ketinggian tempat bisa lebih 1 berikut menjelaskan peta
ditandai dengan garis mera negara-negara kawasan Asi
dan kawasan hutan Asia T Tenggara, tidak terdapat popul
gunung disajikan pada gamba
Gambar 1 P Taman Nasional Gunun
yang hanya terdapat pada hut Kayangan, Kabupaten Lom
TNGR bahwa luas kawasan mengelompok.
Gambar 2 a bunga da Sumber: a. Ashton 198
a bih dari 900 m dpl Heyne 1987. Secara lebih de
peta penyebaran populasi keruing yang ada di erah dan pemberian warna hijau pada peta I
sia Tenggara. Keruing tersebar di wilayah hut Tenggara, sedangkan di luar kawasan Indone
populasi keruing Gambar 1. Contoh gambar pohon mbar 2.
Peta Penyebaran Populasi Keruing di Dunia unung Rinjani TNGR memiliki spesies ke
da hutan dataran tinggi di kawasan Desa Salut ombok Utara, Provinsi NTB. Berdasarkan da
san populasi keruing gunung sekitar 1 ha dan t
dan buah keruing gunung; b anakan keruing c pohon keruing gunung
1982 b. Istomo dan Siregar 2003 c. Balai TN b
c h detail, Gambar
di dunia yang a Indonesia dan
hutan Indonesia ndonesia dan Asia
r pohon keruing
keruing gunung alut, Kecamatan
n data dari Balai n tumbuh secara
g gunung; TNGR 2014
c
2.2 Bioprospeksi
Bioprospeksi pada dasarnya adalah manfaat keanekaragaman hayati dan pengatahuan tradisional untuk mendapatkan sumber genetik dan senyawa biokimia
yang bernilai ekonomi tinggi Reid et al. 1993: Posey 1997. Bioprospecting bioprospeksi merupakan kependekan dari biodiversity prospecting. Di dalam
bioprospeksi terdapat serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mencari dan menemukan senyawa bioaktif baru melalui pemanfaatan keanekaragaman hayati.
Bioprospeksi pada prinsipnya adalah upaya pencarian,
penelitian, pengumpulan, ekstraksi, dan pemilihan sumberdaya hayati serta pengetahuan
tradisional untuk mendapatkan materi genetik dan sumber biokimia yang bernilai ekonomi tinggi. Kegiatan bioprospeksi penting untuk mendokumentasikan
sumberdaya genetik dan sekaligus mengembangkan manfaat ekonominya sebelum sumberdaya ini habis tereksploitasi. Oleh karena itu, keanekaragaman, struktur, dan
komposisi vegetasi sebagai sumber genetik dan komponen utama habitat perlu dikaji dan dianalisis. Bioprospeksi dapat digunakan sebagai alternatif strategis pemanfaatan
sumberdaya hutan pengganti kayu. Bioprospeksi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui cara tradisional dan ilmiah.
Keruing gunung merupakan tumbuhan bernilai ekonomi, pemanfaatannya cukup luas yang meliputi kepeluan furniture, konstruksi bangunan hingga bantalan rel
kereta api. Meskipun secara umum telah diketahui fungsi ini, namun upaya bioprospeksi dapat terus dilakukan, terutama bila dikaitkan dengan upaya konservasi
jenisnya pada suatu kawasan konservasi tertentu, misalnya TNGR di Provinsi NTB.
2.3 Antibakteri
Antibakteri adalah zat yang membunuh atau menekan pertumbuhan atau reproduksi bakteri. Suatu antibakteri dapat memiliki spektrum luas apabila dapat
membunuh bakteri Gram negatif dan Gram positif, spektrum sempit apabila antibakteri hanya membunuh bakteri Gram positif atau Gram negatif saja, dan
spektrum terbatas apabila antibakteri efektif terhadap satu spesies bakteri tertentu saja Dwijoseputro 1990. Cara kerja antibakteri ada yang bersifat mematikan bakteri
bakterisida dan ada yang hanya menghambat pertumbuhan bakteri disebut sebagai bakteriostatik Masfria 2000. Kerja antibakteri dipengaruhi oleh konsentrasi zat uji,
jumlah bakteri, adanya bahan organik, dan pH Pelezar Chan 1986. Berdasarkan aktivitasnya, zat antibakteri dibedakan menjadi dua, yaitu antibakteri yang memiliki
aktivitas bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri dan aktivitas bakterisidial membunuh bakteri. Antibakteri bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat
perbanyakan populasi bakteri dan tidak mematikan. Pada kadar yang tinggi, antibakteri bakteriostatik juga bertindak sebagai bakterisida Schunack et al. 1990.
Stout 1971 dalam Maryuni 2008 mengelompokkan antibakteri ke dalam 3 kelompok, yaitu antibakteri dengan aktivitas rendah, sedang, kuat dan sangat kuat.
Tabel 1 Pengelompokan aktivitas antibakteri menurut Stout 1971 Aktivitas
Diameter zona hambat mm Rendah
5 Sedang
5-10 Kuat
10-20 Sangat kuat
20
Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme bakteri. Antibakteri hanya
dapat digunakan jika mempunyai sifat toksik selektif, artinya dapat membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya Cowan 1999.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada aktivitas zat antibakteri adalah pH, suhu stabilitas senyawa, jumlah bakteri yang ada, lama inkubasi dan aktivitas metabolisme
bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel, antibakteri yang
mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel atau menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel, antibakteri yang menghambat sintesis protein, dan
antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel. Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas bakteriostatik menghambat pertumbuhan tetapi tidak
membunuh bakteri patogen dan aktivitas bakterisidal dapat membunuh bakteri patogen Lay 1994.
Berdasarkan fitokimianya, antibakteri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori yang meliputi senyawa fenolik dan polifenol, terpenoid, minyak esensial, alkaloid,
pektin, dan polipeptida. Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai satu atau dua gugus hidroksil. Brock dan Madigan
1991 menyatakan bahwa pengaruh komponen antibakteri terhadap sel bakteri dapat menyebabkan kerusakan sel yang berlanjut pada kematian. Kerusakan sel yang
ditimbulkan antibakteri dapat bersifat mikrosidal kerusakan bersifat tetap atau mikrostatik kerusakan yang dapat pulih kembali. Menurut Pelczar dan Chan 2008,
penghambatan aktivitas bakteri dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, penghambat keutuhan permeabilitas
dinding sel bakteri, penghambat sintesis sel bakteri, dan penghambat sintesis asam nukleat.
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah S. aureus Gram positif dan S. typhi
Gram negatif. Perbandingan karakteristik kedua bakteri tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 Pelezar Chan 2008.
Tabel 2 Perbandingan karakteristik dua jenis bakteri uji Spesifikasi
S. aureus S. typhi
Golongan Gram positif
Gram negatif Bentuk
Kokus Batang
Ukuran 0,5-3 µm
0,5-3 µm Penyakit yang ditimbulkan
Infeksi saluran kemih, infeksi luka
Radang usus, meningitis, Infeksi sistem syaraf
Habitat Kulit manusia
Dalam usus manusia dan hewan vertebrata lain
2.4 Aspek Pemanfaatan Keruing Gunung 2.4.1 Kayu
Sejak tahun 2005-2015 kebutuhan ekspor kayu olahan keruing termasuk keruing gunung mencapai US 4.426.954 BPS 2015. Tahun 2001 populasi keruing gunung
di Indonesia sekitar 1,2 juta ha dan tahun 2011 populasi turun hingga 589.421 ha Salan 2000.