Sistem Perikanan TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Perbandingan antara EFA, HANPP dan Analisis EMERGY

Pendekatan analisis ecological footprint analysis EFA dan human appropriation of net primary production HANPP merupakan analisis yang melihat tentang pemanfaatan dan pengunaan sumberdaya oleh manusia terhadap alam. Kedua pendekatan ini mengakui bahwa pentingnya area permukaan untuk proses ekologi yang berhubungan dengan penggunaan lahan dan metabolisme sosio-ekonomi pada suatu daerah Harbel et al. 2004. Sintesis emergy didasarkan pada penggunaan energi sebagai denominator umum sehingga aliran dan penyimpanan dari berbagai jenis dapat dinyatakan dan dibandingkan dalam satuan yang sama Liu et al. 2008. Tabel 2 menunjukkan bahwa adanya perbedaan secara signifikan antara ketiga analisis tersebut dalam menilai suatu keberlanjutan suatu ekosistem. Tabel 2. Perbandingan antara EFA, HANPP dan analisis emergy . Item Menurut Harbel et al.2004 Analisis emergy menurut Odum 1996 EFA HANPP Pertanyaan Penelitian Seberapa besar bioproduktifitas suatu daerah untuk mempertahankan metabolisme sosio-ekonomi dari populasi tertentu menggunakan teknologi yang berlaku ? Seberapa besar produktifitas primer bersih dari suatu ekosistem atas praktek penggunaan lahan suatu daerah ? Bagaimana mengidentifikasi semua bahan dan aliran energi yang berpartisipasi dalam suatu sistem ? Unit Hektar global gha; yaitu hektar lahan bioproduktifitas dan wilayah laut, dengan produktifitas rata-rata global Joule; kilogram kering biomassa atau materi kilogram karbon  Transformity; emjoule surya per joule sejJ.  Emergy spesifik; emergy surya per gram sejg.  Emergy uang per unit; konversi pembayaran uang ke unit emergy emjoules Asumsi dasar Manusia tergantung pada ketersediaan area bioproduktif dan cenderung menggunakannya melebihi batas kemampuan alam. Persentase produktifitas primer bersih oleh manusia digunakan untuk mengukur seberapa besar dominasi manusia terhadap ekosistem. Tingginya HANPP akan beresiko terhadap potensi keanekaragaman hayati Mengubah setiap massa dan aliran energi ke dasar nilai yang sama. Ini memperhitungkan setiap kontribusi dari alam dan ekonomi manusia untuk mengetahui kepentingan relatif dari setiap sumber daya. Relevansi untuk keberlanjutan Nilai ekologi yang komprehensif untuk membandingkan ukuran ekonomi manusia dengan ukuran ekosistem pendukung. Hal ini memungkinkan seseorang untuk mendeteksi penilaian ekologi yang overshoot terhadap penggunaan lahan disuatu wilayah. Mengidentifikasi penggunaan lahan ekosistem teresterial suatu wilayah, namun penilaian ini tidak mengidentifkasikan batasan keberlanjutan. Penurunan yang besar dalam produktifitas NPP act rendah dibandingkan NPP menunjukkan pengelolaan yang tidak efisien. Penggunaan sumberdaya yang dapat dilanjutkan oleh masyarakat dalam jangka panjang karena tingkat penggunaan dan desain sistem memungkinkan sumberdaya untuk diperbaharui oleh proses alam atau oleh campur tangan manusia Odum 2000. Sumber : Harbel et al. 2004, Odum 1996 dan Odum 2000

2.5. Energi Untuk Kegiatan Perikanan

Konsep energi diperkenalkan pada awal tahun 1970-an. Energi yang bersumber dari alam disebut dengan energi terbarukan. Energi terbarukan merupakan energi non fosil yang bersumber dari alam. Seluruh energi terbarukan adalah energi sustainable prosesnya berkelanjutan yang tersedia dalam kurun waktu yang cukup lama. Odum dan Odum 1976 menjelaskan bahwa energi adalah ukuran dari segala sesuatu di alam. Energi datang dari matahari sebagai cahaya dan diterima bumi, dimana ia memanaskan air, menghasilkan makanan pada tanaman dan secara tidak langsung menghasilkan angin, gelombang, batu bara dan minyak bumi di dalam tanah. Semuanya memiliki komponen energi. Semua energi dapat dirubah kedalam panas dan dapat diukur dengan satuan kalori calorie. Satu kalori sama dengan 3.97 british thermal units btu, 4 186 Joules dan 3 088 foot-pounds. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa gelombang dan arus laut adalah bentuk lain dari energi. Energi ini sebagian besar dihasilkan dari angin yang pada akhirnya juga dipengaruhi oleh matahari. Kegiatan perikanan secara langsung atau tidak langsung mengeluarkan energi dalam setiap aktivitasnya. Pemakaian energi pada sektor perikanan dilihat dari perspektif penggunaan kapalperahu penangkapan ikan dalam skala kecil dapat dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu mesin penggerak dan untuk penerangan. Pada mesin penggerak digunakan premium dan minyak solar sebagai bahan bakar sarana penangkapan ikan, sedangkan untuk penerangan pada sarana dan peralatan penangkapan ikan digunakan minyak tanah sebagai bahan bakar Suharsono 2004. Dari perspektif energi, input energi perikanan yang biasa memediasi dapat dikategorikan kedalam jenis langsung dan tidak langsung. Input tidak langsung secara umum sering disebut sebagai input energi yang diwujudkan, adalah yang terkait dengan membangun, memelihara kapal penangkapan ikan dan menyediakan peralatan memancing, umpan dan es. Sebaliknya disebagian besar perikanan input energi langsung biasanya yang dibutuhkan untuk mendorong kapal penangkap ikan dan menyebarkan alat tangkap. Tiga bentuk yang dominan energi yang hilang saat kegiatan penangkapan ikan meliputi bernyawa, angin dan energi bahan bakar fosil Tyedmers 2004.

2.6. Keberlanjutan Pembangunan Perikanan

Pembangunan berkelanjutan merupakan pointer yang saat ini menjadi trend global dalam meningkatkan kesejahteraan populasi manusia saat ini tanpa mengorbankan kesejahteraan generasi yang akan datang. FAO 1999 menjelaskan pembangunan berkelanjutan mengakui bahwa kesejahteraan manusia memiliki dimensi ekonomi dan sosial. Tingkat pembangunan berkelanjutan dibatasi oleh ketersediaan sumberdaya alam dan tingkat pembaharuannya, ketersediaan teknologi untuk memanfaatkan sumber daya alam secara efisien serta efektifitas dari sistem sosial dalam memanfaatkan sumber daya. Selanjutnya diungkapkan bahwa suatu pandangan ekosistem berbasis pembangunan berkelanjutan berfokus pada pemeliharaan stabilitas dan ketahanan ekosistem. Pembangunan berkelanjutan mengakui adanya saling ketergantungan ekonomi manusia dengan lingkungannya dan menyoroti kebutuhan untuk pemahaman ilmiah tentangfungsi dan perubahan ekosistem. Elliot 1999 menjelaskan pembangunan berkelanjutan pada dasarnya adalah tentang mendamaikan pembangunan dan sumberdaya lingkungan dimana masyarakat itu bergantung. Wacana keberlanjutan perikanan telah mengalami evolusi dari waktu ke waktu dari dimensi tunggal ekologis-biologis hingga multidimensi ekologis- ekonomis-sosial. Pada awalnya, wacana keberlanjutan perikanan diawali dengan munculnya paradigma konservasi conservation paradigm yang dipelopori sejak lama oleh para ilmuwan biologi. Dalam paradigma ini, keberlanjutan perikanan diartikan sebagai konservasi jangka panjang long-term conservation sehingga sebuah kegiatan perikanan akan disebut “berkelanjutan” apabila mampu melindungi SDP dari kepunahan. Dari paradigma ini muncul misalnya ikon MSY maximum sustainable yield Adrianto 2001. Keberlanjutan pembangunan perikanan adalah kunci yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi sumberdaya dan masyarakat perikanan itu sendiri. Perikanan merupakan salah satu kegiatan manusia yang sangat kompleks yang berdampak terhadap aktifitas ekonomi suatu daerah atau negara tertentu. Sumberdaya perikanan dikategorikan sebagai sumberdaya dapat pulih, namun jika dalam pemanfaatnnya tidak dikelola dengan baik akan berdampak negatif terhadap keberlanjutan pembangunan perikanan itu sendiri. Nikijuluw 2002 menjelaskan bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan meliputi penataan pemanfaatan sumberdaya ikan, pengelolaan ikan serta pengelolaan kegiatan manusia. Pembangunan perikanan yang berkelanjutan sustainable merupakan proses yang menggabungkan beberapa pendekatan aturan main yang praktis seperti mengetahui dinamika populasi perikanan, strategi praktis dalam pengelolaan perikanan seperti menghindari penangkapan yang berlebihan, membatasi praktek penangkapan ikan yang merusak dan ilegal, mendirikan kawasan lindung, memulihkan perikanan yang gagal collapsed, menggabungkan semua eksternalitas yang terlibat dalam pemanfaatan ekosistem laut dalam konteks ekonomi perikanan, mendidik para pemangku kepentingan dan masyarakat luas dan mengembangkan program sertifikasi independen dalam pemanfaatan ekonomi sumberdaya perikanan. FAO 1997 menjelaskan bahwa pengelolaan sumberdaya ikan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumber dan implementasinya dalam rangka menjamin kelangsungan produktivitas serta percapaian tujuan pengelolaan. Gambar 6. Bentuk segitiga pembangunan perikanan berkelanjutan Charles 2001. Keberlanjutan Ekologi Keberlanjutan Sosial Ekonomi Keberlanjutan Komunitas Keberlanjutan Institusi