Kecacatan Dalam Produksi Furniture

diperoleh lebar yang sesuai untuk ukuran komponen. Perekatan menggunakan lem ditambah hardener cair untuk mempercepat proses perekatan.

2.8.2.1 Bahan baku untuk produksi furniture

Pemilihan pohon yang akan ditebang adalah berdasarkan umur dan ukurannya. Ukuran panjangnya minimal 10 m dan berdiameter minimal 50 cm. Untuk sekali pengadaan bahan baku ini, perusahaan mengambil kayu dengan luas sekitar 3000 m 3 . Berbagai jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku oleh perusahaan ini antara lain: Mahoni, Sengon, Pinus, Karet, Mindi dan Akasia. yang berasal dari hutan di Pulau Jawa,Kalimantan, atau Sulawesi.

2.8.3. Kecacatan Dalam Produksi Furniture

Cacat fisik yang dideskripsikan pada bagian berikut umumnya terjadi dalam salah satu tahap proses manufaktur yang telah disebutkan di atas. Cacat fisik yang telah kita kenal adalah cacat gosok, pecah dan retak, jahitan veneer jelek, lubang, dan botak sand through. Berikut ini adalah penjelasan singkat dari macam – macam kecacatan fisik dalam produksi furniture, yaitu :

2.8.3.1 Sanding Marks Beret Amplas

Sanding marks terjadi saat pekerja menggosok barang dengan tekanan yang terlalu besar atau dengan menggunakan ampelas yang terlalu kasar. Hal ini akan menyebabkan timbulnya alur-alur pada permukaan, yang hanya akan kelihatan setelah stain pertama diaplikasikan pada permukaan itu. Sanding marks dapat berbentuk melingkar, berlawanan serat, ataupun searah serat kayu. Gambar 2.5 Contoh kecacatan sanding marks bekas orbital melingkar

2.8.3.2 Tear Out geripis sobek

Tear Out geripis adalah suatu istilah untuk mendeskripsikan sebuah cacat yang terjadi saat dipotong, dibor, atau dibentuk dengan sebuah alat yang tumpul. Alat yang tumpul akan menyobek serat kayu, bukannya memotong serat tersebut. Cacat ini juga dapat terjadi saat mata gergaji atau mata bor yang salah digunakan pada proses tersebut. Tear out juga dapat ditemukan di dalam laci saat lubang untuk memasang hardware handle, dll tidak dikunci dari dalam atau dapat juga ditemukan saat lubang dibor dengan menggunakan mata bor yang salah. Di bawah ini kita akan melihat sejumlah contoh tear out geripis pada bagian-bagian yang berbeda dari sebuah furniture. Cacat ini harus diketahui sebelum barang tersebut dikirim ke konsumen . Gambar 2.6 Contoh kecacatan tear out geripissobek

2.8.3.3 Split Crack Pecah Retak

Adanya split atau crack pada sebuah furniture tidak dapat diterima. Furniture yang pecah atau retak tidak boleh dikirim ke konsumen. Barang tersebut harus direpair atau diganti. Gambar 2.7 Contoh kecacatan Split Crack

2.8.3.4 Veneer Seams jahitan vener

Veneer adalah selembar kayu yang tebalnya biasanya antara 0.5mm sampai 1mm. Lembaran veneer disatukan dengan cara dijahit. Sebagai contoh: sebuah dresser dengan top panel dari veneer terdiri atas beberapa veneer yang telah dijahit dan dilaminating pada permukaan sebuah core panel. Veneer yang akan dijahit harus sama tebal. Serat dan warna veneer harus dipadukan sesuai mozaik dalam gambar kerja. Jahitan harus digosok sampai tidak kelihatan pola jahitannya. Gambar 2.9 Contoh kecacatan veneer seams

2.8.3.5 Sand Through botak

Adalah hal yang umum dalam proses produksi pada industri furniture untuk melaminating veneer yang mahal di atas sebuah kayu atau panel yang lebih murah. Hal ini dilakukan untuk memenuhi keinginan konsumen akan sebuah furniture dengan tampilan yang mahal tetapi dengan harga yang terjangkau. Sand through botak terjadi saat pekerja menggosok permukaan veneer dengan tekanan terlalu kuat dan menggosok sampai melebihi veneer tersebut. Karena itu kayucore panel di bawahnya menjadi kelihatan. Hal ini dapat terjadi sebelum atau sesudah finishing. Contoh botak dapat dilihat di bawah ini. Gambar 2.11 Contoh kecacatan sand through

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian dalam bab ini menjelaskan langkah-langkah metode yang digunakan untuk pengambilan dan pengolahan data pada PT. Iga Abadi Pasuruan dalam rangka pengukuran kualitas Night Stand dengan penerapan konsep dasar DMAIC pada Six Sigma.

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Iga Abadi Pasuruan yang berlokasi di Jl.Bintoro, Desa Wonokoyo, Kec. Beji, Pasuruan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan data telah tercukupi

3.2. Identifikasi Variabel

Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel Penelitian dibagi menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat

3.2.1 Variabel Bebas

Yaitu variabel yang mempengaruhi variasi perubahan nilai variabel terikat, meliputi: 1. Output produk