Dari definisi-definisi di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kualitas adalah kesesuaian antara produk yang dihasilkan oleh perusahaan dengan
spesifikasi yang diinginkan oleh pelanggan.
2.1.1 Pengendalian Kualitas
Tidak mungkin untuk memeriksa atau menguji kualitas kedalam suatu produk itu harus dibuat dengan benar sejak awal. Ini berarti bahwa proses
produksi harus stabil dan mampu beroperasi sedemikian hingga sebenarnya semua produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi.
Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang dengan aktivitas itu kita ukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya
dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengasumsi, tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang
standar. Pengendalian proses statistik pada jalur adalah alat utama yang digunakan dalam membuat produk dengan benar sejak awal Montgomery, Douglas C, 1993,
“Pengantar PKS”, Gajahmada University Press, Jogyakarta .
2.1.2 Tujuan Pengendalian Kualitas Tujuan dari pelaksanaan kualitas adalah:
1. Pencapaian kebijaksanaan dan target perusahaan secara efisien.
2. Perbaikan hubungan manusia.
3. Peningkatan moral karyawan.
4. Pengembangan kemampuan tenaga kerja.
Dengan mengarahkan pada pencapaian tujuan–tujuan diatas akan terjadi peningkatan produktivitas dan profibilitas usaha. Secara spesifik
dapat dikatakan bahwa tujuan pengendalian kualitas adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan.
2. Penurunan ongkos kualitas secara keseluruhan.
2.1.3 Dukungan Manajemen dalam Program Peningkatan Kualitas
Six Sigma
Program peningkatan kualitas Six Sigma harus melibatkan manajemen dari tingkat atas sampai tingkat bawah secara intensif yang akan ditangani langsung
oleh Champions dan Black Belt sebagai pemimpin tim manajemen proyek itu. Keterlibatan tim manajemen sangat penting karena survei menunjukkan bahwa
sekitar 68 tingkat kegagalan proses dapat dikendalikan oleh manajemen, sedangkan hanya sekitar 32 yang dapat dikendalikan oleh pekerja seperti
ditunjukan dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Faktor–faktor Penyebab Cacat Yang Dapat Dikendalikan
Kategori Persentase 1.
Dapat dikendalikan oleh manajemen : 68
Pelatihan tidak tepat tidak sesuai
15
Mesin tidak tepat tidak sesuai 8
Pemeliharaan mesin tidak tepat
tidak sesuai 8
Masalah – masalah proses lain
8
Penanganan material tidak tepat tidak sesuai
7
Pemeliharaan peralatan tidak tepat. 6
Peralatan tidak tepat.
5
Material yang tidak sesuai. 3
Operasi tidak sesuai urutan
3
Kategori Prosentase
Lain – lain
5 Total 68
2. Dapat dikendalikan oleh pekerja :
32
Pengoperasian mesin tidak tepat 11
Kegagalan memelihara pekerjaan
11
Lain –lain misal : kesalahan penempatan parts
10 Total
32
Perusahaan General Electric telah menunjukan keberhasilan penerapan Six Sigma melalui proses yang disebut “The MAIC Process at GE”, seperti ditunjukan
dalam Gambar 2.1 berikut :
Pendekatan sistematik untuk mengukur, menganalisa, meningkatkan dan memantau Six Sigma pada GE
The MAIC Process at GE
Measure M: Identifikasi proses
internal kunci yang
mempengaruhi CTQ dan
pengukuran banyaknya
kegagalan yang
Control C: Memantau proses-
proses yang dimodifikasi untuk
menguji bahwa variable-variabel
dibawah kontrol tetap stabil dalam
batas batas yang
Analyze A: Mendeteksi variable-
variabel utama yang mempengaruhi
kegagalan, mendefinisikan sebagai
variasi diluar batas- batas yang berkaitan
dengan proses yang
Improve I: Memodifikasi proses
internal sehingga banyaknya kegagalan
berada dalam batas- batas toleransi yang
ditetapkan
Gambar 2.1 Proses The MAIC pada General Electric
2.2 Konsep