daerah penangkapan ikan, yang tadinya nelayan harus menangkap ikan pada perairan pantai dengan adanya keterbatasan zona berdampak terhadap beberapa
nelayan yang lebih memilih memperluas daerah penangkapan dengan kondisi peralatan melaut yang sederhana dan secara tidak langsung pula akan menambah
energi, waktu dan biaya untuk menuju ketempat yang dianggap sesuai untuk menangkap ikan. Schwarzlmüller 2008 mengemukakan bahwa proses utama
yang menentukan tren dari penurunan HANPP yaitu perubahan pola penggunaan lahan, yang paling penting adalah pengurangan wilayah.
5.3. Model Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan di KKLD Olele
Pengelolaan haruslah berorientasi terhadap masalah dengan menggunakan cara-cara yang ilmiah berdasarkan fisik, biologi, sosial ekonomi dan budaya
masyarakat setempat. Dengan kata lain, apabila dilakukan pengelolaan terhadap sumber daya perikanan secara tepat, memiliki kontribusi ekonomi dan sosial yang
besar seperti pengembangan sektor produk perikanan, penciptaan lapangan kerja dan sebagainya yang jelas akan memberikan dampak pada pengurangan jumlah
kemiskinan dan diharapkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pengelolaan sumberdaya perikanan Di KKLD Olele terlebih dahulu dengan
merumuskan suatu rencana pengelolaan berbasis masyarakat. Perencanaan pengembangan usaha perikanan secara berkelanjutan di KKLD
Olele secara strategis harus dapat memenuhi kepentingan nelayan, perekonomian setempat, daerah pada umumnya, kelestarian sumber daya ikan SDI serta
pengawasan dan perlindungan terhadap SDI. Dalam penelitian ini mencoba merumuskan rencana pengelolaan perikanan di KKLD Olele berdasarkan input
dalam kegiatan perikanan secara lestari. Secara umum berdasarkan survey dilapangan bahwa permasalahan mendasar yang dihadapi dalam pengembangan
usaha perikanan tangkap nelayan di KKLD Olele bersumber dari rendahnya kualitas sumberdaya manusia, produktivitas, efisiensi usaha, pengawasan,
pengendalian sumberdaya ikan, pemodalan, prasarana, sarana, mutu, nilai hasil tangkapan, pemasaran dan kelembagaan nelayan. Pengembangan perikanan
berkelanjutan secara garis besar perlu berorientasi pada hal-hal yang tidak semata bersifat pembinaan sebagaimana masa lalu melainkan lebih kepada situasi yang
mengglobal dan tanpa batas yang jelas akan mempengaruhi kebijakan dan strategi yang akan dirumuskan sebagaimana tersebut dibawah ini :
1. Penyediaan informasi tentang sistem perikanan dan pendekatan yang
partisipatif Penyediaan sistem perikanan dan pendekatan ruang dapat diartikan
diantaranya : a setiap orang harus mempunyai hak untuk mendapatkan informasi dan memiliki akses menuju informasi yang lengkap, b struktur komunitas dalam
masyarakat terjadi dalam suatu dialog dua arah dan keinginan berkomunikasi dapat dilakukan dengan bebas, c terjadinya partisipasi aktif dalam setiap
pembentukan keputusan, d adanya akses dalam menyalurkan informasi, e keterlibatan pemangku kepentingan dapat dimulai dari munculnya ide atau
gagasan pengelolaan, penyusunan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian.
2. Penyediaan mata pencaharian sampingan ataupun penganti kepada
nelayan Kegiatan penangkapan ikan sangat bergantung pada kondisi alam, kondisi
pada saat tidak bisa melaut nelayan mau tidak mau harus memiliki kegiatan sampingan selain memperbaiki kapal dan alat tangkap. Usaha alternatif
diversifikasi usaha dapat dilakukan. Penyediaan usaha sampingan ini harus dibarengi dengan kemampuan skill nelayan antara lain dengan mengembangkan
usaha pengolahan hasil perikanan, budidaya perikanan dan pemandu wisata.
3. Menyediaan kelengkapan infrastruktur yang strategis sebagai pendorong
bagi pengembangan perikanan yang berkelanjutan .
Kebijakan ini telah menjadi permasalahan klasik. Kelangkaan infrastruktur akan memicu ketidak operasionalan dari suatu pengembangan usaha perikanan.
Strategi yang diarahkan adalah dengan menyediakan lembaga keuangan mikro sebagai salah satu lembaga pemodalan bagi nelayan. Modal usaha dapat berupa
modal yang difasilitasi oleh pemerintah daerah, swasta maupun oleh masyarakat sendiri.