Analisis Data a. Indeks Nilai Penting INP

Keterangan: Iδ = Indeks Morishita q = Jumlah petak pengamatan X i = Jumlah keruing gunung pada petak ke-i T = Total individu keruing gunung Dengan nilai: Iδ 1 menunjukkan individu mengelompok clump Iδ 1 menunjukkan indivdu menyebar rataseragam uniform Iδ = 1 menunjukkan individu menyebar acak random 3.3 Uji Potensi Bioprospeksi 3.3.1 Penetapan Kadar Air Simplisia AOAC 1995 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang dan daun keruing gunung. Dipilih kulit batang yang sudah tua dengan kriteria diameter batang 150 cm dengan ketinggian 150 cm dari pangkal pohon. Jumlah sampel yang diambil dengan ukuran luas 30 cm x 30 cm. Pengambilan sampel daun pada daun tua cabang utama dengan diameter pohon 30 cm. Penetapan kadar air dilakukan dengan mengeringkan porselin pada suhu 105 ºC selama 30 menit. Setelah didinginkan di dalam eksikator kemudian ditimbang. Serbuk kulit kayu 2,31 g dan serbuk daun 1,63 g dimasukkan ke dalam porselin kemudian dikeringkan dalam oven selama 3 jam pada suhu 105 ºC. Didinginkan dalam eksikator kemudian ditimbang. Kadar air = 100 Keterangan: BB = Berat basah BKT = Berat kosong tanur

3.3.2 Ekstraksi Harborne 2006

Sampel yang dikoleksi dari lapangan, yaitu bagian daun dan kulit batang keruing gunung dibersihkan, dikeringkan dan digiling dengan grinder sehingga menjadi serbuk berukuran 40-60 mesh. Sampel daun 249 g dan sampel kulit batang 487 g dalam etanol secara berurutan 999 mL dan 1999 mL. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi selama 24 jam. Ekstraksi dilakukan berulangkali hingga filtrat yang diperoleh tak berwarna lagi. Ekstrak etanol kemudian dipartisi dengan 3 pelarut dengan kepolaran bertingkat yaitu n-heksana, kloroform, dan etil asetat. Setiap fraksi selanjutnya dipekatkan dengan penguap putar pada suhu 40 ºC. Ekstrak yang pekat dikeringkan dengan oven pada suhu 40 ºC. Ekstrak ditimbang untuk menentukan rendemen ekstrak. Ekstrak yang diperoleh diuji aktivitas antibakterinya.

3.3.3 Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri ekstrak dilakukan secara in vitro dengan metode well diffusion. Pengujian antibakteri ini mengacu pada metode yang digunakan Sherlock et al. 2010. Pengujian antibakteri menggunakan 2 jenis bakteri patogen penyebab penyakit infeksi seperti S. aureus mewakili bakteri Gram positif dan S. typhi mewakili bakteri Gram negatif.

3.3.4 Analisis Fitokimia

Analisis fitokimia keruing gunung dilakukan secara kualitatif. Analisis mengacu pada metode yang dilakukan oleh Harborne 2006, sebagai berikut: a. Alkaloid Sebanyak 0,5 g sampel tumbuhan yang telah dihaluskan ditambahkan kloroform secukupnya lalu dihaluskan lagi. Kemudian ditambah 10 mL amoniak dan 10 mL kloroform. Larutan disaring ke dalam tabung reaksi, dan filtrat ditambahkan asam sulfat 2N sebanyak 10 tetes. Filtrat dikocok dengan teratur kemudian dibiarkan beberapa lama sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan atas dipindahkan ke dalam tiga tabung reaksi masing-masing 2,5 mL. Ketiga larutan ini dianalisis dengan pereaksi Dragendorff. Terbentuknya endapan jingga dengan pereaksi Dragendorff menunjukkan hasil positif. b. Terpenoid dan steroid Sebanyak 0,5 g sampel tumbuhan yang telah dihaluskan, ditempatkan pada plat tetes dan ditambahkan asam asetat anhidrat sampai sampel terendam semuanya, dibiarkan selama kira-kira 15 menit, enam tetes larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah 2-3 tetes asam sulfat pekat. Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah, jingga atau ungu, sedangkan adanya steroid ditunjukkan dengan adanya warna biru. c. Flavonoid Sebanyak 0,5 g sampel tumbuhan yang telah diekstrak dengan 5 mL etanol, dipanaskan selama lima menit di dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambah beberapa tetes HCl pekat. Kemudian ditambahkan 0,2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya warna merah tua dalam waktu 3 menit. d. Saponin Sebanyak 0,5 g sampel tumbuhan yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah air suling sehingga seluruh cuplikan terendam, dididihkan selama 2-3 menit, dan selanjutnya didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil. e. Tanin Sebanyak 0,5 g sampel tumbuhan yang telah dihaluskan, ditambah etanol sampai sampel terendam semuanya. Kemudian sebanyak 1 mL larutan dipindahkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl 3 1. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam kebiruan atau hijau. f. Kuinon Sebanyak 1 g ekstrak ditambahkan 100 mL air, didihkan selama 5 menit dan disaring. Sebanyak 10 mL filtrat ditambahkan 5 tetes larutan NaCl 1 N. Apabila terbentuk warna merah menunjukkan adanya kuinon.