Etnobotani Keruing Gunung Aspek Pemanfaatan Keruing Gunung .1 Kayu

2.4.4 Potensi Keruing Gunung Sebagai Sediaan Obat

Penelitian Muhtadi et al. 2006 melaporkan bahwa lima senyawa fenolik telah berhasil diisolasi dari ekstrak aseton kulit batang keruing gunung , yaitu --laevifonol 1, α- viniferin 2, --vatikanol A 3, bergenin 4 dan 4’-O-metilgalokatecin 5. Hasil pengujian aktivitas sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-388 dari --laevifonol IC 50 100,0 μ gmL, --α-viniferin IC 50 17,5 μ gmL, --vatikanol A IC 50 27,0 μ gmL, bergenin IC 50 100,0 μ gmL dan 4’-Ometilgalokatecin IC 50 70,0 μ gmL. Hasil analisis secara kualitatif hubungan struktur dengan aktivitas sitotoksik, diperoleh kesimpulan bahwa senyawa oligomer resveratrol yang simetri memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel murin leukemia P-388 yang lebih tinggi dibanding senyawa oligoresveratrol yang tak simetri. Adanya unit polar asam askorbat pada senyawa oligoresveratrol, mengakibatkan hilangnya aktivitas sitotoksik Hakim 2002.

2.5 Bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi

dan Mekanisme Kerja Antibiotik 2.5.1

S. aureus

S. aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μ m, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar 20-25ºC. Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90 isolat klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri Jawetz et al.1996. Kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri. Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S, sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom. Obat ini berikatan secara spesifik dengan akseptor tempat ikatan awal dari amino asil t-RNA atau pada bagian peptidil, yang merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai peptida Debbie Retnoningrum 1998 .

2.5.2 S. typhi

S. typhi merupakan bakteri batang Gram negatif dan tidak membentuk spora, serta memiliki kapsul. Bakteri ini juga bersifat fakultatif, dan sering disebut sebagai facultative intra-cellular parasites . Dinding selnya terdiri atas murein, lipoprotein, fosfolipid, protein, dan lipopolisakarida LPS dan tersusun sebagai lapisan-lapisan Jawetz et al. 1996. Ukuran panjangnya bervariasi, dan sebagian besar memiliki peritrichous flagella sehingga bersifat motil. S. typhi membentuk asam dan gas dari glukosa dan mannosa. Organisme ini juga menghasilkan gas H 2 S, namun hanya sedikit. Bakteri ini tahan hidup dalam air yang membeku untuk waktu yang lama Brooks Butel 2007. 3 METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015. Lokasi penelitian ini adalah di hutan Desa Salut, Resort Santong SPTN 1 TNGR, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat pada ketinggian 976 mdpl. Ekstraksi daun dan kulit batang keruing gunung dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fahutan IPB. Pengambilan data uji daya hambat ekstrak keruing gunung dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA IPB. Pengembilan data skrining kandungan kelompok senyawa aktif dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, FMIPA IPB. 3.2 Status Populasi Keruing Gunung 3.2.1 Analisis Vegetasi Analisis vegetasi bertujuan mengidentifikasi struktur vegetasi yang ada, antara lain tingkat semai, tingkat pancang, tingkat tiang, dan tingkat pohon meliputi spesies, jumlah individu, dan diameter batang. Metode analisis vegetasi ini dilakukan dengan cara membuat petak ukur tunggal berukuran 100x100 m 2 atau 1 hektar yang terdiri dari 25 plot pengamatan. Dalam masing-masing plot terbagi menjadi sub plot, yaitu tingkat pohon 2x2 m 2 , tingkat tiang 5x5 m 2 , tingkat pancang 10x10 m 2 dan tingkat semai 20x20 m 2 . Analisis vegetasi mengacu pada metode Soerianegara dan Indrawan 1998. Model petak tunggal yang digunakan dalam penelitian ini dapat diilustrasikan dengan menggunakan model papan catur Gambar 3. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Gambar 3. Model petak pengamatan Data vegetasi yang dikumpulkan meliputi nama jenis, jumlah individu dan diameter. Secara lebih jelas kriteria dalam analisis vegetasi tersaji dalam Tabel 3. b a b c d Keterangan: a Pohon b Tiang c Pancang d Semai