8 kelarutan yang sama dengan pelarut yang digunakan Singh, 2008. Maserasi yang berulang
untuk memperoleh ekstrak yang semakin banyak. Metode ini tergolong metode konvensional namun masih populer digunakan disebabkan kemudahan pengerjaan dan biaya pengerjaan yang
cukup murah dibandingkan metode lainnya Yang et al., 2010. Maserasi bertingkat merupakan metode ekstraksi bertahap dengan menggunakan pelarut
yang berbeda. Metode maserasi bertingkat lebih banyak digunakan dalam mengekstraksi senyawa antimikroba disebabkan lebih efisien karena dalam prosesnya akan didapatkan lebih
dari satu jenis senyawa antimikroba tergantung jenis pelarut yang digunakan Mawaddah, 2008. Ekstraksi dapat dilakukan menggunakan pelarut dengan polaritas yang berbeda untuk
memperoleh komponen terlarut pada kisaran yang luas Cowan, 1999. Sifat komponen yang akan diekstrak bergantung pada polaritas, termostabilitas dan pH. Sifat pelarut yang akan
digunakan bergantung pada polaritas, toksisitas, kemudahan terbakar, reaktivitas, ketersediaan dan harga. Berdasarkan perbandingan polaritasnya, heksan tergolong sebagai pelarut non polar,
etil asetat tergolong sebagai pelarut semi polar dan etanol tergolong sebagai pelarut polar Carey dan Sundberg, 2007. Derajat polaritas bergantung pada ketetapan dielektrik
ε, semakin besar tetapan dielektrik semakin polar pelarut tersebut. Berikut ini karakteristik dan struktur pelarut
yang digunakan dalam penelitian Tabel 4 dan Gambar 4. Tabel 4. Karakteristik pelarut heksan, etil asetat, etanol
Pelarut T
d o
Kelarutan dalam air C
Ketetapan dielektrik ε
Heksan 69
0,01 1,9
Etil asetat 77
80 6,0
Etanol 78
Sangat larut 24,5
Sumber: Handa 2008; Carey dan Sundberg 2007
a Heksan b Etil asetat c Etanol
Gambar 4. Struktur pelarut yang digunakan Sumber: a http:www.hull.ac.ukchemistrymasspec3imagespic20hexane.gif;
b http:upload.wikimedia.orgwikipediacommonseeaEthyl_acetate2.png; c http:upload.wikimedia.orgwikipediacommonsaaeEthanol-structural.png
Menurut Houghton dan Raman 1998 menyatakan bahwa pelarut yang digunakan hendaknya mempunyai titik didih yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Dalam
pertimbangan ekonomi, diupayakan pemilihan pelarut yang murah harganya dan mudah didapatkan.
E. BAKTERI PATOGEN PANGAN
Bakteri patogen merupakan bakteri penyebab penyakit Madigan et al., 2003. Bakteri patogen merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia baik secara infeksi
maupun intoksikasi. Penyakit yang terjadi secara infeksi merupakan istilah yang digunakan jika bakteri tertelan dalam bentuk vegetatifnya sedangkan penyakit yang terjadi secara intoksikasi
9 merupakan istilah yang digunakan jika toksin yang dihasilkan oleh bakteri masuk dalam tubuh
Madigan et al., 2003. Bakteri yang akan diuji dalam penelitian ini termasuk dalam bakteri patogen yaitu meliputi B. cereus, S. aureus dan S. Typhimurium.
Berdasarkan susunan dinding sel bakteri dapat digolongkan menjadi bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif. Gram-positif merupakan sel prokariotik yang memiliki dinding sel terdiri
atas peptidoglikan dan sedikit membran luar, sedangkan Gram-negatif merupakan sel prokariotik yang memiliki dinding sel terdiri atas peptidoglikan yang relatif lebih sedikit namun memiliki
membran luar yang terdiri atas lipopolisakarida LPS, lipoprotein dan kompleks makromolekul lainnya Madigan et al., 2003. Dinding sel bakteri Gram-positif terdiri atas 90 lapisan
peptidoglikan dan lapisan tipis asam teikoat, sedangkan pada bakteri Gram-negatif terdiri atas 5 – 20 lapisan peptidoglikan dan lapisan lain meliputi protein, lipopolisakarida dan lipoprotein
Fardiaz, 1992. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan sensitivitas bakteri terhadap senyawa antimikroba. Perbedaan sifat kedua jenis bakteri tersebut disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Perbedaan bakteri Gram-positif dan Gram-negatif Ciri-ciri
Perbedaan Gram-positif
Gram-negatif Dinding sel
Tebal dinding 20 – 80 nm berupa peptidoglikan dan terdapat pula
polisakarida dan asam teikoat Lapisan peptidoglikan inner 2 – 7 nm
dan membran outer 7 – 8 nm berupa lipid, protein dan lipopolisakarida
Reproduksi Membelah diri
Membelah diri, terkadang dengan tunas
Bentuk sel Bulat, batang atau filamen, dapat
menunjukkan cabang Oval, bulat, batang kaku atau seperti
kurva, terkadang seperti kapsul Metabolisme
Umumnya kemoorganotropik Fototropik, kemolitoautotropik,
kemoorganoheterotropik Motilitas
Kebanyakan non-motil, memiliki flagel peritrik ketika motil
Motil atau non-motil, flagel dapat beragam-polar, lopotrik, peritrik
Endospora Dapat membentuk endospora
Tidak dapat membentuk endospora Sumber : Prescott et al. 2005
Bacillus cereus
Bacillus cereus termasuk ke dalam: Divisi Protophyta, Kelas Schizophyta, Ordo Eubacteriales, Famili Bacillaceae dan Genus Bacillus Salle, 1961. B. cereus merupakan bakteri
patogen pangan yang bersifat Gram-positif. Ciri-ciri morfologi B. cereus yaitu batang basilus besar, aerobik dan membentuk rantai, bergerak, membentuk spora yang terletak ditengah basil
yang tidak bergerak dan tahan panas. Diameter sel 0,7 – 0,8 µm dengan panjang 2 – 3 µm, sedangkan sporanya berdiameter 0,6 – 0,9 µm dengan panjang 1,0 – 1,5 µm dapat pula bersifat
anaerobik. B. cereus memiliki suhu optimum pertumbuhan berkisar antara 35 – 40
o
C Granum dan Baird-Parker, 2000, peritrik, katalase positif dan kemoorganotropik Prescott et al., 2005.
Bentuk morfologi bakteri B. cereus dapat dilihat pada Gambar 5.
10 Gambar 5. Bentuk morfologi sel bakteri B.
cereus Sumber: http:archive.microbelibrary.orgmicrobelibraryfilesccIma
gesArticleimagesAtlas_EndosporeBacillus20species_Endospore 20stainlabeled_fig14.jpg
B. cereus dapat menyebabkan penyakit jika berjumlah lebih dari 10
6
CFUg dalam bahan pangan yang tercemar Ombui et al., 2008. Penyakit yang dapat ditimbulkan oleh bakteri B.
cereus yaitu muntah-muntah, diare dan sakit perut. Gejala yang muncul diantaranya diare atau muntah dalam jangka waktu 2 – 16 jam setelah makanan dikonsumsi Prescott et al., 2005.
Sindrom diare dapat disebabkan akibat produksi enterotoksin yang dihasilkan B. cereus selama pertumbuhan vegetatifnya di dalam usus kecil. B. cereus ditemukan pada susu pasteurisasi,
daging beku dan sayur-sayuran FDA, 2010. Dampak buruk dari B. cereus dapat dicegah makanan harus dimasak dengan pemasakan yang dapat membunuh sel vegetatif dan yang dapat
mencegah germinasi spora kemudian pendinginan yang cepat sehingga memberikan kejutan dan penyimpanan pada suhu refrigerator. B. cereus terdapat secara alami di tanah dan pada produk
segar ICMSF, 2005.
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus termasuk ke dalam: Divisi Protophyta, Kelas Schizomycetes, Ordo Eubacteriales, Famili Micrococcaceae dan Genus Staphylococcus Salle, 1961. S. aureus
merupakan bakteri patogen pangan yang bersifat Gram-positif. Ciri-ciri morfologi S. aureus yaitu tidak dapat membentuk spora, non-motil, berbentuk bulat kokus dengan diameter 0,5 –
1,5 µm tersusun dalam kelompok–kelompok yang tidak teratur. S. aureus dapat bersifat aerobik dan fakultatif anaerobik. S. aureus dapat tumbuh dengan suhu optimum antara 30 – 37 °C
Baird-Parker, 2000, katalase positif, kemoorganotropik Prescott et al., 2005. Bentuk morfologi bakteri S. aureus dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Bentuk morfologi sel bakteri S.aureus Sumber: http:upload.wikimedia.orgwikipediacommonsdd3Staphylococcus
_aureus_VISA_2.jpg
S. aureus ditemui di peralatan produksi dan tangan pekerja Todd et al., 2009, produk susu dan produk roti Prescott et al., 2005. Sebagian besar kasus keracunan makanan disebabkan
11 oleh enterotoksin tipe A. Bakteri S. aureus dapat menghasilkan enterotoksin jika jumlahnya
melebihi 10
6
CFUg sehingga menyebabkan penyakit. Gejala keracunan yang ditimbulkan meliputi mual, muntah-muntah, keram perut dan diare dalam jangka waktu 1 – 8 jam setelah
enterotoksin masuk dalam tubuh Prescott et al., 2005. Pertumbuhan S. aureus dapat dicegah dengan penyimpanan beku dibawah suhu 7
o
C. S. aureus merupakan bakteri yang kurang dapat berkompetisi dengan bakteri lainnya ICMSF, 2005.
Salmonella enterica serovar Typhimurium
Salmonella enterica serovar Typhimurium termasuk ke dalam: Divisi Protophyta, Kelas Schizomycetes, Ordo Eubacteriales, Famili Enterobacteriaceae, Genus Salmonellae Salle,
1961. S.Typhimurium merupakan bakteri patogen pangan yang bersifat Gram-negatif. S. Typhimurium memiliki ciri-ciri tidak dapat membentuk spora, kebanyakan motil berbentuk
batang. Salmonella bersifat aerobik dan fakultatif anaerobik Fardiaz, 1992. S. Typhimurium dapat tumbuh pada suhu optimum antara 35 – 43
o
C Park, 2005. Bentuk morfologi bakteri S. Typhimurium dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Bentuk morfologi sel bakteri S. Typhimurium Sumber: http:media- 2.web.britannica.comeb-media0185001-004-42814A38.jpg
Bakteri dari jenis Salmonella merupakan bakteri penyebab infeksi. Jika tertelan dan masuk dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang disebut salmonellosis. Gejala salmonellosis yang
paling sering yaitu gastroenteritis, selain itu demam enterik seperti demam tifoid dan demam paratifoid Fardiaz, 1992. Gejala keracunan yang ditimbulkan meliputi mual, muntah-muntah,
keram perut dan diare dalam jangka waktu 8 – 48 jam setelah enterotoksin masuk dalam tubuh Prescott et al., 2005. Umumnya Salmonella ditemui pada daging mentah Todd et al., 2009,
daging ternak, ikan, telur dan produk susu Prescott et al., 2005. S. Typhimurium dapat menyebabkan penyakit diare pada manusia Grimmont et al., 2000. Penghambatan bakteri uji
yang dapat dihasilkan oleh bahan selain jahe dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penghambatan bakteri uji yang dapat dihasilkan oleh bahan selain jahe
Bahan Bacillus cereus
Staphylococcus aureus Salmonella
Ekstrak metanol Azadirachta indica
Mimba 0,165 mgml
1,320 mgml 2,640 mgml
Ekstrak metanol Raphanus sativus
Lobak 2,640 mgml
2,640 mgml 2,640 mgml
Ekstrak metanol Camellia sinensis
Teh 1,320 mgml
2,640 mgml 2,640 mgml
Sumber: Al-Zoreky dan Nakahara 2003
12
F. PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMIKROBA