Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

rata-rata luasan area 1 487 km 2 atau sekitar 58.5 kali luas daratan Desa Olele. Sementara untuk EF regional rata-rata sebesar 0.0002 hakapita dan membutuhkan area seluas 1 339 km 2 atau sekitar 9 kali luas daratan Kecamatan Kabila Bone. Semakin kecilnya kebutuhan ruang regional disebabkan besarnya jumlah produksi perikanan, lebih beragamnya alat tangkap yang digunakan serta jumlah nelayan yang lebih banyak, sebaliknya dengan luasan pada Desa Olele karena dengan kondisi alat tangkap, produksi yang kecil dan jumlah nelayan yang sedikit berdampak terhadap kebutuhan ruang ekologis yang besar. Tabel 16. Perbandingan kebutuhan ruang ekologis untuk perikanan antara Desa Olele dengan daerah lain. NegaraDaerahPulau EF Untuk Perikanan Kebutuhan Area Sumberdaya Global 0.30 23 x 10 6 Hongkong 0.20 14 220 km 2 Guersney UK 1.41 84 000 km 2 Japan 1.90 - Yoron Islands Japan 0.014 8 7168 km 2 Brazil Gugus Pulau Batudaka 0.25 0.0004 - 5 339 km 2 Kabupaten Tojo Una-Una 0.003 446 402 km 2 KKLD Olele 0.002 1 487 km 2 Kecamatan Kabila Bone 0.0002 13 394 km 2 Sumber : Dikutip dari Adrianto 2004; Pereira dan Ortega 2012; Sulistiawati 2011 Presentase perbandingan EF untuk perikanan lokal dan regional dengan beberapa daerah lain di dunia ditampilkan pada Tabel 16. Desa Olele dan Kecamatan Kabila Bone dengan daerah lain nilai EF Perikanan cukup kecil bila dibandingkan dengan Hongkong 0.2 km 2 kapita, Guernsey UK 1.41 km 2 kapita, Japan 1.90 km 2 kapita, Yoron Island Japan 0.014 km 2 kapita maupun Brazil 0.25. Sementara untuk daerah di Gugus Pulau Batudaka dan Kabupaten Tojo Una-Una memiliki nilai estimasi EF Perikanan sedikit lebih besar dibandingkan dengan Desa Olele dan Kecamatan Kabila Bone yaitu 0.0004 dan 0.003 km 2 kapita. Besarnya kebutuhan ruang ekologis bagi kegiatan perikanan sangat dipengaruhi oleh produksi perikananjumlah tangkapan dan populasi penduduk. Adrianto dan Matsuda 2004 menjelaskan bahwa analisis ruang ekologis, merupakan suatu konsep daya dukung yang menjelaskan hubungan didasarkan pada tingkat pemanfaatan terhadap suatu sumberdaya dan luas lahan yang tersediabiocapacity BC. Schaefer et al. 2006 menambahkan bahwa jika nilai EF BC maka disebut overshoot dan jika nilai EF BC maka disebut undershoot . Hasil analisis pada Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai EF perikanan rata- rata lokal sebesar 0.002 km 2 kapita. Jika jumlah penduduk Desa Olele pada tahun 2011 sebanyak 983 jiwa maka luasan EF sebesar 1.96 km 2 kapita. Bila dibandingkan dengan luasan perairan KKLD Olele dan perairan sekitarnya yakni sebesar 3.21 km 2 kapita, maka kondisi ini disebut dengan undershoot artinya pemanfaatan EF perikanan lebih kecil dari luasan kategori sesuai untuk penangkapan ikan sehingga ada ruang dan waktu dimana sumberdaya memiliki kesempatan untuk memperbaiki dan mempertahankan fungsi ekologisnya. Pemanfaatan ruangwilayah yang multiuse menimbulkan kompetisi, konflik, dan perbedaan kepentingan, sehingga dengan penzonasian khususnya di kawasan konservasi dianggap perlu yang berfungsi untuk mengelompokkan kegiatan yang sesuai dan memisahkan yang tidak sesuai. Pengalokasian ruang laut di KKLD Olele belum menjadi kebijakan dalam perencanaan pembangunan, dan penzonaan yang ada didasarkan atas aktivitas dan fungsi-fungsinya. Pada zona pemanfaatan perairan pantai di kawasan ini dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan ikan karena memiliki kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut susah untuk dilakukan pengoperasian alat tangkap, khususnya peralatan jaring karena keberadaan kerumunan bebatuan dan karang. Terkadang tempat tersebut memiliki arus yang menghanyutkan dan perbedaan pasang surut yang besar, sehingga nelayan setempat menggunakan alat tangkap yang sesuai dengan kondisi daerah penangkapan yang lebih sederhana seperti pancing tegak dan pancing ulur.

5.2.3. Analisis Human Appropriation of Net Primary Production HANPP

Hasil perhitungan HANPP perikanan yang ditampilkan pada Tabel 17 disebut juga perhitungan exosomatic energi. Ada beberapa langkah perhitungan HANPP di KKLD Olele yaitu: 1 menghitung potensi kebutuhan produktivitas