39 dibandingkan dengan kawasan yang terbuka. Bioakumulasi merkuri pada biota
perairan yang rendah karena menurunnya ukuran biomassa, panjang dan lama tinggal dari biota Protano et al. 2000; Costa et al. 2012; Saniewska et al. 2010;
Shi et al. 2010; Xu et al. 2013; Pan et al. 2014.
Sánchez-Chardi et al. 2007a melaporkan bahwa pencemaran kronis logam berat dapat mengganggu struktur dan fungsi genom, sehingga mempengaruhi
status kesehatan dan potensi reproduksi individu dan kelangsungan hidup populasi Riani et al. 2014. Kegiatan antropogenik melepaskan logam berat di udara,
tanah, dan air, sehingga mengekspos biota, yang berpotensi membahayakan. Sistem alam dapat bertindak sebagai filter yang efektif dengan mempertahankan
senyawa beracun dalam tanah atau mungkin mentransfernya ke ekosistem darat dan air, sehingga meningkatkan bioavailabilitas dengan demikian dapat
menimbulkan risiko keracunan biota dan manusia Sánchez-Chardi et al. 2007b. Senyawa yang paling beracun adalah logam non-esensial, namun beberapa logam
lainnya dan metaloid, dapat menimbulkan pengaruh toksik terhadap sistem biologis Iavicoli et al. 2009; Liu et al. 2010.
5.3.1. Faktor Biokonsentrasi Merkuri pada Keong
T. telescopium
Berdasarkan Tabel 10, rata-rata biokonsentrasi merkuri keong popaco T. telescopium
di stasiun PT. Nusa Halmahera Mineral di sekitar Muara Sungai Kobok lebih besar, dibandingkan dengan stasiun sekitar penambangan tanpa izin
di sekitar Muara Sungai Cibok dan stasiun tanpa penambangan emas di sekitar Muara Sungai Balaotin. Tingginya faktor biokonsentrasi merkuri pada keong
ditentukan oleh jumlah konsentrasi merkuri pada sedimen sebagai habitat, karena keong popaco merupakan pemakan deposit aktif. Proses biotransfer merkuri pada
keong popaco melalui rantai makanan, latar belakang kontaminasi merkuri perstasiun juga ikut berperan.
Faktor biokonsentrasi BCF merkuri pada keong nilainya lebih tinggi dari pada nilai bioakumulasi, BCF selalu berkorelasi positif dengan bioakumulasi
merkuri pada keong. Dalam hal ini konsentrasi merkuri pada keong meningkat, maka nilai BCF juga ikut meningkat.
Pontensi penimbunan logam berat adalah melalui biokonsentrasi pada biota air, terutama biota bentik. Faktor biokonsentrasi biasanya melalui kebiasaan
makan berdasarkan tingkatan trofik biomagnifikasi. Hal ini dapat memicu peningkatan penumpukan logam dalam tubuh biota bioakumulasi. Bioakumulasi
logam pada biota terus berlanjut maka dapat meningkatkan toksisitas hingga dapat membahayakan biota Belden et al. 2005. Selain itu, Jonsson et al. 2014
melaporkan biokonsentrasi dapat menimbulkan efek perubahan tingkah laku biota yaitu berusaha menghindar baik terhadap paparan tinggi maupun rendah bila
dibandingkan dengan media kontrol yang lebih pasif. Biokonsentrasi berbeda berdasarkan jenis dan tingkat trofik biota perairan laut, dimana pola peningkatan
progresif tidak konsisten terhadap tingkatan trofik pada ekosistem perairan Hope et al
. 1998. Biokonsentrasi merupakan fungsi dari biotransfer logam berat dari sedimen ke biota sehingga dapat menimbulkan efek biologis. Beberapa faktor
lingkungan berperan dan menentukan tingkat biokonsentrasi diantaranya adalah pH, bahan organik dan karbon organik terlarut Mountouris et al. 2002; Akkanen
dan Kukkonen 2003; Haitzer et al. 1998; Wang et al. 2014.
Jalur bioakumulasi merkuri pada biota sangat kompleks dan kebanyakan melalui rantai makanan, walaupun tingkat konsentrasi bervasiasi secara temporal.
40 Hal tersebut karena setiap jenis biota bervariasi dalam kebiasaan makan, fisiologi
dan preferensi habitat. Kemungkinan keong popaco dapat mentrasfer merkuri yang tinggi karena berasosiasi langsung dengan sedimen daripada merkuri di air.
Faktor biokonsentrasi pada umumnya berbanding terbalik dengan bioakumulasi pada biota target George dan Batzer, 2008; DeForest et al. 2007.
Organisme akuatik mengakumulasi senyawa merkuri dalam bentuk CH
3
Hg
+
dan Hg
2+
pada seluruh tingkatan jejaring makanan Selid, 2009. Bioakumulasi merkuri dari berbagai jalur paparan yaitu: air, pakan dan partikulat Kojadinovic
et al . 2006; Chasar et al. 2009. Hasil akumulasi tersebut meningkatkan
kandungan merkuri didalam jaringan tubuh biota. Berbagai hasil penelitian menunjukkan senyawa merkuri yang terkandung dalam tubuh ikan dan kerang
sebanyak 80-90 berbentuk CH
3
Hg
+
Schwindt et al. 2008. Hal ini sangat berbahaya karena ikan dan kerang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga
menjadi sumber utama asupan CH
3
Hg
+
pada manusia. Proses bioakumulasi logam berat termasuk senyawa merkuri secara
kimiawi merupakan reaksi pembentukan senyawaan kompleks antara ion logam berat dengan ligan biologis di dalam sel organisme. Secara tradisional suatu zat
dinyatakan mengalami bioakumulasi jika nilai koefisien partisi antara oktanol dan air US EPA 2002. Asumsi yang digunakan pada model ini adalah bahwa
bioakumulasi merupakan hasil dari kesetimbangan tiga mekanisme yaitu kecepatan pengambilan kontaminan dari makanan, kecepatan pengambilan
kontaminan dari fase terlarut dan kecepatan pelepasan kontaminan.
Merkuri dapat diadsorpsi dari berbagai fase padatan pada sedimen dasar terutama pirit. Adsorpsi dan korpresipitasi merkuri oleh pirit pada kondisi anoksik
yang menyebabkan kuantitas merkuri pada air menjadi berkurang. Walaupun demikian interaksi tersebut dapat terlepas melalui proses oksidasi sedimen secara
gradual Boszke et al. 2003. Konsentrasi merkuri dalam sedimen dasar merupakan indikator polusi merkuri pada perairan. Akumulasi merkuri pada
sedimen dasar sebagai hasil proses dari sedimentasi dan disisi lain merkuri dapat dilepaskan dari sedimen dasar dan menjadi tersedia untuk transformasi biokimia
lanjut Morel et al. 1998; Boszke et al. 2002. Proses sedimentasi dan pelepasan merkuri pada sedimen dasar ditentukan oleh kondisi spesifik perairan dan sebagai
hasilnya adalah senyawaan merkuri dalam bentuk kompleks, transformasi fisik dan biologis ke dalam spesi yang lebih toksik.
5.4. Distribusi merkuri pada air, sedimen, dan keong
Berdasarkan Gambar 17-21 menunjukkan bahwa distribusi merkuri pada air jauh lebih kecil, sekitar 10-11 kali dibandingkan dengan merkuri pada sedimen
dan keong. Distribusi merkuri pada air mengalami pengenceran dan laju pengendapan, sehingga konsentrasi merkuri di air jauh lebih rendah. Distribusi
merkuri pada sedimen merupakan hasil dari proses pengendapan dimana dipengaruhi oleh massa jenis merkuri lebih besar dari air yang menyebabkan
merkuri di sedimen lebih tinggi. Distribusi merkuri pada keong T. telescopium merupakan hasil dari proses pengambilan merkuri dari lingkungan lebih tinggi