3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. JAHE Zingiber officinale var Roscoe
Jahe berasal dari Asia tropis. Bentuk liar dari tanaman jahe tidak diketahui asalnya dengan pasti, namun diperkirakan berasal dari India. Jahe disebarkan ke Eropa dan Afrika Timur oleh
pedagang arab dari India. Saat ini jahe dibudidayakan di seluruh daerah tropis Sutarno et al., 1999 termasuk Indonesia.
Berdasarkan taksonomi, jahe termasuk dalam: Kerajaan: Plantae tumbuhan,
Divisi: Spermatophyta, Kelas: Angiospermae,
Bangsa: Musales, Suku: Zingiberaceae,
Marga: Zingiber, Jenis: Zingiber officinale
Situs Dunia Tumbuhan, 2008. Gambar 1. Jahe varietas gajah
Di Indonesia, jahe memiliki nama yang berbeda-beda diantaranya yaitu halia Aceh, beuing Gayo, bahing Karo, pege Toba, goraka Ternate, gora Tidore, sipodè Mandailing, lahia
Nias, goraka Manado, halia, p ĕdas Besemah, pĕmĕdas Kutai, sipadas Pantai Sumatra
Barat, sipadeh, sipodèh Minangkabau, jahi Lampung, jahè Sunda, jaé Jawa, jhai Madura dan jae Bali Heyne, 1987.
Rimpang jahe memiliki ciri-ciri diantaranya bentuk rimpang bercabang tidak beraturan, berkulit agak keras, dagingnya berwarna kuning, berserat dan berbau harum Paimin dan
Murhananto, 2002. Jahe dapat dibudidayakan di semua negara tropis dan subtropis dan menyukai iklim lembab Heyne, 1987.
Berdasarkan ukuran bentuk dan warna kulit rimpang jahe diklasifikasikan menjadi tiga varietas yaitu: 1 Zingiber officinale var Roscoe yang dikenal dengan jahe gajah atau jahe badak
atau jahe putih besar, mempunyai rimpang yang besar dan ruas yang menggelembung, 2 Zingiber officinale var Rubrum, yang dikenal dengan jahe merah atau jahe sunti, dengan kulit
rimpang yang berwarna merah, 3 Zingiber officinale var Amarum, yang dikenal dengan jahe putih kecil atau jahe emprit, mempunyai rimpang dengan ruas yang kecil dan agak
menggelembung Paimin dan Murhananto, 2002. Jenis yang digunakan dalam penelitian yaitu varietas jahe gajah Gambar 1.
Rimpang jahe dipanen pada umur 8 – 10 bulan. Waktu pemanenan tergantung pada tujuan penggunaan. Jahe yang ditujukan untuk pembuatan kembang gula, sirup gula atau untuk
pembuatan kristal jahe digunakan jahe berumur 5 – 7 bulan. Sedangkan jahe berumur 8 – 10 bulan digunakan dalam pembuatan jahe kering untuk bahan baku pembuatan biskuit, puding,
kue, roti jahe, sup, pikel, bumbu, ginger ale dan ginger wine Vaughan dan Geissler, 2009 serta untuk ekstraksi minyak atsiri dan oleoresin Purseglove et al., 1981.
Jahe diketahui memiliki aktivitas analgesik, antiaggregan, antialkohol, antiallergik, antimikroba, antikanker, antidepresan, antiedemik, antiemetik, antiinflamasi, antimutagenik,
antinarkotik, antioksidan, antiserotonigenik, antipiretik, antitrombik, antitusif, immunostimulan
4 Duke et al., 2002. Dalam perdagangan, jahe digunakan secara luas sebagai rempah-rempah
dengan tiga produk utama yaitu jahe segar, jahe kering dan jahe olahan Sutarno et al., 1999.
B. KOMPOSISI KIMIA JAHE