14 Tabel 6. Bahan dan alat yang digunakan
Alat Bahan
Horiba pH Tanah
AAS Kamera
GPS Alat tulis
Kertas Label Botol sampel
Kantong Sampel Sampel air
Sampel sedimen Sampel keong
H
2
SO
4
pekat KMnO
4
K
2
S
2
O
8
H
3
SO
4
K
2
Cr
2
K
7
FeSO
4.
7H
2
O 3.4.
Penentuan Stasiun Pengambilan Sampel Stasiun pengamatan ditentukan secara purposive sampling, berdasarkan
karakteristik lingkungan sekitar yaitu kawasan tanpa aktivitas penambangan emas di sekitar Muara Sungai Balaotin ST I, kawasan penambangan emas tanpa izin
PETI oleh masyarakat terdapat di sekitar Muara Sungai Cibok ST II, dan kawasan penambangan emas yang di lakukan oleh PT. Nusa Halmahera Mineral
PT. NHM di sekitar muara sungai Kobok ST III.
Masing-masing stasiun dilakukan tiga kali sampling dimulai dari bulan Juni- Agustu 2013. Pengambilan sampel dilakukan di tiga titik pengamatan masing-
masing pada ekosistem mangrove di sekitar muara sungai Balaotin, Cibok dan Kobok koleksi sampel dilakukan saat surut terendah
Y
ap dan Noorhaidah 2011; Maji et al. 2010.
3.5. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel air permukaan sebanyak 500 ml difiksasi dengan H
2
SO
4
pekat.Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada saat surut rendah, sampel sedimen permukaan dimasukkan ke dalam kantong platik volume 1 kg.
Sampel di kering udarakan dan selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk proses preparasi. Pengambilan sampel keong popaco T. telescopium saat surut dengan
menggunakan beberapa transek kuadrat 1x1m
2
pada masing-masing stasiun pengamatan. Keong popaco dalam transek dihitung, kemudian diambil untuk
analisis morfometrik dan konsentrasi merkuri. Analisis konsetrasi merkuri pada sampel air, sedimen dan keong dilakukan
di Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri BARISTAN Manado dengan metode AAS. Tekstur sedimen dan persen karbon organik dilakukan di
Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian IPB.
3.6. Preparasi sampel
Sampel air laut yang telah dikoleksi dimasukkan kedalam botol BOD sebanyak 50 ml, kemudian ditambahkan 5 ml H
2
SO
4
pekat, 15 ml larutan KMnO
4
, kocok dan dibiarkan 15 menit. Kemudian ditambahkan 5 ml larutan K
2
S
2
O
8
, dipanaskan dalam water bath pada suhu 95 C selama 2 jam. Setelah
dingin ditambahkan larutan hidroksilamin sampai warna ungu hilang, kemudian dianalisis dengan AAS di Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri
BARISTAN Manado.
Sampel sedimen dimasukkan kedalam beaker Teflon secara merata agar mengalami proses pengeringan sempurna, kemudian pengeringan sedimen dengan
15 oven pada suhu 105
C selama 24 jam. Sedimen yang telah kering kemudian ditumbuk hingga halus. Sedimen ditimbang sebanyak ±4 gram kemudian
dimasukkan kedalam beaker Teflon yang tertutup. Selanjutnya ditambahkan 5 ml larutan aqua regia dan dipanaskan pada suhu 130
C sampai semua sedimen larut, pemanasan diteruskan hingga larutan hampir kering dan selanjutnya didinginkan
pada suhu kamar dan sampel dipindahkan kesentrifus polietilen. Kemudian ditambahkan aquades hingga volumenya mencapai 30 ml dan dibiarkan hingga
mengendap, kemudian menampung fase airnya. Selanjutnya siap diukur dengan Spektrofotometer serapan atom
AAS di Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri
BARISTAN Manado. Sampel keong popaco ditimbang ±1-2 g, didestruksi dengan KMnO
4
, hidroksilamin klorida dan larutan SnCl
2
. Sampel keong popaco kemudian dimasukkan kedalam beaker Teflon secara merata agar mengalami proses
pengeringan sempurna. Sampel keong dikeringkan dengan oven pada suhu 105 C
selama 24 jam. Sampel keong yang telah kering kemudian ditumbuk sampai halus. Sampel keong ditimbang ±1 g, selanjutnya sampel keong dimasukkan
kedalam beaker Teflon yang tertutup. Kemudian ditambahkan 5 ml larutan aqua regia dan dipanaskan pada suhu 130
C. Setelah semua sampel keong larut, pemanasan diteruskan hingga larutan hampir kering dan selanjutnya didinginkan
pada suhu kamar dan dipindahkan kesentrifus polietilen. Kemudian ditambahkan air destilasi hingga volumenya mencapai 30 ml dan dibiarkan mengendap,
kemudian supernatannya dipisahkan. Selanjutnya dilakukan deteksi dengan atomic absobtion spectrophotometric
AAS di Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri
BARISTAN Manado. Karbon organik tereduksi dengan larutan kalium dikromat K
2
Cr
2
K
7
1 N dalam suasana asam. Kemudian dikromat yang telah bereaksi dititrasi dengan
larutan fero sulfat menggunakan difenilamin sebagai indikator. Ditimbang 1 g sampel sedimen 0,5 mm kering udara, dimasukkan kedalam
elenmeyer 500 ml dan disediakan juga penetapan blangko. Ditambahkan kalium dikromat 1 N dan secara berlahan-lahan ditambahkan 20 ml larutan H
2
SO
4
, elenmeter digoyang dengan tangan selama 1 menit, kemudian didiamkan selama
30 menit diatas asbes. Ditambahkan masing-masing 200 ml air destilasi, 5 ml asam fosfat pekat 80 dan 1 ml larutan dipenilamin. Blangko dan sampel
dititrasi dengan larutan ferosulfat 1 N hingga warna hijau, ditambahkan lagi 0,5 ml larutan K
2
Cr
2
K
7
1 N dan dititrasi kembali dengan larutan FeSO
2
1 N sampai dengan warna hijau muncul kembali. Berat sampel dikoreksi dengan penetapan
kadar air. Analisis persen tekstur dan karbon organik di lakukan di Laboratoriun Tanah, Fakultas Pertanian IPB dengan metode Wakley dan Blachk.
3.7. Teknik Analisis Data Konsentrasi Merkuri