Keberlanjutan Pembangunan Perikanan TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan EF perikanan menggunakan formula yang dikembangkan oleh Wada in Adrianto Matsuda 2004: ∑ ………………………………………………..................… 4 EF a adalah ecological footprint sistem perairan spesies a, PPR ia adalah produktivitas primer dari spesises a dalam sistem perairan a, PP a adalah produktivitas primer system perairan a. Mengetahui EF total pada sistem perairan dengan melihat jumlah dari EF a . PPR spesies ikan dihitung berdasarkan Pauly dan Cristensen 1995 yaitu : ... .....................…………………………………...…… 5 PPR i merupakan kebutuhan produktifitas primer spesies ikan ke-i, C adalah hasil tangkapan spesies ikan ke-i, C dibagi 9 sebagai konversi berat atom C, TL merupakan rata-rata jumlah transfer trophic level produktivitas primer hasil tangkapan ke-i.

3.3.3. Human Appropriation of Net Primary Production HANPP

Profil metabolik masyarakat lokal dan regional dapat digambarkan secara statistik melalui pendekatan HANPP berupa perkembangan ekonomi, kondisi geografi, pertambahan dan kepadatan penduduk, perubahan tata guna lahan, waktu tenaga kerja dan ketersediaan air, tingkat pembangunan, ketersediaan dan perubahan teknologi, kebijakan dan regulasi lingkungan. Analisis metabolisme sosial-ekologis di KKLD Olele dapat dilakukan menggunakan pendekatan HANPP yang dikembangkan Haberl 2002. HANPP dapat menggambarkan ekstraksi sumberdaya perikanan pada ekosistem di KKLD Olele berdasarkan kebutuhan produktivitas primer primary productivity requirementsPPR. Formula HANPP : ………………………………………………… 6 HANPP adalah kebutuhan produktifitas primer untuk perikanan kJ; PPR O adalah potensial kebutuhan produktivitas primer kJ diperoleh dari PPR spesies ikan dihitung berdasarkan Pauly dan Christensen 1995 dikalikan energi spesies ikan kJ100 g. PPR h adalah produksi tiap spesies ikan volume of landing, kg dikalikan energi spesies ikan kJ100 g Adrianto 2004. Selanjutnya efisiensi tiap spesies ikan dapat dihitung dengan membandingkan HANPP dengan PPR h .

3.4. Batasan Sistem

Beberapa batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Penelitian ini menganalisis subsektor perikanan tangkap. 2 Perikanan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan 3 Sektor basis perikanan tangkap adalah perbandingan relatif kemampuan subsektor perikanan tangkap pada wilayah penelitian dibandingkan dengan wilayah administrasi diatasnya desa dan kecamatan serta subsektor perikanan tangkap mampu memenuhi kebutuhan komoditas perikanan Desa Olele dan mengekspor keluar kecamatan atau desa. 4 Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada dalam lingkungan perairan 5 Stok ikan merupakan persediaan atau biomas ikan yang terdapat dalam suatu perairan pada periode tertentu dan. 6 Perikanan tangkap adalah produktivitas perikanan tangkap yang terkait dalam unit penangkapan ikan, dimana dalam suatu kegiatan perikanan terdapat perahu, alat tangkap dan nelayan yang menjadi indikator keberhasilan suatu perikanan tangkap layak untuk dikembangkan. Hasil tangkapan ikan dinyatakan dalam satuan berat. 7 Melihat kebutuhan produktifitas primer PPR dari berbagai jenis ikan untuk melihat daya dukung ecological footprint analysisEFA perikanan.

4. KONDISI SISTEM SOSIAL EKOLOGI WILAYAH

PENELITIAN Secara geografis Desa Olele terletak di perairan selatan Provinsi Gorontalo dan termasuk pada kawasan Teluk Tomini pada koordinat 0 24’41.25” LU dan 123 08’52.93” BT. Kawasan ini terletak di Desa Olele dengan luas daratan adalah 2 540 ha. Desa Olele memiliki empat dusun, Dusun I yaitu Dusun Indato, Dusun II yaitu Dusun Olele Tengah dan Dusun III yaitu Dusun Pentadu dan Dusun IV adalah Hungayokiki. Desa ini dapat dijangkau melalui jalan darat, menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua, dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam dari ibukota Provinsi Gorontalo. Topografi berdasarkan ketinggian dari permukaan laut di desa ini 1-3 meter, hanya sebagian kecil yang memiliki ketingian dari permukanan laut yaitu di daerah perkebunan memiliki ketinggian kurang lebih 50-70 meter dari permukaan laut. Desa Olele memiliki batas-batas sebelah Utara dengan Kecamatan Suwawa, sebelah Timur dengan Desa Tolotio, sebelah Selatan dengan Perairan Teluk Tomini, sebelah Barat dengan Desa Oluhuta. Penduduk asli desa ini berasal dari suku Gorontalo. Pada tahun 2003 Desa Olele resmi menjadi desa yang di kepalai oleh seorang kepala desa yang biasa disebut Ayahanda DKP Bone Bolango 2006: Profil Desa Olele 2007.

4.1. Kondisi Iklim

Keadaan klimatologi didaerah ini umumnya sebagaimana daerah-daerah lain di pesisir selatan Gorontalo maka Desa Olele memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan di daerah ini berlangsung antara bulan Oktober sampai dengan April, musim kemarau sekitar bulan Juni sampai September. Kondisi angin di daearah ini yaitu angin utara bertiup pada bulan Januari sampai bulan Maret bersamaan dengan datangnya musim kemarau, Angin barat terjadi selama dua bulan yaitu bulan April sampai Mei pada kisaran bulan ini keadaan laut cukup bersahabat. Pada bulan November sampai Desember terjadi angin tenggara pada kondisi ini laut cukup kencang, tinggi gelombang berkisar antara 1 sampai 2 meter. Sementara untuk angin selatan bertiup pada bulan juli sampai Agustus DKP Bone Bolango 2006. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Badan Metreologi dan Geofisika tahun 2010 Tabel 6, maka kisaran suhu rata-rata di daerah Gorontalo secara umum 24 C dan 28 C. Rata-rata suhu maksimum 32.67 C dan rata-rata suhu minimum adalah kisaran suhu maksimum 23.76 C dengan kelembaban udara yang relatif tinggi dengan rata-rata 92.17. Rata-rata curah hujan di daerah ini berkisar antara 45-378 mm. Sementara untuk kecepatan angin rata-rata sebesar 1.75 mdet. Untuk persentase penyinaran matahari rata-rata sebesar 61.17 dengan persentase terbesar terjadi pada bulan maret yaitu 80.9 Gorontalo dalam Angka 2011. Tabel 6. Kondisi klimatologi Provinsi Gorontalo No Bulan Suhu Rata- Rata C Curah Hujan mm Kecepatan Angin mdet Penyinaran Matahari Kelembaban Nisbi 1 Januari 27.2 100 2 59 91.2 2 Februari 24.4 45 3 78.9 89.5 3 Maret 27.9 38 3 80.9 92.8 4 April 27.8 153 2 61.3 90.7 5 Mei 28 378 2 64.1 91.9 6 Juni 27 263 1 57.2 93.9 7 Juli 26.7 172 1 54.5 93.5 8 Agustus 26.9 277 2 52.2 92.9 9 September 26.9 302 1 55 92 10 Oktober 27.1 250 1 58.7 92.4 11 November 27.3 84 2 64.8 91.7 12 Desember 26.8 250 1 47.4 93.5 Sumber: Gorontalo dalam angka, 2011

4.2. Kondisi Hidro-Oseanografi

Pesisir selatan Provinsi Gorontalo termasuk Desa Olele berhadapan langsung dengan perairan Teluk Tomini. Teluk Tomini sendiri adalah perairan semi tertutup, memanjang dari barat ke timur dengan mulut teluk berada di timur berhadapan langsung dengan Laut Maluku. Teluk Tomini merupakan satu-satunya teluk terbesar di dunia yang tepat berada di khatulistiwa. Gambaran pola arus di Olele adalah sama dengan gambaran pola arus pesisir selatan Provinsi Gorontalo secara umum. Pola arus di Gorontalo memperlihatkan pola pergerakan arus rata-rata bulanan yang dibangkitkan oleh angin. Perubahan arah arus yang dibangkitkan pasang surut terjadi lebih cepat karena periode pasang surut yang lebih pendek harian dibandingkan dengan periode angin musiman. Arus di perairan Gorontalo mewakili empat musim sebagai berikut DKP Bone Bolango 2006: 1. Musim Barat Musim ini terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Februari. Pada saat ini angin bertiup dari Barat ke Timur. Pola arus musim ini diwakili oleh arus bulan Februari. Pergerakan arus di daerah sekitar pantai jelas mengarah ke Timur diakibatkan angin Barat. Pada musim barat Desember - Februari, arus bergerak ke arah Barat dan arus yang memasuki Teluk Tomini mempunyai kecepatan yang lebih besar, kemudian membelok ke arah Laut Maluku. 2. Musim Peralihan 1 Musim ini terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Pada musim ini mulai terjadi peralihan arah angin yang bergerak dari Timur ke Barat. Arah arus pada musim ini menuju ke Barat walaupun nilainya masih kecil. Kondisi ini diakibatkan oleh kekuatan angin yang relatif masih lemah. 3. Musim Timur Musim ini terjadi dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Kondisi angin bertiup dari Timur ke Barat. Pada musim timur bulan Agustus memperlihatkan bahwa kecepatan arus permukaan di sekitar pantai lebih kuat dibandingkan arus yang terjadi pada bulan Mei dengan arah dari Timur ke Barat. 4. Musim Peralihan 2 Musim ini terjadi pada bulan September sampai dengan bulan November. Kondisi angin mulai membelok ke arah Timur atau mulai terjadi peralihan dari musim timur ke musim barat. Dengan demikian arus permukaan di sekitar pantai yang pada awalnya bergerak ke Barat mulai melemah dan kemudian akan membelok ke arah Timur. Proses perubahan ini akan diikuti oleh pergerakan massa air. Pasang surut di perairan Gorontalo, diklasifikasikan sebagai tipe pasang surut ganda semidiurnal, yaitu mempunyai perioda dua kali pasang dan dua kali surut. Rata-rata tenggang pasang dan surut sekitar 1-2 meter. Pengaruh musim barat dan timur terhadap kondisi gelombang dengan jelas terlihat di perairan Gorontalo. Pola umum arah penjalaran gelombang laut di perairan Gorontalo mengikuti kecenderungan angin musim yang berlaku. Pada musim timur gelombang bergerak bersesuaian dengan pergerakan angin musim timur, yaitu dari Timur menuju Barat dengan kecenderungan untuk bergerak dalam arah tegak lurus pantai ketika gelombang mendekati pantai, dengan tinggi gelombang perairan dalam terletak pada kisaran 0,2 - 0,5 m. Pada musim barat, karakteristik gelombang perairan dalam di perairan Gorontalo menguat bersesuaian dengan angin musim barat yang cenderung bertiup lebih kencang dibandingkan dengan musim timur. Tinggi gelornbang di perairan Gorontalo pada musim barat berkisar antara 0,5 – 1 m DKP Bone Bolango 2006.

4.3. Sistem Ekologi

4.3.1. Karakteristik Ekosistem

Secara umum Desa Olele merupakan daratan pada bagian utara dengan keadaan topografinya yang bergelombang dan berbukit-bukit serta merupakan daerah pertanian, perkebunan, hutan desa. Bagian Timur keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa, hortikultura dan palawija. Pantai Olele merupakan daerah pantai yang langsung dibatasi oleh dinding-dinding bukit terjal dengan kemiringan 60 . Perbukitan yang sekitar pantai tandus dengan dengan vegetasi semak yang tipis. Dasar perairannya merupakan hamparan rataan terumbu karang dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Terumbu karangnya terhampar dari tepi ke arah laut dengan lebar 5-100 m pada kedalaman 3-15 m, kecuali di dekat Tanjung Kerbau, yang mencapai kedalaman + 40 meter. Disamping itu, lahan gisik didominasi oleh batuan pantai dan sedikit pasir putih yangmemberikan pemandangan yang cukup indah disekitar wilayah pantai. Kondisi demikian, salah satu yang membuat pantai di lokasi tersebut telah dijadikan salah satu obyek wisata bahari di Provinsi Gorontalo. Isu-isu potensial yang sebagai ancaman serius bagi perairan pantai Olele antara lain: a pemanfaatan punggung-punggung bukit untuk perkebunan jagung dan palawija lainnya akan merusak permukaan tanah dan menyebabkan terjadinya erosi yang membawa material lumpur ke ekosistem terumbu karang, b pertumbuhan pemukiman yang tidak dilengkapi sistem sanitasi lingkungan yang baik termasuk drainase yang akan meningkatkan akumulasi sampah organik maupun anorganik ke perairan, c tingkat pengetahuan dan keterampilan yang rendah, wawasan lingkungan tidak memadai akan berimplikasi negatif terhadap lingkungan sumberdaya alam karena masyarakat mempergunakan alat-alat destruktif dalam menangkap ikan seperti penggunaan bom dan racun, dan d status kawasan pantai Olele yang belum memiliki bingkai hukum untuk pengelolaan terpadu akan menyebabkan tumpang tindih pemanfaatan ruang yang berujung pada eskalasi kerusakan.

4.3.2. Karakteristik Perikanan Tangkap

Penangkapan ikan sangat bergantung pada daerah terbuka atau dengan kata lain setiap nelayan memiliki hak yang sama terhadap sumber daya. Karena tangkapan mereka bersifat liar bergerak dari satu tempat ke tempat lain akan menciptakan persaingan, sehingga nelayan harus terus bergerak mobile. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut di Desa Olele masih dilakukan dalam skala kecil dan kebanyakan menggunakan alat tangkap tradisional. Umumnya nelayan yang ada di Desa Olele adalah nelayan pancing tuna menggunakan alat tangkap senar, kawat tembaga dan mata pancing. Ukuran tali nilon yang digunakan nomor 70 sampai 100. Melaut menggunakan perahu yang disebut dengan katintin yang berukuran panjang 5 meter, lebar 60 cm dan tinggi 70 cm. Perahu dilengkapi dengan mesin, dayung dan layar sedangkan umpan yang digunakan untuk menangkap tuna adalah cumi-cumi. Beberapa nelayan diantaranya menggunakan pancing dasar untuk menangkap ikan demersal hasilnya bukan untuk dijual tetapi untuk dikonsumsi sendiri, seperti jenis ikan kuwe, cumi-cumi dan kerapu. Tabel 7 menunjukkan unit penangkapan ikan yang terdiri dari kapalperahu serta alat yang digunakan dalam penangkapan ikan yang beroperasi di Kawasan Perairan Kecamatan Kabila Bone termasuk Olele yang