dinding sel, serta mengendapkan protein sel mikroba Sugiyono 2003. Komponen fenolik juga dapat mendenaturasi enzim esensial di dalam sel mikroba meskipun pada
konsentrasi yang sangat rendah. Senyawa fenolik mampu memutuskan ikatan peptidoglikan saat menerobos dinding sel Kloucek et al. 2005. Setelah menerobos
dinding sel, senyawa fenolik akan menyebabkan kebocoran isi sel dengan cara merusak ikatan hidrofobik komponen membran sel seperti protein dan fosfolipida
serta larutnya komponen-komponen yang berikatan secara hidrofobik yang berakibat meningkatnya permeabilitas membran Vilegs et al. 1997. Terjadinya kerusakan pada
membran sel mengakibatkan terhambatnya aktivitas dan biosintesis enzim-enzim spesifik yang diperlukan dalam metabolisme bakteri Naidu Clemens 2000.
5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Keadaan populasi keruing gunung di TNGR tetap terjaga yang dapat digambarkan seperti huruf āJā terbalik. Kondisi normal populasi keruing ditandai
dengan jumlah regenerasi yang tinggi, yaitu tingkat semai sebanyak 5000 individuha, tingkat pancang keruing gunung sebanyak 3728 individuha, tingkat pertumbuhan
tiang keruing gunung sebanyak 88 individuha dan tiangkat pertumbuhan pohon memiliki 60 individuha. Selain kerapatan, INP keruing gunung di SPTN 1 TNGR
tergolong relatif normal. INP semai sebanyak 151,41, INP pancang sebanyak 66,88, INP tiang sebanyak 114,25 dan INP pohon 160, serta kondisi populasi
setiap pertumbuhan mengelompok.
Bagian daun dan kulit batang keruing gunung memiliki potensi bioprospeksi sebagai antibakteri S. aureus yang merupakan bakteri penyebab infeksi kulit atau luka.
Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan fraksi kloroform kulit dan fraksi etil asetat daun menunjukkan hasil yang cukup besar, yaitu diameter zona hambat rata-rata
secara berurutan 17,5 mm dan 17 mm. Bukti dari analisis uji antibakteri dan uji fitokimia memberikan gambaran manfaat keruing gunung sebagai obat luka. Hal ini
dapat menjadi stimulus kepada masyarakat sekitat hutan TNGR dalam melakukan aksi konservasi keruing gunung.
5.2 Saran
Diperlukan aksi konservasi keruing gunung melalui penerapan aspek pemanfaatan yang nyata oleh masyarakat sekitar TNGR sebagai bahan obat luka atau
infeksi pada kulit. Pemanfaatan dapat dilakukan dengan pengolahan simplisia kulit batang dan daun keruing gunung sebagai obat luka atau infeksi pada kulit. Penelitian
lanjutan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa aktif anti bakteri dalam fraksi teraktif perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ajizah A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhymurium terhadap daun jambu biji Psidium guajava L.. Bioscientiae. 11: 8-31.
Ashton PS. 1982. Dipterocarpaceae. Flora Malesiana 2:237-552. [AOAC] Association of Analytical Chemist Publisher. 1995. Official Methods of
Analysis . Washington DC ID: AOAC Publisher.
Bawa KS.
1998. Conservation
of Genetic
Resources in
The Dipterocarpaceae.Biogeography
and Evolutinary
Systematics of
Dipterocarpaceae. In: Apannah, S and JM. Tumbull eds. A Review of Dipterocarps :Taxonomy, Ecology and Sylviculture. Bogor-Indonesia ID:
CIFOR.
Boer E, Ella, AB.2001. PlantProducingexudates. Bogor ID: Litbang Hutan Prosea. BPS. 2015. Bulletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor. Jakarta ID: Katalog
BPS. Branen AL, Davidson PM. 2009. Antimicrobial in Food. New York ID: Marcel
Dekker. Brock TD, Madigan MT. 1991. Biology of microorganisme. New Jersey ID:
Prentice-Hall International. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. 2007. Mikrobiologi Kedokteran.Edisi 23. Jakarta
ID: EGC. Cotton CM. 2002. Ethnobotany: Principles and Aplication. England GB: Jhon Wiley
and Sons Ltd. 63-314. Cowan MM. 1999. Plant products as antimicrobial agents. Clin Microbiol Rev 12
4:564-582. Davis
WW, Stout TR. 1971. Disc platemethods of microbiological antibioticassay.Microbiology.224: 659-665.
Debbie S, Retnoningrum. 1998. Mekanisme dan Deteksi Molekul Resistensi Antibiotik pada Bakteri. Jurnal FarmasiITB.15: 16-21
Ditjen PHKA [Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam]. 2009. Statistik Balai Taman Nasional Gunung Rinjani
. Mataram ID: BTNGR. Divisi Konservasi BTNGR. 2014. Laporan Keruing. Mataram ID: BTNGR.
Dwijoseputro 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Edisi ke sebelas. Jakarta ID: Djambatan
Hakim EH. 2002. Oligostilbenoid dari tumbuh-tumbuhan Dipterocarpaceae.Bull. Soc. Nat. Prod. Chem
. 2:1ā9 Harborne JB. 2006. Metode Fitokimia. Bandung ID: ITB Pr.
Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Jakarta ID: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Houghton PJ, Raman. 1998. Laboratory Handbook for the Fractonation of Natural Extract
. London ID: Chapman Hall. Istomo. 2000. Ekologi Hutan. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
Istomo, Siregar ZI. 2003. Program Pelestarian dan Pengembangan Pohon Asli bernilai tinggi Palahlar Dipterocarpus hasseltii Blume dan Dipterocarpus
retusus Blume di Jawa Barat. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor
Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke 20. Jakarta ID:EGC.