Analisis Fitokimia Uji Potensi Bioprospeksi .1 Penetapan Kadar Air Simplisia AOAC 1995

4.1 Kondisi Populasi

Berdasarkan analisi SPTN 1 TNGR pada pet gunung di TNGR melim setiap tingkat pertumbuha 1997. Hal ini sejalan deng menunjukkan bahwa ker Cakrabuana Jawa Barat m pola huruf “J” terbalik. H keruing gunung melimpah pertumbuhan semai dan pa Gambar 4 Kondisi popul Hasil pengamatan di didominasi oleh tingkat pe tiang dan pohon secara kemungkinan adanya fakt antara lain kemungkinan tiang dan pohon. selain menyebabkan pohon kerui Berdasarkan penel terserang penyakit. Berda wilayah SPTN 1 TNGR pa 45 jenis vegetasi yang se tingkat semai 9 jenis, ting pohon 29 spesies. Tabel 4 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 Ju ml ah I n d iv id u h a 4 HASIL DAN PEMBAHASAN lasi Keruing Gunung di SPTN 1 TNGR, Resor lisis vegetasi yang dilakukan di hutan Desa petak pengamatan dengan luas 1 ha. Kondisi popu impah. Kondisi ini diindikasikan oleh jumlah buhan yang menunjukkan kurva huruf “J” ter dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradiast kerapatan keruing gunung hasil pengamatan di t melimpah pada setiap tingkat pertumbuhan a k. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan pah pada setiap tingkat pertumbuhannya teruta n pancang. Secara lebih jelas dapat dilihat pada G populasi keruing gunung di Resort Santong, SPT n di lapangan menunjukkan bahwa populasi t pertumbuhan, yaitu semai. Namun, untuk t ara berurutan semakin kecil. Hal ini dise faktor-faktor yang menekan laju pertumbuhan. nan adanya kegiatan pemanenan keruing gunun lain itu, adanya faktor alam seperti angin eruing gunung tumbang. elitian sebelumnya bahwa semai keruing rdasarkan analisis vegetasi yang dilakukan di hut pada petak pengamatan dengan luas 1 ha ditem seluruhnya tergolong ke dalam 32 famili. Bert tingkat pancang 45 jenis, tingkat tiang 17 spe l 4 menyajikan INP tertinggi dari setiap tingkat 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 Semai Pancang Tiang Pohon 5000 3728 88 60 Tingkat Pertumbuhan esort Santong esa Salut, wilayah si populasi keruing ah keruing gunung terbalik Kusmana astoro 2004 yang n di hutan lindung n atau membentuk an bahwa populasi utama pada tingkat da Gambar 4. PTN 1 TNGR si keruing gunung uk tingkat pancang, disebabkan karena buhan. Faktor tersebut unung pada tingkat in kencang yang ng gunung mudah di hutan Desa Salut, ditemukan sebanyak erturut-turut untuk spesies dan tingkat kat pertumbuhan. Tabel 4 INP tertinggi setiap tingkat pertumbuhan keruing gunung Tingkat Pertumbuhan Nama lokal Nama ilmiah INP Pohon keruing gunung Dipterocarpus retusus 160,10 bajur Pterospermum javanicum 12,02 Tiang keruing gunung Dipterocarpus retusus 114,25 klokos udang Syzygium ovata 19,81 Pancang keruing gunung Dipterocarpus retusus 66,88 paok gawah Mangifera longifetiolatum 5,74 Semai keruing gunung Dipterocarpus retusus 151,41 Gelam Syzigium antisepalum 10,79 Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dijelaskan bahwa INP keruing gunung pada tingkat pertumbuhan semai memiliki angka yang tertinggi, yaitu sebesar 151,41. Hal ini disebabkan pola penyebaran populasi keruing gunung secara mengelompok pada suatu kawasan tumbuh. Syzygium ovata menduduki peringkat ke dua dengan nilai INP sebesar 19,81 dan disusul oleh spesies-spesies yang lain dengan INP sebesar 12,02,10 dan 5,74. Pada tingkat pertumbuhan pancang, keruing gunung memiliki INP sebesar 66,88. Tingginya persentase INP keruing gunung pada tingkat pertumbuhan pancang dibandingkan dengan speseies lainnya pada tingkat pertumbuhan yang sama disebabkan oleh karakteristik penyebaran populasi keruing gunung secara mengelompok. Disusul dengan spesies yang lain dengan INP masing-masing di bawah 10 Tabel 4. Perbandingan INP tingkat pertumbuhan semai dan INP tingkat pertumbuhan pancang keruing gunung berbeda. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingkat keberhasilan hidup semai menjadi pancang cukup rendah. Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa tingkat pertumbuhan semai keruing gunung mudah diserang oleh penyakit, sehingga keberhasilan tingkat pertumbuhan semai menjadi tingkat pertumbuhan pancang cukup kecil. Hanya yang bertahan hidup saja yang dapat tumbuh menjadi pancang bahkan menjadi pohon Noughton 1990. Berdasarkan Tabel 4 dapat digambarkan bahwa keruing gunung pada tingkat pertumbuhan tiang menunjukkan angka INP yang tertinggi, yaitu sebesar 114,25. Sedangkan spesies yang lain rendah, yaitu INP di bawah 20. Hal ini disebabkan karena dominansi keruing diantara spesies yang lain cukup tinggi dan penyebaran populasi keruing gunung secara mengelompok. INP keruing gunung pada tingkat pohon menunjukkan angka INP yang paling tinggi, yaitu sebesar 160,01. Hal ini menunjukkan tingkat dominansi keruing gunung cukup tinggi. Selain itu, pola penyebaran populasi keruing gunung secara mengelompok. Menurut Richard 1964 dalam Sudarisman 2001 menyatakan bahwa kehadiran suatu jenis dalam sebuah proses suksesi ditentukan oleh daya tahan terhadap cahaya matahari, pola penyebaran biji dan daya tumbuhnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4 tingkat pertumbuhan berdasarkan kerapatan jenis. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa kerapatan jenis tertinggi terdapat pada tingkat semai dan kerapatan jenis terendah adalah terdapat pada tingkat pohon. Hal ini umum terdapat pada hutan alam tropika yang diindikasikan dengan kerapatan jenis tertinggi pada pada tingkat semai, sedangkan pada kerapatan jenis pada tingkat