. Bioakumulasi dan distribusi logam berat pada kerang dan moluska adalah tinggi. Faktor biokonsetrasi untuk setiap spesies berbeda-beda terhadap setiap jenis logam berat khususnya di daerah tropis misalnya Crassiastrea iredalei dan C. belcheri dimana faktor biokonsentrasi untuk Zn adalah 2.9 x 10 5 , Cu 8.0-8.1 x 10 3 , Cd 2.6-4.1 x 10 3 dan Pb 0.9-1.8 x 10 3 , menunjukkan tingginya akumulasi logam oleh kerang Boening 1999 dalam Zhou et al. 2007. Faktor biokonsentrasi Hg pada kerang hijau yang dibudidaya pada tali nilon di Teluk Jakarta mencapai 10402 kali terhadap air, namun terhadap sedimen 63.69 kali Riani 2009 Keong Popaco T. tetescopium menyukai lahan terbuka dan banyak mendapat sinar matahari. Substrat dan lumpur yang halus, sinar matahari, dan habitat yang di sukainya di tengah hutan mangrove. Umumnya keong popaco penghuni hutan asli ekosistem hutan mangrove terutama pada bagian tengah hutan mangrove, suatu tempat yang hanya digenangi dalam waktu tertentu. Keong Popaco T. tetescopium juga mendapat pengaruh yang berimbang dari laut dan darat, sehingga dapat digunakan sebagai bioindikator mewakili daerah peralihan darat dan laut Haryanto 2009. Pengaruh pencemaran secara keseluruhan akan dapat menyebabkan terjadinya dominasi oleh organisme yang tahan terhadap kondisi lingkungan yaitu jenis bivalvia sehingga terbentuk zonasi Priyono 2004; Zaman 2001 dalam Onrizal et al. 2009. Hasil terdahulu tentang konsentrasi merkuri pada beberapa jenis bio- indikator di antaranya pada insang Kerang darah Anadara garanossa Lin di perairan Pantai Dumdum berkisar antara 0,058-0,093 ppm Hamid 2011. 9 Konsentrasi merkuri pada kerang hijau yang dibudidaya di Muara Kamal Teluk Jakarta, pada stasiun yang terletak 1000m dari daratan saat surut terendah mencapai 9.362 ppm Riani 2009.

2.6. Bioakumulasi dan Biotransformasi Merkuri