31 Ada orang tidak sependapat bahwa “Medan“ dihubungkan dengan Medan
pertempuran. Sultan Deli pertama memang berasal dari Hindustan yang ditunjuk oleh Kesultanan Aceh untuk memerintah di tanah Deli. Sultan Kerajaan baru ini Kerajaan Deli
diambil dari nama Dehli yaitu dari nama negeri asalnya. Tempat kerajaan yang datar itu disebut “ Meiden “. Kata Maiden kemudian
berubah pengucapannya oleh lidah orang Melayu menjadi Medan , tempat datar yang kemudian menjadi Medan.
Menurut catatan seorang pegawai kota Medan, seorang Inggris yang pernah berkedudukan di Penang bernama John Andersson yang pernah berkunjung ke Medan
tahun 1823, menulis sebuah buku yang berjudul Mission To The East Coast Of Sumatera edisi Edinburg tahun 1826 menuliskan bahwa Medan masih sebuah kampong dengan
jumlah penduduk sekitar 200 orang.
2.2.1 Masyarakat Kota Medan Dan Budayanya
Menurut Koentjaraningrat 1980 :146-147 bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat
kontiniu, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Hal senada dikemukakan oleh Roucek dan Warren 1984:12-13, mengatakan
bahwa masyarakat adalah satu kumpulan manusia yang berhubungan secara tetap dan tersusun dalam menjalankan berbagai kegiatannya secara kolektif, dan merasakan bahwa
mereka hidup bersama. Bukan individu yang sama saja yang menjadi anggota masyarakatnnya, karena anggota baru akan terus menerus lahir dan ada pula yang mati.
Universitas Sumatera Utara
32 Penduduk Kota Medan saat ini ada +- 2.000.000 sensus penduduk tahun 2000.
Secara cultural saat ini suku bangsa yang dapat ditemukan di Medan di antaranya Melayu, Tionghoa, Jawa, Batak, Karo, Dairi, Simalungun, Minang, Aceh, Benggali,
Tamil, dan lain sebagainya. Menurut Biro Staristik, kota adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya
lebih dari 2500 jiwa. Selain itu, salah satu kriteria penilaian terhadap suatu kota adalah berdasarkan tingkat kemajuan yang sudah dicapainnya, terutama dari segi ekonomi,serta
menjadi pusat pemerintahan. Dalam hal ini, Medan merupakan pusat pemerintahan dari Provinsi Sumatera Utara.
Dari keterangan di atas, dapat kita ambil suatu pengertian dari masyarakat kota Medan yaitu sekumpulan orang yang jumlah penduduknya lebih dari 2500 jiwa yang
berhubungan secara tetap dan menjalankan kegiatannya serta terikat oleh satu rasa identitas bersama yaitu masyarakat Medan atau yang disebut “ orang Medan “. Dalam
tulisan ini yang menjadi masyarakat kota Medan yang dijadikan sebagai objek penelitian bukanlah masyarakat Medan secara keseluruhan yang mencapai jutaan orang, namun
masyarakat tertentu yang ada di wilayah kota Medan yang menjadi objek penelitian tulisan ini yaitu pengajarinstruktur dan murid di LPM Farabi Medan.
Mayoritas penduduk kota Medan beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha. Heterogenitas masyarakat kota Medan ini didukung oleh berkembangnya
budaya toleransi yang tinggi. Karakter masyarakat yang demikian memungkinkan berkembangnya keharmonisan hubungan antara kelompok etnis atau suku bangsa dan
agama yang berbeda-beda.
Universitas Sumatera Utara
33 Masyarakat Kota Medan terdiri dari berbagai latar belakang sosial budaya yang
semuanya mempunyai kebiasaan-kebiasaan serta adat-istiadat yang berbeda-beda. Mereka membentuk satu kesatuan dan saling berinteraksi, hingga membentuk suatu
masyarakat yang disebut masyarakat kota medan. Roucek dan Warren dalam bukunya Pengantar Sosiologi berpendapat sebagai
berikut : Komunitas kota sering menekankan pada kelompok sekuler yaitu
kelompok yang hanya melibatkan kekerabatan kecil, wujudnya temporer dan menyebabkan kurangnya kontak antar pribadi, sikap acuh merupakan
cirri dari kelompok sekunder. Kontak antar anggota di dalam kelompok sekunder seperti : tempat kerja, organisasi politik, gereja, kelap,
pertunjukan, dan lain sebagainya.
Selain itu status sosial masyarakat juga merupakan hal yang penting untuk dibahas. Karena pada umumnya orang yang mampu untuk mendapatkan pendidikan
nonformal, seperti kursus musik, les, privat, dsb. Tentulah orang yang harus mampu untuk membiayai semua keperluan itu.
Berdasarkan pengamatan penulis selama di lapangan dan wawancara dengan informan Dino Irwan, memang kebanyakan yang menjadi siswa di LPM Farabi berasal
dari kelas ekonomi menengah yang tentunya mampu untuk membiayai kebutuhan pendidikannya.
Masyarakat kota Medan memang umumnya sangat apresiasi sekali terhadap seni ini terbukti dari munculnya kursus-kursus musik di kota Medan yang muncul seperti
cendawan di musim hujan. Animo masyarakat terhadap seni juga terbukti dengan dibukanya jurusan Etnomusikologi, Universitas Sumatera Utara yang selama ini sangat
konsisten dalam mengembangkan kesenian etnik daerah khususnya Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
34 Selain itu dengan semakin banyaknya tempat-tempat kursus musik diharapkan nanti akan
menjadi media untuk mengembangkan bakat seni masyarakat. Menurut Allan P.Merriam 1964 secara Etnomusikologi tempat kursus musik
ini dapat menjadi media transformasi dalam regenerasi budaya masyarakat yaitu yang bersifat oral, tulisan, dan elektronik. Dalam hal ini LPM Farabi dapat menjadi sarana
untuk proses itu, karena LPM Farabi dapat menjadi sarana untuk mengembangkan seni dan musik sehingga dapat mangasuh bakat yang ada pada masyarakat kota Medan agar
menjadi sebuah potensi dan berguna untuk kemudian hari.
2.3 Latar Belakang LPM Farabi