Perumusan Masalah Karakteristik Populasi Dan Potensi Bioprospeksi Keruing Gunung (Dipterocarpus Retusus Bl.) Di Taman Nasional Gunung Rinjani, Provinsi Ntb.

2.1.2 Morfologi

Keruing gunung umumnya berupa pohon sedang sampai besar, dengan ketinggian tajuk mencapai 65 m dan batang lurus, bulat gilig, gemangnya sering lebih dari 150 cm hingga 260 cm. Batang dan ranting mengeluarkan resin apabila dilukai, terkadang amat berlimpah. Ranting-ranting berambut, kasar atau halus, dengan bekas melekatnya daun penumpu yang tampak jelas. Daun-daun berseling, tunggal, seperti jangat, sangat bervariasi dalam ukuran, dengan urat daun sekunder menyirip lurus jelas terlihat di sisi bawah daun. Helaian daun menggelombang dan melipat di antara urat daun sekunder. Daun penumpu besar, lebar, sedikit menebal, lekas gugur. Perbungaan tunggal atau dalam tandan pendek yang bercabang. Bunga besar, aktinomorf, berkelamin 2; daun kelopak 5 helai, tidak gugur, menyatu menjadi tabung yang membungkus bakal buah, dua taju di antaranya panjang atau semuanya pendek Saridan et al. 2011. Buah geluk berukuran besar, terbungkus kelopak, sering dengan pelebaran tabung kelopak serupa sayap sempit atau gigir membujur di sisi luar, lima buah. Taju atau cuping kelopak di ujung buah membentuk dua sayap yang besar dan tiga taju kecil serupa telinga, atau lima taju kecil-kecil Lemmens Soerianegara 1994. Keruing gunung mengalami musim perbungaan raya. Pada musim-musim itu, yang berlangsung beberapa tahun sekali, pohon-pohon keruing berbunga dan berbuah banyak sekali Newman et al. 1999. Masa berbunga berlangsung beberapa hari saja, dan tiga sampai lima bulan kemudian buahnya telah masak. Buahnya tidak memiliki masa dormansi dan berkecambah di tanah tak lama setelah jatuh dari pohon. Bahkan pada waktu cuaca basah sekali, adakalanya buah berkecambah tatkala masih menempel di rantingnya Ashton 1982.

2.1.3 Penyebaran

Keruing gunung Dipterocarpus retusus Bl. merupakan salah satu tumbuhan famili Dipterocarpaceae. Sinonim dari dari spesies ini adalah Dipterocarpus balsamiferus dan nama lokal beberapa daerah: Pale Lombok dan Bali, Palahlar Sunda, Jempinang Jawa, dan Langan Sumsel serta memiliki nama perdagangan yaitu keruing gunung. Di Indonesia, tumbuhan ini tumbuh di beberapa wilayah yang meliputi Sumbawa, Lombok, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan, dan Aceh Heyne 1987. Dipterocarpaceae merupakan salah satu famili besar dengan jumlah spesies di seluruh Indonesia mencapai 238 spesies, tergolong dalam sembilan marga yang sebagian kecil spesies tumbuh di Pulau Jawa. Secara geografis, persebaran spesies dari suku Dipterocarpaceae di Indonesia tidak merata di setiap pulau, bahkan persebaran ke arah timur keanekaragamannya semakin kecil Bawa 1998. Sebaran Dipterocarpaceae sebagian besar di Kalimantan 200 spesies; 57,5, Sumatera 111 spesies; 31,9, dan Jawa 10 spesies; 2,6 Ashton 1982. Dipterocarpaceae di Pulau Jawa terdapat lima marga yang persebarannya meluas di kawasan hutan alam, di antaranya marga Anisoptera, Dipterocarpus, Hopea, Shorea, dan Vatica. Di Jawa Timur terdapat dua marga yaitu marga Dipterocarpus dan Hopea Ashton 1982. Penyebarannya keruing gunung meliputi Lombok, Sumbawa, Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Semenanjung Malaysia, Sabah, Thailand, Philipina, dan Vietnam. Tumbuh di hutan hujan tropis dengan curah hujan tipe A dan B pada tanah daratan kering dengan drainase baik, sering tumbuh pada punggung bukit, tanah berpasir, tanah berbatu, tanah liat, latosol atau podsolik merah kuning dengan